Forced Men

3.3K 304 19
                                    

Happy Reading.

+

"Belikan aku makanan ya. Kan Jimin baik!" Jimin mendengus kesal mendengar ucapan manis Aliya. Selalu seperti ini jika ingin sesuatu. Jimin bosan dengan bujukan ini sungguh. Rasanya seorang Aliya Kim yang terkenal garang dan galak tidak cocok menjadi imut seperti ini. Sangat tidak cocok.

"Beli saja sendiri. Kau lupa ini tanggal berapa? Kantongku sudah mulai kering bodoh!" Aliya menunjukkan Puppy Eyes untuk membujuk Jimin. Aliya kelaparan sungguh, rasanya benar-benar melilit. Dirinya ingin makan dan Jimin yang harus membelikan dirinya makan.

"Jim ayolah. Kau sudah janji kemarin!" Jimin mendengus dan ingin meninggalkan Aliya tapi tangannya lebih dulu ditahan.

"Park Jimin!" Jimin mendengus dan akhirnya menarik tangan Aliya. Membawanya ke kantin agar Aliya tidak berisik dan terus minta makan. Sementara Aliya langsung tersenyum penuh kemenangan. Yah dirinya berhasil membujuk Jimin, ah akhirnya makan gratis lagi. Menyenangkan bukan, uangnya kan aman. Aliya jadi bisa menyimpan uangnya hari ini.

Aliya mengabaikan pandangan tidak suka Beberapa orang yang melihat sinis kearahnya. Oh Aliya tidak akan peduli dengan tatapan atau gunjingan mereka, toh dirinya tidak makan dari uang Meraka. Tadi dari uang Jimin.

"Duduk!" Aliya menunjukkan senyum paling manis untuk Jimin.

"Yang banyak ya!" Teriak Aliya saat Jimin menuju meja pesanan. Jimin memang akan memesankan makanan untuknya. Aliya tidak mau pesan sendiri, karena ini Jimin yang membayar jadi Jimin yang memesan.

Aliya mengarahkan pandangannya ke penjuru kafe. Sampai matanya menangkap sosok seseorang. Senyum culas tersemat dibibirnya saat melihat tatapan orang itu. "Dasar Sok!" Ketus Aliya yang kembali melihat Jimin yang sudah mulai kembali ke meja mereka. Meja ini hanya berisi 3 kursi dan biasanya ada Hyorin yang mengisi satunya, hanya saja karena Hyorin sedang sibuk mereka jadi berdua.

"Makan dan habiskan. Awas jika tidak habis!" Aliya mengangguk yakin dan tersenyum semangat. Oh tenang saja, soal menghabiskan makanan adalah kesenangannya.

"Aku Libur besok!" Cetus Jimin tiba-tiba.

"Pulang?" Jimin memang punya keluarga jauh dari Seoul dan Jimin sering pulang untuk menengok keluarganya.

"Hem. Bersama Hyorin!" Aliya mencoba tersenyum manis dan mengangguk.

"Mengenalkan dia?" Jimin menggeleng tidak yakin. Dirinya ingin pulang dan Hyorin yang dengar langsung ingin ikut, Jimin sendiri tidak punya kuasa untuk menolak. Lagi pula dirinya tidak pernah berkata tidak pada Hyorin.

"Entahlah. Kami hanya jalan-jalan!" Aliya ber oh ria dan mencoba bersikap biasa.

"Bagaimana jika aku terlalu jauh Aliya?" Pandangan Aliya beralih pada Jimin. Menghela nafas panjang dan menggeleng pelan.

"Hadapi. Kau sendiri yang bermain api!" Jimin menunduk dan memejamkan matanya erat. Jimin tidak lupa jika Hyorin akan segera menikah. Masih 10 bulan tapi sama saja. Jimin mengencani calon istri orang. Jimin sama saja perusak hubungan orang.

"Aku tau Aliya. Tapi bagaimana jika aku tidak bisa berhenti, bagaimana jika itu terus terjadi jika Hyorin sudah jadi milik orang lain?" Aliya mengusap rambut tebal Jimin dengan lembut, sontak Jimin mendongak dan menatap Aliya.

"Jika kalian jodoh pasti akan bersatu dan jika tidak maka nikmati itu. Jim bukan maksudku menggurui, hanya saja perhatikan batasanmu. Kau selalu bilang jika mengencani calon istri orang, setidaknya berikan batasan agar kau tidak terlalu jauh masuk kedalam kesalahan. Aku tidak tau apa yang akan terjadi dimasa depan hanya saja jika kau terus seperti ini kau sendiri yang akan terluka" Jimin tersenyum tipis dan menggenggam tangan Aliya.

"Terima kasih. Kau selalu datang dengan kata-kata yang tepat. Aku akan mencoba melakukan apa yang kau lakukan!" Aliya membalas Jimin dengan senyum manis juga. Menarik tangannya dari genggaman Jimin.

"Senang mendengarkan kau ingin melakukan itu. Kufikir kau mengatakan jika aku banyak bicara!" Kekeh Aliya yang mencoba mencairkan suasana.

"Oh aku tidak sejahat itu Aliya Kim. Aku tau jika nanti pasti akan ada pukulan jika aku mengatakan itu! Aku cari aman!" Keduanya terkekeh geli dan mulai fokus pada makanan yang sudah datang.

"Mari makan!" Teriak Jimin keras dan Aliya hanya tertawa sambil mengangguk. Mereka harus makan Banyak.

+

"Kalian pulang bersama?" Aliya menggeleng dan menjilat es krim yang ada ditangannya.

"Tidak. Aku pulang sendiri! Kau mau pulang dengan Jimin?" Balik Aliya bertanya. Sementara Jimin hanya diam memperhatikan keduanya.

"Tidak. Junho Oppa datang!" Ujar Hyorin pelan.

"Huh? Lalu besok? Kau jadi pergi dengan Jimin ke Busan dengan Junho yang datang? Oh yang benar saja!" Cetus Aliya terkejut. Rencana mereka bisa Batal.

"Aku tidak punya pilihan lain Aliya. Junho Oppa benar-benar datang~~~"

"Dan jangan lupa jika aku sudah bilang pada keluargaku jika aku datang dengan teman wanitaku. Oh apa aku harus berbohong padahal mereka sudah berharap teman wanitaku datang!" Selaan Jimin membuat keduanya diam. Ini semakin rumit.

"Aliya saja yang gantikan aku!" Aliya melotot tidak terima. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa dirinya yang datang.

"Hyorin. Kalian sudah janjian!" Kekeh Aliya tidak terima.

"Aku bisa apa? Junho Oppa benar-benar datang dan aku tidak mungkin berbohong!"

"Aku datang dengan Aliya. Kau temui saja Junho, toh dia akan semakin curiga jika kau lebih memilih aku!" Ketus Jimin dingin dan baik Aliya maupun Hyorin hanya bisa menghela nafas kasar. Jimin sudah marah.

"Apa kalian tidak sadar jika selalu saja menjadikan aku barang ganti. Ini menyebalkan kalian tau!" Ketus Aliya yang membuang es krim nya dan berlalu. Meninggalkan Jimin dan Hyorin dalam atmosfir dingin.

"Aku pulang dulu!" Cetus Jimin dan masuk kedalam mobilnya, meninggalkan Hyorin yang menghela nafas panjang.

"Ini menyebalkan!"

+

"Jim aku tidak mau!" Jimin masih saja membujuk Aliya untuk ikut. Masalahnya Jimin sudah janji pada keluarganya dan membatalkan kedatang teman wanitanya juga tidak enak.

"Ayolah Aliya. Hanya dua hari! Kau juga bisa bertemu Noona Hyomin disana!" Aliya menggeleng kuat. Justru Hyomin lah yang Aliya hindari. Aliya tidak mau Hyomin kembali merecoki dirinya seperti beberapa waktu yang lalu.

"Jim masalahnya keluargamu pasti akan menganggap aku wanita yang dekat denganmu. Bagaimana jika mereka berharap lebih?" Jimin menghela nafas berat dan menatap memohon Aliya.

"Hanya dua hari Aliya. Aku mohon, aku janji tidak akan ada fikiran seperti itu. Aku sudah bilang jika hanya teman yang ikut. Aku jamin tidak akan ada pembicaraan seperti ini. Ayolah bantu aku. Aku tidak mau mengecewakan keluargaku. Kau satu-satunya harapan terakhirku. Aliya Kim ayolah!" Dan Aliya fikir Jimin benar-benar menyebalkan. Selalu saja seperti ini. Memaksakan kehendak dirinya sendiri.

"Dasar tukang Paksa menyebalkan!" Ketus Aliya jengkel.

Tbc

You Should Know, I'l Loving U ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang