Kidding.

3.4K 309 10
                                    

Happy Reading.

+

"Kau yakin kuat Jim?" Mendengar pertanyaan Aliya, Jimin benar-benar ingin tertawa. Apa yang harus dirinya kuatkan?

"Ayolah Aliya. Aku dan Hyorin sudah berakhir dan kau tidak perlu khawatir aku akan terluka melihat pernikahan mereka!" Cetus Jimin terkekeh geli dan merangkulkan tangan Aliya kelengangnya.

"Kajja!" Dan Jimin membawa Aliya untuk keaula tengah. Dimana Hyorin dan Junho terlihat bahagia. Oh jelas mereka diundang. Mereka teman Hyorin.

"Aliya?" Keduanya saling berhadapan.

"Selamat Junho-shi!" Junho tersenyum tipis dan mengangguk. Mengucapkan terima kasih pada Jimin.

"Cepat menyusul!" Kekeh Junho yang melihat tangan Aliya yang menggenggam erat lengan Jimin.

"Pasti. Hanya tinggal tunggu hari saja. Oh ya Hyo selamat. Aku pasti akan merindukan suara crewetmu. Oh kau tidak kembali bekerja lagi bukan?!" Hyorin menggeleng pelan dan tersenyum.

"Junho Oppa tidak mengijinkan. Oh ya aku menunggu tanggal baik dari kalian. Dan Aliya aku perlu bicara banyak padamu!" Ketus Hyorin pada Aliya yang diam saja. Sementara Aliya hanya tersenyum kikuk dan mengangguk.

"Dan ya Nona Kim kau tidak banyak bicara. Biasanya kau crewet kata Hyorin?" Aliya menatap cepat Junho yang bertanya padanya. Tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya.

"Selamat Junho-shi. Dan ya jadilah ayah dan suami yang baik!" Junho menerima jabatan tangan Aliya.

"Terimakasih atas sarananya. Dan ya aku akan jadi ayah dan suami yang baik. Kalian cepat menyusul aku akan datang dan memberikan ucapan selamat Serta doa untuk kalian. Ah aku tidak sabar menunggu hari baik dari kalian. Kapan ya!" Aliya agak sungkan pada Junho. Masalahnya tangan Junho tidak mau melepaskan jarinya.

Mata Aliya melirik Jimin yang sudah merah. Sialan apa Jimin marah. Sementara Hyorin hanya melihat Jimin dan dirinya dengan sorot geli. "Oh biasakan kalian melepaskan jabatan tangan itu?" Dan Junho langsung menatap Jimin. Memperhatikan tangannya dan Aliya.

"Ah maaf Jimin-shi. Aku tidak tau jika kau cemburu aku memegang lama-lama tangan wanitamu!" Jimin mendengus dan meraih tangan Aliya lalu memasukkannya kedalam saku jasnya.

"She is My Mine Man!" Hyorin menepuk pundak Jimin keras.

"Buktikan. Jangan hanya kata-kata!" Kekeh Hyorin.

"Pastilah. Kalian tunggu saja waktunya. Dan ya lebih baik kami pergi sekarang. Ada banyak tamu yang lain ingin bersalaman. Dan kajja sayang!" Ajak Jimin.

"Aish bilang saja jika kau takut tangan Aliya disentuh suamiku!" Cetus Hyorin frontal.

"Itu salah satunya!" Balas Jimin spontan dan membuat Aliya terkejut. Tapi Jimin lebih dulu menariknya menjauh. Oh sialan bagaimana bisa Jimin membuatnya malu seperti ini? Sepertinya urat malu Jimin benar-benar sudah putus. Sialan.

+

"Apa?" Kesal Jimin saat Aliya terus saja diam setelah pernikahan Hyorin dan Junho. Jimin tidak mendengar satu kata yang keluar dari bibir Aliya. Tidak ada.

"Kau mempermalukan aku sialan. Bagaimana bisa aku mengatakan kata-kata tadi!" Pekik Aliya kesal.

"Apanya yang malu? Aku hanya ingin melindungi milikku. Kurasa itu tidak salah. Dan ya aku melindungi mu dari laki-laki. Seharusnya kau berterima kasih. Memang kau mau tubuhmu disentuh sembarang laki-laki penggoda diluar saja. Dan ya Junho termasuk. Bagaimana bisa dia menggenggam tanganmu didepanku. Dia benar-benar menyebalkan" sentak Jimin emosi.

"Disentuh? Kak fikir aku pelacur?" Bentak Aliya keras.

"Cih kau tidak akan laku jika jadi pelacur. Kau juga tidak punya bentuk yang menyenangkan untuk dilihat!" Ejek Jimin serkas.

"Bangsat kau Park Jimin. Keluar dari sini, pergi. Aku tidak Sudi melihatmu lagi. Aku juga tidak akan memanggilmu lagi sialan. Cepat pergi! Pergi Park Jimin" Aliya mendorong Jimin keluar dari apartemennya. Jelas Aliya tersinggung dengan ucapan Jimin.

"Aliya yahk. ALIYAAAA!" Jimin menggedor kuat pintu apartemen Aliya. Sialan bagaimana bisa dirinya diusir.

"Yahk awas kau!" Dengus Jimin kesal dan meninggalkan apartemen Aliya.

+

Jimin mengepalkan tangannya kuat saat melihat Aliya bercanda dengan teman kerjanya. Mereka masih bertengkar dan Aliya benar-benar mendiamkan dirinya. Aliya sibuk berlalu dan mengabaikan panggilannya. Bahkan menoleh saja Aliya tidak mau. Sialan bukan.

"Bangsat!" Pekik Jimin saat melihat laki-laki itu menyingkap rambut Aliya yang menghalangi wajahnya.

Oh jangan kira Aliya tidak sadar dengan Jimin yang memperhatikan dirinya. Aliya sadar dan memang berniat memanasi Jimin. Siapa suruh mengatakan kata-kata Laknat itu. Rasakan sendiri.

"Aliya ayo makan siang!" Aliya mengangguk dan mengikuti laki-laki itu. Mengabaikan Jimin sepenuhnya.

"Kau dalam masalah besar Aliya Kim!" Desis Jimin emosi. Aliya benar-benar menguji kesabarannya. Brengsek.

+

"Yakh lepaskan!" Sentak Aliya saat Jimin mencengkram kuat tanganya. Membawanya paksa, ini sakit bodoh.

"Brengsek!" Bentak Aliya saat Jimin melemparkan dirinya ke jok mobil Jimin.

"Sialan kau!" Bentak Aliya emosi saat Jimin masuk ke kursi kemudi.

"Diam saja sialan. Kau benar-benar membuatku emosi. Kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan hah? Bagaimana bisa laki-laki bangsat itu menyentuh wajahmu!" Pekik Jimin keras.

"Apa kau bilang? Laki-laki bangsat. Kau yang Bangsat sialan! Keluarkan aku dari sini!"

"Kau benar-benar ingin jadi Jalang ya?" Aliya tertohok mendengar suara Jimin.

"Jalang? Kau menganggap aku Jalang? Baik jika itu fikiranmu. Aku akan benar-benar jadi Jalang. Sekarang turunkan aku dari sini Idiot!" Dan Aliya membuka paksa mobil Jimin. Keluar begitu saja dan membuat Jimin semakin kesetanan. Sialan kenapa mereka semakin bertengkar hebat seperti ini.

"Sialaannnn!"

+

Jimin mencoba menghubungi Aliya dan sudah ratusan kali dirinya mencoba tapi hanya tolakan yang dirinya terima. Sialan bukan.

Tidak ada pilihan lain sekarang. Jimin harus mengunjungi Aliya langsung dan menyelesaikan masalah mereka. Jimin tidak akan tahan bertengkar lama-lama dengan Aliya.

"Shit Dimana dia?" Jimin menemukan apartemen Aliya kosong. Aliya tidak ada disini. Ini hampir jam 10 dan tidak mungkin Aliya belum pulang dari kantor. Jika sampai lembur paling hanya sampai jam 8 malam.

Jimin sengaja meninggalkan Aliya tadi, Jimin tidak menunggu dan langsung pulang. Mengabaikan Aliya yang masih sibuk bekerja. Mereka masih berperang dingin. Tapi Jimin yang tidak tahan sekarang. Dimana wanitanya.

Jimin merogoh Ponselnya saat benda persegi itu bergetar. "Apa?"

"Aliya. Aku melihatnya masuk kedalam Club?" Dan Jimin meremas kuat ponselnya saat mendengar itu.

Aliya?

Club?

Mau apa wanita itu kesana?

"Kau berniat jadi Jalang? Baik jadilah jalangku sekarang!" Jimin berlari keluar. Tentu saja menyusul Aliya. Menyusul wanitanya. Jimin berjanji jika Aliya bertemu dengannya nanti Jimin akan langsung menghukum Aliya. Tidak peduli dimana tempat dan keadaannya. Jimin akan benar-benar menghukum Aliya-nya. Wanita itu perlu diberi pelajaran.

Tbc.

You Should Know, I'l Loving U ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang