Happy Reading.
"Aliyaaa!" Aliya menoleh saat mendengar suara keras Jimin. Menyeringit heran saat melihat wajah acak-acakan Jimin. Kenapa dengan prianya?
"Kenapa?" Jimin berdiri tepat didepan Aliya. Menatap jengkel pada Aliya yang tengah heran menatapnya.
"Kenapa pakaianmu dimasukkan ke koper?" Mendengar pertanyaan Jimin, Aliya langsung berbalik badan dan meneruskan aktivitas memasaknya.
"Sayang?"
"Aku akan ke Daegu untuk beberapa hari. Besok hari peringatan kematian ayah dan ibu!" Jimin diam setelah mendengar jawaban Aliya. Ah Jimin takut bertanya pada Aliya lagi.
"Boleh aku ikut?" Tanya Jimin hati-hati. Yah setidaknya Jimin harus ada disaat menyedihkan wanitanya.
"Tidak usah. Kau dapat undangan makan malam dari Hyorin kan? Pergi saja kesana!" Jimin menghela nafas dan mendekat. Memeluk pinggang Aliya posesif dan meletakkan dagunya dibahu sempit Aliya.
"Bagaimana bisa aku menikmati makan malam sementara wanitaku hanya diam merenung mengingat ayah dan ibunya. Sayang aku bukan orang sejahat itu" Aliya hanya diam dan terus saja memasak. Sementara Jimin semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Aliya.
"Boleh tidak aku ikut?" Tanya Jimin memastikan.
"Hem!"
+
"Aliya!" Jimin melihat Aliya dalam diam. Keduanya sampai di Daegu dan Aliya langsung disambut dengan beberapa keluarganya yang masih tersisa disini. Jimin benar-benar ikut ke Daegu.
"Bibi!" Jimin tau dibalik sikap dewasa Aliya, akan tetap ada rasa kesepian. Yang Jimin tau dulu Aliya-nya adalah orang yang tidak pernah bersedih atau murung. Selalu tersenyum dan tertawa. Tapi yang Jimin hadapi sekarang adalah Aliya yang hanya punya satu ekspresi. Yah Aliya tidak punya ekspresi lain selain Kosong. Dari perjalanan mereka ke Daegu, Aliya tidak bicara apapun padanya. Hanya menjawab satu sampai dua Kata dan selanjutnya hanya diam kosong. Jimin tau harus memposisikan dirinya dimana sekarang. Jimin mengerti.
Mendekat dan merangkul pinggang Aliya. "Park Jimin imnida Namjachingu Aliya!" Cetus Jimin sopan mengenalkan dirinya.
+
Jimin menggenggam tangan Aliya dengan erat. Menemani Aliya berdiri diteras rumah dengan keadaan jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Ini hampir tengah malam dan Aliya tidak berniat tidur dan Jimin tidak berniat meninggalkan wanita sendiri. "Aku tidak tau awal ceritanya?" Aliya menoleh mendengar pertanyaan Jimin."Mworago?"
"Kehidupan mu. Yang kutahu kau datang sebagai rekan kerja. Ah menyedihkan saat aku tidak tau latar belakang keluarga Wanitaku. Aku benar-benar laki-laki yang buruk bukan?" Cetus Jimin menerawang dan menatap langit yang masih sangat cerah.
"Aku tidak punya orang tua. Itu saja, apa lagi?" Jimin gemas mendengar jawaban Aliya. Berakhir dengan dirinya mengajak Aliya duduk diatas rumput, Jimin membuat keduanya berhadapan dan Jimin masih saja menggenggam tangan Aliya.
"Dari awal sayang. Aku pernah bilang jika akan jadi kakimu jika kau tidak bisa berjalan bukan. Dan sekarang jika kau tidak kuat lagi, aku akan melakukan hal yang sama. Aliya percaya padaku. Apa hubungan kita selama ini belum membuatmu percaya padaku? Aku bahkan sudah mengenalkan dirimu pada Keluarga~~~"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should Know, I'l Loving U ✔️
FanficYou Should Know! Me And You. + Keduanya berjalan dari jalan yang berbeda. Antara kelam dan kebahagiaan. Kenangan buruk menghantui dan membuat semua memudar. Antara hati yang terluka dan hati yang siap bahagia.