Happy Reading.
*
"Kenapa diam?" Aliya menggeleng pelan kala suara lembut Jimin terdengar, diam adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Aliya tidak mau kehilangan kendali atas dirinya dan berakhir memalukan dirinya sendiri didepan keluarga Jimin. Ini pilihan terbaik, dan mungkin saja Aliya akan menganggap tadi ilusi. Mencoba meyakinkan jika hal yang dirinya lihat tadi tidak nyata. Ilusi semata.
Hanya ilusi.
"Tidak. Ayo pulang, aku lelah Jim" tanpa curiga dengan tingkah Aliya, Jimin dengan santai menarik tangannya dengan lembut. Membawanya menjauh dari sisi taman. Ekor mata Aliya melirik tempat yang tadi dirinya lihat. Menarik nafas dalam-dalam dan kembali fokus pada jalan. Fikirannya berkecamuk, entah apapun itu Aliya berharap jika semua hanya ilusi yang seharusnya tidak terjadi. Atau tidak dirinya lihat.
Karena yang Aliya tau dirinya benci melihat ini. Sungguh.
*
"Uh Bibi baunya aneh" Aliya jadi pusat perhatian saat nyonya Park menyuguhkan sebuah sup Di atas meja. Jelas saja atensi mereka teralih dan fokus pada Aliya. Jelas sangat kaget. Aliya bukan wanita yang dengan gampang mengatakan ketidaksukaanya pada apapun dan dengan spontan mengatakan itu. Belum lagi dengan hidung yang sudah ditutup rapat dengan jari.
"Sayang kau oke?" Tatapan tak suka justru Aliya perlihatkan pada Jimin saat menanyakan itu, jelas tatapan tajam. Apa maksud Jimin?
"Nak kenapa dengan sup nya?" Mencoba bertanya dengan lembut. Nyonya Park takut Aliya tersinggung.
"Baunya aneh, aku mau mutah" dan setelahnya Aliya berlalu meninggalkan meja makan. Sontak saja Jimin mengejarnya. Dan mereka jadi bahan tontonan. Hal macam apa ini? Kenapa jadi drama.
Ketiga orang dewasa itu sontak fokus pada Jimin dan Aliya yang sudah tidak terlihat. Aneh.
"Kenapa Aliya mirip kau saat hamil Jimin?" Celetukan Tuan Park sontak saja membuat kedua wanita beda usia ini memekik kaget. Masa?
"Yeobo?" Tuan Park hanya mengangkat bahunya acuh. "Aku yang merasakan itu saat kau hamil Jimin, kau yang awalnya super ramah dan diam jadi banyak bicara dan suka mengeritik, benar-benar kontras" Celetuk Tuan Park yang mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu.
"Mereka belum menikah" lirih Nyonya Park.
"Eomma mereka sudah sering melakukan itu. Kemungkinan Aliya hamil memang ada" celetuk Jina saat ingat hal yang adiknya lakukan. Jelas awalnya Jina yang mengerti, karena Jimin mengangkat telfonya saat sedang mendesah, Jina bukan orang bodoh.
"Tapi..."
"Beli saja Testpack. Jadi jika memang benar Aliya hamil langsung dinikahkan. Mumpung mereka masih disini" cetus Tuan Park santai.
"Yeobo kenapa kau mengatakan itu dengan mudah?" Kesal Nyonya Park yang super jengkel. "Perbuatan anakmu. Toh jika dilihat dengan mata jeli Jimin yang bar-bar dan suka seenaknya. Aliya type wanita penurut, jelas beda dengan kau" cetus Tuan Park santai.
"Yaaa...."
*
Mood Aliya semakin buruk saat hujan turun, niat hatinya ingin berjalan disekitar rumah Jimin jadi gagal. Lengkap sudah alasan Aliya untuk uring-uringan.
"Aliya?" Dan kehadiran Jimin tidak membantu apapun, Aliya masih kesal. Sungguh.
Jemarinya ditarik dengan lembut, hingga keduanya berhadapan, Jimin membawa Aliya dalam pelukanya. Seolah memberikan ketenangan pada Aliya yang terlihat masih kesal. " kenapa hem?" Memilih membuang muka saat dirinya ditanya. Mood Aliya hancur. Jimin tidak kehilangan akal, meraih dagu Aliya dan membuat mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should Know, I'l Loving U ✔️
FanfictionYou Should Know! Me And You. + Keduanya berjalan dari jalan yang berbeda. Antara kelam dan kebahagiaan. Kenangan buruk menghantui dan membuat semua memudar. Antara hati yang terluka dan hati yang siap bahagia.