Happy Reading.*
Aliya benar-benar mengeram saat Jimin terus saja mendusel padanya. Ini bahkan sudah siang dan Jimin tidak mau lepas darinya, Aliya harus berkemas untuk keberangkatan mereka Ke Busan dan Jimin dengan sial tidak mau melepaskan pelukanya. Park Jimin sialan.
"Aku tau kau mengumpat sayang. Oh aku hanya merindukan bau tubuh ini" terlalu mudah ditebak jika bibir Aliya selalu mengumpat Jimin, terlalu hafal dengan tabiat sang pujaan hati dan bagi Jimin umpatan itu adalah bumbu penyedap hubungan mereka agar tidak hambar.
"Park Jimin yang menyebalkan lepaskan ini. Bisa-bisa kita berangkat Malam jika kau terus seperti ini. Jim ini baru bajuku, sementara bajumu belum. Oh ayolah Park Jimin" Aliya benar-benar memohon, akan sangat memakan waktu lama jika Jimin terus seperti ini. Aliya ingin cepat selesai dan berangkat.
"Sayang?"
"Apa?"
"Eomma menyiapkan lamaran untukmu disana" mata Aliya melotot tidak percaya, lamaran untuk dirinya? Sungguh.
"Jim"
"Hah aku sudah mencegahnya hanya saja Eomma tidak mengindahkan kata-kata ku" Aliya sontak berbalik dan menatap Jimin. Yakin kata-kata tadi.
"Kenapa Eommaniem tiba-tiba menyiapkan lamaran untukku? Kau mengatakan apa saja pada Eommaniem?" Kemungkinan mulut ember Jimin mengatakan jika mereka berhubungan. Padahal ini baru 14 hari sejak keberangkatan mereka yang pertama. Luar biasa bukan, lamaran dalam kurun waktu 2 minggu, oh yang benar saja.
"Ingat saat kita melakukan Morning Sex dirumah Hyorin?" Aliya mengangguk pelan, insidennya masih beberapa waktu yang lalu.
"Sebenarnya saat itu Noona menelfon dan aku sedang melakukan itu pada kau yang tidur, dia mendengar desahan ku dan mengatakan pada Eomma. Eomma menelfon dan langsung menyuruh aku jujur, karena takut tidak dianggap anak, aku jujur saja"
Aliya melongo luar biasa mendengar jawaban Jimin, ASTAGA. Jimin itu bodoh atau Idiot sih, sudah tau mulutnya tidak bisa berhenti mendesah kenapa juga menerima telfon pada saat itu, seharusnya biarkan saja dan nanti ditelpon lagi. Park Jimin sialan.
"Boleh aku mengumpat mu?" Jimin menggeleng polos, Aliya terlihat marah. Jelas dari wajahnya yang berubah merah. Siapa yang tidak marah saat rahasia hubungan memalukan meraka terbongkar. Jika seperti ini nama Aliya juga akan jelek, pasti dikira perempuan murahan.
"Tidak masalah, Eomma tidak akan marah padamu. Eomma pasti akan marah padaku, dia bilang aku Bodoh karena tidak menjaga anak gadis orang dengan baik. Jangan khawatir ya" kepala Aliya berdenyut nyeri. Kata-kata Jimin tidak memperbaiki apapun, rasanya semakin nyeri saat membayangkan kemungkinan mereka disana.
"Sepertinya kau harus konsultasi ke Dokter Gila" ujar Aliya Lemas.
"Aku tidak gila"
"Kau itu Gila Idiot, bagaimana bisa kau membongkar hubungan ranjang kita didepan Keluargamu. Kau itu bodoh jadi jangan mengelak, dan kebodohan mu mengalahkan apapun. Sudah tau hal seperti itu bukannya dijaga malah diumbar. Jika hal yang baik maka tidak masalah. Ini memalukan malah dikatakan, sana saja kau kerumah sakit jiwa, atau suntik rabies biar mati sekalian. Dasar Sinting" akhirnya teriakan Aliya menggema juga. Ini yang Jimin tunggu, ingin tertawa tapi Aliya pasti akan emosi dan semakin marah-marah, jadi opsi Jimin adalah mendekatkan wajahnya ke telinga Aliya.
"She Is Mine Dear" lirih Jimin dan mencium telinga Aliya.
"Brengsek kau Park Jimin" maki Aliya yang mengigit telinga Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should Know, I'l Loving U ✔️
FanficYou Should Know! Me And You. + Keduanya berjalan dari jalan yang berbeda. Antara kelam dan kebahagiaan. Kenangan buruk menghantui dan membuat semua memudar. Antara hati yang terluka dan hati yang siap bahagia.