Happy Reading.
+
"Park Jimin bangsat!" Jimin hanya terkikik geli melihat Aliya yang kesusahan berjalan. Oh jelas itu karena kejadian semalam. Jimin menikmatinya. Menikmati teriakkan Aliya yang mengumpatnya. Jimin suka.
"Kenapa?" Tatapan tajam dan mata melotot langsung Jimin dapatkan saat dirinya mendekat. Bajingan sialan.
"Aku tidak bisa berjalan dengan benar sialan!" Jimin mendekat dan mengangkat tubuh Aliya dengan mudah.
"Kau mau kemana? Biarkan aku jadi kakimu sampai itu tidak sakit lagi. Sekarang katakan mau kemana?" Aliya memutar bola matanya jengah. Bukan ini yang dirinya inginkan.
"Jim kau yakin akan seperti ini? Ayolah aku tidak suka main-main. Bagaimana bisa ini sangat sakit. Rasanya perih dan ya tidak mungkin kau jadi kakiku terus-menerus. Gila kau Jim. Jika aku tau ini akan sangat sakit, aku tidak akan Sudi melakukan itu semalam!"
"Berisik!" Ketus Jimin yang membawa tubuh Aliya kedapur. Jimin tidak suka apa yang sudah dirinya lakukan disesali. Apalagi dengan kejadian mereka semalam. Tidak ada yang perlu disesali, semuanya sudah selesai.
"Masak sendiri atau kumasakkan!" Cetus Jimin dingin. Dan Aliya sepertinya sadar. Oh mudah menebak seperti apa karakter Park Jimin jika sedang marah. Hanya akan terdengar suara datar dan dingin.
"Aku bisa masak sendiri. Turunkan aku saja. Kau pulanglah!" Cetus Aliya dan Jimin langsung mendudukkannya di kursi meja makan. Berlalu begitu saja dan membuat Aliya menghela nafas panjang. Entahlah, Aliya fikir hubungannya dengan Jimin tidak benar-benar akan berjalan dengan baik. Mereka seorang teman yang saling memusuhi dan tiba-tiba dalam semalam mereka menjadi kekasih diatas ranjang. Rasanya gila.
Aliya bahkan dengan mudah menyerahkan itu semalam.
Flashback.
"Jhim!" Aliya memukul dada Jimin saat merasakan jika bibirnya digigit. Aliya tidak suka kasar.
"Apa?" Aliya merasakan nafas hangat Jimin berhembus diwajahnya. Memperhatikan wajah Jimin yang sudah merah padam.
"Lepaskan. Ini sudah malam. Lebih baik kau pulang. Tidak baik berkunjung malam-malam kerumah perempuan!" Dan Aliya melotot tidak percaya saat Jimin meraub kembali bibirnya kedalam ciuman yang lebih panas dan bergairah. Bahkan kisah Jimin langsung melesat masuk kedalam mulutnya.
"Ah!" Aliya melenguh saat tangan kecil Jimin meremas bokongnya. Sialan, sebenarnya Jimin mau apa darinya. Kenapa Jimin justru melecehkan dirinya. Sialan Park Jimin.
Aliya mencoba Manahan dada Jimin tapi percuma, ciuman Jimin semakin dalam dan tangan Jimin semakin aktif meraba tubuhnya.
"Berikan itu padaku!" Dan Aliya hanya diam seperti orang bodoh saat Jimin membawanya menuju kamarnya. Memperhatikan Jimin yang masih berjalan dengan diam. Jimin tidak berbicara, hanya berjalan dengan tatapan sayu.
Aliya mengerti apa yang Jimin inginkan. Mudah menebak ini, mereka sama-sama dewasa dan Aliya mengerti akan hubungan yang lebih intim dari pada ini. Sialan apa Aliya siap dengan ini?
Tubuhnya mendarat mulus diatas ranjang. Menatap gelisah Jimin yang mulai melepas bajunya. Belum lagi dengan Jimin yang mulai melepas gesper celananya. Ya Tuhan Aliya takut.
Tubuh atletis Jimin membuat Aliya malu, pertama kali Aliya melihat tubuh telanjang laki-laki.
Jimin menunduk dan menindih tubuhnya. Aliya merasakan hawa panas menyelimutinya. Apalagi dengan tatapan intens Jimin padanya. "Jim!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should Know, I'l Loving U ✔️
Fiksi PenggemarYou Should Know! Me And You. + Keduanya berjalan dari jalan yang berbeda. Antara kelam dan kebahagiaan. Kenangan buruk menghantui dan membuat semua memudar. Antara hati yang terluka dan hati yang siap bahagia.