Dua hari berlalu, hari ini Jungkook diperboleh kan keluar dari rumah sakit. Dan Jungkook menyebut kan keinginan pertama nya.
"Kakak, aku ingin menari"
Jimin menoleh, tatapan nya berubah tajam.
"Tidak!" Tolak nya dengan cepat.
"Kak, aku ingin menari" mohon Jungkook lagi.
"Apa kau tidak mengerti kondisi mu Park Jungkook?!" Nada Jimin meninggi, membuat Jungkook sedikit terkejut.
"Aku ingin menari seperti kakak sebelum aku mati"
"Park Jungkook!!" Teriak Jimin lagi.
"Aku ingin menari seperti kakak sebelum adik mu Park Jungkook, mati!!" Nada bicara Jungkook pun ikut meninggi.
Jimin tersentak, hati nya sakit. Jantung nya serasa berdetak lebih kuat. Tidak, adik nya tidak akan mati.
Jungkook menyentuh kedua bahu Jimin, "kakak, aku hanya hidup sekali. Aku tidak mau menyesal ketika aku mati. Maka aku akan bahagia melakukan apapun yang ku mau. Sebelum aku mati"
"Tidak ada yang akan mati" Cela Jimin.
Iris mata nya kembali menatap Jungkook, sekarang berubah. Tatapan nya sendu, seakan menahan tangis. Jungkook membalas nya dengan senyum.
Senyum nya yang begitu indah, senyum nya seperti bulan sabit yang selalu bercahaya menyinari hati Jimin. Dan Jimin selalu luluh karena nya.
Seperti saat ini, Jimin tak menyadari diri nya mengangguk mengizin kan Jungkook melakukan yang membuat nya bahagia itu.
Jungkook berjanji pada Jimin bahwa diri nya akan bahagia dan selalu baik-baik saja. Kita bisa melihat kebenaran nya.
Jungkook membungkuk memberi salam, ia memperkenal kan nama nya dengan mata polos itu. "Mohon bantuan nya" ujar nya bersemangat.
berjam-jam Jungkook beradaptasi, gerakan-gerakan dasar ia pelajari dengan seksama. Hoseok, pelatih nya yang sangat baik dan sabar.
"Hari pertama mu sungguh bagus, sampai bertemu lagi kook!" Teriak Hoseok sembari melambai tangan pada Jungkook yang akan meninggal kan ruang latihan.
Perjalanan yang hening harus Jungkook lewati, ia di temani sinar rembulan dan ribuan bintang. Cahaya nya menjadi sangat indah, begitu pun cahaya yang akan selalu ia pancar kan pada orang tercinta.
Tak terduga, Jimin telah siap di depan pintu untuk menyambut. Wajah pucat Jungkook menyambut dengan tidak biasa. "Kau baik-baik saja?" Tanya Jimin khawatir.
Jungkook menatap tulus pada Jimin, kemudian mengangguk pelan. "Wajah mu pucat, apa kau minum obat mu?" Jungkook menunduk.
"Maaf. Aku lupa" ujar nya lirih.
"Bagaimana bisa lupa?!" Jimin menjadi sangat pemarah jika Jungkook lupa akan kondisi nya. Entah sejak kapan.
Wajah Jungkook semakin tertunduk, "maaf" ujar nya lagi dengan lirih.
Brugh
Bersambung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Provisions Of Memories
FanfictionCanda tawa dan hal-hal kecil yang biasa di lakukan, mulai sekarang akan menjadi hal yang paling berharga. Karena Park Jungkook menyadari bahwa hidup nya tidak akan lama lagi.