Satu hari sebelum penampilan Jungkook dan Jimin, mereka masih sibuk berlatih. Terlalu takut untuk melakukan kesalahan diatas panggung.
Ruangan terasa hangat walau di luar tengah turun salju, itu karena penghangat ruangan yang dinyalakan.
"Kak" Jungkook berhenti seketika, membuat Jimin terkejut.
"Kenapa?" Jimin menghampiri Jungkook yang terduduk. Ia menggenggam tangan sang adik begitu kuat, menyalurkan kekuatan.
"Sakit" ucap Jungkook dengan lirih, bibirnya bergetar. Setetes air mata nya mulai turun, tangis nya pecah.
"Maaf. Kaki ku-"
"Tidak apa-apa" Jimin tau maksud Jungkook, ia kembali kambuh.
Jimin mengelus pelan kedua kaki Jungkook, walau sentuhan apapun tak bisa Jungkook rasakan.
Pintu ruang latihan terbuka, menampilkan sosok ayah mereka yang tegas. "Ada apa?" Ia menghampiri kedua anak nya.
"Apa kau tidak minum obat mu Kook" Jungkook memejamkan matanya sejenak.
Lalu berujar lirih menahan pening di kepalanya, "aku meminum nya ayah"
Ayah Park menghela nafas berat, ia menggumam. "Apa operasi yang dulu ia lakukan tak berhasil?"
Jimin dan Jungkook terkejut, mereka masih memiliki pendengaran yang normal sehingga bisa mendengar gumaman ayah.
"A-ayah" suara Jungkook tercekat. Menatap manik mata sang ayah tak percaya.
"Apa yah? Operasi? Siapa? Kookie?" Jimin tak mengerti, apa ia salah dengar.
Sejak kapan Jungkook melakukan operasi? Jimin tidak akan pernah melupakan hal sepenting itu, lalu kapan?
Jimin tak percaya, Apa Jimin lupa ingatan? Mengapa diri nya tak pernah ingat Jungkook di operasi? Itu hal yang sangat penting untuk dia lupakan. Bahkan Jungkook sakit pun Jimin tak tau.
"Maaf" sang ayah berujar lirih, menatap iris mata Jimin yang terkejut.
"Kapan?" Mata Jimin memanas, tapi ia berusaha menjaga pertahanan nya.
"Saat kau lomba menari di luar kota. Maaf, kami menyembunyikan nya"
Hati nya sakit di bohongi orang tercinta, seberapa lama mereka menyembunyikan nya? Seberapa lama Jungkook menahan sakit nya?
Jimin menoleh, menatap iris mata Jungkook dengan tatapan yang kecewa. Jungkook bisa menangkap itu, sungguh Jungkook merasa bersalah.
"Kenapa kau membuat kakak menjadi orang jahat Kook?" Jungkook terkejut, bukan itu maksud nya.
"T-tidak kak"
"Saat itu kakak sangat senang karena memenangkan lomba, berteriak bahagia, sangat bahagia. Tapi kakak tak tau bahwa adik kesayangan kakak tengah melawan sakit nya. Kakak orang jahat. Apa kakak bukan kakak mu yang wajib mengetahui segala sesuatu tentangmu Kook?" lirih Jimin. Tangis nya tak bisa ia tahan, Jimin kecewa.
"Tidak. Maaf, aku minta maaf. Kakak bukan orang jahat, Kookie sayang kakak, jangan menangis" tangis Jungkook ikut pecah.
Mereka memeluk satu sama lain, menyalurkan kehangatan di sela tangis mereka.
Iya, Jimin tidak akan bisa marah dengan mereka, terutama Jungkook. Maka Jimin berusaha menerima semua kenyataan dengan lapang dada.
Juga menerima dirinya yang teramat jahat saat itu.
Bersambung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Provisions Of Memories
FanfictionCanda tawa dan hal-hal kecil yang biasa di lakukan, mulai sekarang akan menjadi hal yang paling berharga. Karena Park Jungkook menyadari bahwa hidup nya tidak akan lama lagi.