Ruang rawat begitu tenang bersama suara alat EKG yang tak henti, mata Jimin sayup terpejam.
Tangan nya terus menggenggam jemari Jungkook yang tak kunjung sadar, perlahan Jimin menutup matanya yang terasa sangat berat.
Ketenangan itu membuat Jimin tertidur dalam posisi tidak nyaman, ia duduk di kursi yang disediakan dan menyeretnya agar dekat dengan Jungkook.
Namun mata nya kembali terbuka, perutnya mengamuk minta diisi. Memang sudah berapa hari Jimin melupakan jadwal makan dan tidurnya.
Jimin kembali memejamkan mata membiarkan rasa sakit di perutnya yang menjalar ke kepala.
Ia berdecak kesal, "sejak kapan tidak makan mengakibatkan sakit kepala?" Gerutu Jimin.
Matanya terus ia paksa terpejam, tapi tidak bisa. Rasa sakit itu terus mengganggu Jimin, ia memijat pangkal hidung untuk menghilangkan rasa sakit.
Tapi percuma, fokus nya ia alihkan pada adik kesayangan nya yang tak kunjung terbangun.
"Kook, kakak lolos lagi. Apa kau tidak mau memberi selamat pada kakak?" Jimin berujar lirih, tentu saja tidak akan ada yang menjawab.
"Kakak juga jarang makan dan tidur, apa kau tidak mau memarahi kakak?" Jimin masih mencoba.
"Papa dan Mama jarang menjengukmu, apa kau tidak mau menelepon mereka?" Ia terus bergumam sendiri.
"Oh, iya. Besok kakak ulang tahun, kau tidak mau bertanya apa yang kakak inginkan?" Matanya mulai memanas, tapi ia tahan untuk tidak menangis.
"Kalau begitu kakak langsung beritahu saja, ya?" Jimin terdiam, ia menelan ludah nya dan menghela nafas.
"Bangunlah. Bangunlah adikku sayang, tolong bangun" Jimin tidak dapat menahan nya lagi, tangis nya pecah. "Kakak mohon bangun, kakak takut. Tolong jangan buat kakak khawatir, bangunlah"
Lirih sekali. Jimin tak tau betapa rindunya dia pada Jungkook, hatinya terus terasa sakit. Biarlah Jimin menangis, sebentar saja. Setelahnya Jimin akan kembali kuat, ia harus kuat untuk Jungkook.
Tapi biarlah Jimin seperti ini sebentar saja. Menyalahkan diri sendiri, merasa tak berguna dan tak berhasil menjadi kakak yang baik.
Ribuan jarum menusuk hatinya, bersama rasa sakit yang terus terasa di perutnya. Jimin tak kuat menahan itu semua, hingga fokus nya teralih seketika.
Suara lirih itu, Jimin sangat merindukan nya.
Bersambung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Provisions Of Memories
FanfictionCanda tawa dan hal-hal kecil yang biasa di lakukan, mulai sekarang akan menjadi hal yang paling berharga. Karena Park Jungkook menyadari bahwa hidup nya tidak akan lama lagi.