POM [22 Selamat Tinggal

895 59 5
                                    

Hari itu. Adalah hari terberat yang pernah Jimin lalui, dimana dirinya begitu sangat terpukul atas keputusan sang adik yang tak masuk akal dan tak dapat Jimin terima.

Bibirnya bergerak setelah sekian lama, mengungkap kan kata-kata menyayat hati. "A-apa maksudmu Kook?"

"Aku lelah kak. Biarkan aku tenang" suaranya pelan, berbisik.

Detik selanjutnya, hati Jimin seakan retak. Jantung nya berdebar sangat kencang, air matanya menetes tanpa sadar.

Dan disinilah mereka. Jimin, ayah, ibu, Jungkook, dan dokter. Di ruang rawat Jungkook.

Sebelum jarum suntik mendarat di permukaan kulit mulus Jungkook, Jimin mendekat.

Membelai sisi wajah yang akan sangat ia rindukan nanti. "Kakak tak percaya ini pilihan mu, kakak menyayangimu. Dik"

Jungkook tersenyum, amat manis. Secerah bulan sabit di langit malam, senyum yang selalu Jimin rindukan, kini kembali dia lihat.

Setidaknya untuk terakhir kali Jimin bisa melihat senyum itu, senyum bahagia atas berakhirnya penderitaan. Di sisi lain, Jimin ikut tersenyum, senyum pilu yang begitu menyakitkan.

Mata Jimin memanas, tapi ia tahan untuk tak meneteskan air mata. Untuk saat ini, Jimin akan melepas tanpa air mata. Mengucapkan selamat tinggal tanpa jejak kesedihan.

"Selamat tinggal"

Tangis ayah dan ibu yang pecah membuat hati Jimin amat sakit, merasa tak rela. Hingga jarum suntik benar-benar melukai kulit Jungkook.

Kejang-kejang yang membuat tangis ayah dan ibu makin pilu, matanya tertutup. Nafasnya terhenti.

Apa yang Jungkook minta telah terlaksana. Beban berat yang berusaha Jimin abaikan untuk ketenangan sang adik. Tangisan ayah dan ibu yang selalu membuat Jimin menulikan pendengaran.

Namun waktu tak bisa diulang. Rasa lelah yang membuat semangat Jungkook menghilang entah kemana, juga membuat batin dan raganya lelah.

Pilihan nya sangat egois menurut Jimin, tapi Jimin juga tak bisa egois untuk membuat Jungkook tetap berada di sisinya.

Kini, tak ada lagi senyum yang dapat membuat hati Jimin tenang.

Tak ada lagi keberadaan si usil Jungkook.

Tak ada lagi semangat di hidup nya.

Tak ada lagi Jungkook di sisinya.

Jimin berharap, Jungkook bahagia. Sekali lagi, Jimin ucapkan selamat tinggal bersama satu kecupan di dahi.

"Tenang disana Kook, Kakak selalu menyayangi mu. Kesayangan kakak" air mata nya menetes.

"Kakak akan menunggu. Terus menunggu, hari dimana kita bisa bertemu lagi" suara Jimin bergetar.

"Sampai saat itu tiba, teruslah berbahagia"

Diakhiri senyum manis dengan lelehan air mata yang tak kunjung henti.

Lalu cerita ini berakhir, cerita yang menyimpan kenangan dan kesedihan. Cerita untuk mengenang segala hal yang berlalu dengan cepat.

Hargai waktu mu, lukis kenangan indah di hidup mu. Karena kau tidak akan pernah tau, apakah mereka yang ada di sisi mu akan selalu berada di sisimu.

Berbahagialah!

Sampai bertemu di cerita selanjutnya :)

Salam hangat, Jjyn!

Provisions Of Memories  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang