POM [17 Dilema

398 52 0
                                    

Hari-hari terus berjalan, namun kondisi Jungkook tidak membaik kian hari. Malam ini anggota keluarga lengkap.

Dan Jungkook tentu sudah mengetahui kondisi keluarga nya setelah lama, malam ini dia akan berbicara.

"Papa. Aku tidak masalah pulang ke rumah" lirih Jungkook dengan tatapan lembut.

"Tidak. Kau harus disini" jawab Papa cepat.

"Aku tau keuangan kita tidak baik, dan ini karena aku" terang Jungkook.

"Ini bukan salah mu. Ini salah kami yang tidak bekerja dengan baik" sahut Mama lembut, menenang kan hati.

Kemudian Jungkook berpaling dan mengangguk pasrah. Kali ini dengan tiba-tiba Jungkook gemetar.

Semua panik, dan berteriak menanggil suster ataupun dokter. Hati mereka hancur seketika.

Belakangan ini Jungkook sering kali seperti itu, sering kali merasa tidak bisa bergerak.

Tubuh Jungkook semakin rapuh, kata-kata Jungkook kadang tidak masuk akal. Semua takut, Jungkook manis mereka akan diambil dari rengkuhan mereka.

Mereka hanya bisa duduk sambil merapal doa ketika harus menunggu di luar. Beberapa saat dokter keluar.

Mereka menatap dokter dengan penuh harap, binar di mata mereka seolah menjelaskan pada dokter bahwa mereka berharap.

"Kita harus memajukan jadwal operasi, keadaan nya makin buruk. Tapi operasi kali ini hanya memiliki sedikit peluang untuk membuatnJungkook sembuh" jelas dokter.

Jimin seakan terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, matanya meredup. "Jika berhasil, dia bisa hidup normal. Tapi jika gagal, mungkin tubuh nya akan lumpuh total, kemungkinan terburuk nya..."

"....Kematian"

Semua terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, mendarat di tumpukan jarum yang amat mentakitkan.

Namun mereka harus kuat, berusaha menerima dengan lapang dada. Walau kini di ruang tunggu, semua rasa campur aduk.

Takut, marah, sedih, khawatir. Mereka ikut merasakan sakit walau tak sebanding dengan apa yang Jungkook rasakan.

Hati Jimin tertusuk, perasaan kalut mendominan hati nya. Jadwal yang dokter itu berikan bertepatan dengan perlombaan mereka.

Apa yang harus Jimin lakukan? Tentu saja Jimin harus membatalkan perlombaan itu demi kesembuhan Jungkook.

Semua berkumpul di ruang rawat Jungkook, menatap tulus pada Jungkook yang juga sedang menatap mereka bergantian.

"Jadwal operasimu di majukan" jelas ibu, tangan nya seraya membelai sisi wajah Jungkook lembut.

"Kapan?"

"Dua minggu lagi"

"Tunggu. Kak" Jungkook menatap Jimin, ia terkejut.

"Kakak akan membatalkan nya Kook" ujar Jimin lirih.

"Tidak. Kakak harus tetap tampil, tanpa aku" bantah Jungkook.

"Bagaimana kakak bisa Kook? Kakak tidak mau hal itu terulang kembali, kakak ingin berada di dekat mu" Jimin menggenggam tangan Jungkook dengan erat.

"Aku mohon kak. Aku akan berjuang untuk sembuh, jadi aku ingin kakak juga berjuang untuk lolos di perlombaan kali ini. Jangan biarkan aku berjuang sendiri kak"

Jimin tak tau harus berkata apa, mana yang harus Jimin pentingkan. Jimin tak mau kembali menjadi kakak yang jahat. Namun Jungkook membuat nya seperti itu.

Ingin sekali Jimin menolak keinginan Jungkook, tentu saja Jungkook lebih penting daripada perlombaan itu.

Jimin bingung, benang kusut di hati dan otak nya menambah buruk semuanya. Tapi ini keinginan Jungkook, adik kesayangan nya.

Mana yang harus Jimin pilih, terus berada disisi Jungkook atau mengabulkan permintaan Jungkook.

Ini sulit, ia dilanda dilema besar yang menyakitkan.

Bersambung?

Provisions Of Memories  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang