9. Campus Life

1K 168 44
                                    

Jinhwan meremat kesal rambut pink nya. Dikiranya pemindahannya ke kantor barunya ini akan membuatnya sedikit santai karena New Neamh tidak sebesar kota tempatnya berada dulu. Tetapi siapa sangka, kasus kriminal di kota barunya justru jauh lebih banyak dan semuanya adalah kasus beku.

Apa yang polisi-polisi itu kerjakan, kesalnya. Rasanya ia mau membanting laptop di atas mejanya dan menginjak-injaknya hingga hancur jika tidak ingat laptop itu adalah milik negara dan ia tentu tidak mau gajinya yang tidak seberapa itu dipotong karena ia tidak bisa mengendalikan emosinya kan.

Dengan langkah malas, Jinhwan beranjak ke ruang rapat, dimana empat anak buahnya sudah berkumpul.

Donghyuk, Jennie, Chanwoo dan Rose yang telah duduk di kursinya masing-masing, tapi langsung berdiri begitu melihat Jinhwan memasuki ruangan. Tanpa berbicara, Jinhwan menyuruh mereka duduk dengan gerakan tangannya.

"Jadi kalian sudah mengumpulkan setiap kasus yang melibatkan kartu Angel of Death selama dua tahun belakangan ini?" tanyanya sambil menatap anak buahnya satu persatu.

"Yes, sir. Setahun kemarin ada 13 kasus pembunuhan yang menyertakan kartu The Angel of Death dan CD berisi kejahatan si korban.

Lalu setengah tahun ini, kasus pembunuhan yang melibatkan kartu yang sama meningkan hampir tiga kali lipat. Dalam 3 bulan terakhir ada 9 kasus serupa," ujar Rose menggeser slide-slide pada papan tulis putih di depan meja mereka menggunakan remote.

"Lalu, tersangkanya?" tanya Jinhwan menatap keempat anak buahnya yang seketika menunduk dalam-dalam.

"Tidak ada tersangka? Bagaimana mungkin, apakah kalian sudah memerika keluarga korban, teman-teman, musuh, tetangga atau siapapun yang mengenal korban?" tanya Jinhwan sedikit emosi.

"Sudah Sir. Kami sudah merangkumnya di laporan ini," lirih Jennie menyerahkan sebundel laporan kasus sejak tahun kemarin.

Jinhwan menerimanya dan membuka laporannya, membaca dengan cepat lalu mengernyit bingung. "Kalian bilang ini laporan? Dengan hanya mewawancarai keluarga saja? Kalian ini detektif bukan sih? Apa kalian tidak benar-benar lulus dari pendidikan kalian?" teriak Jinhwan marah, melempar tumpukan laporan anak buahnya ke atas meja dengan kasar.

"Kami...kami sangat ingin menyelidikinya, namun, kepala kepolisian menghentikan setiap kasusnya karena lebih banyak penduduk New Neamh yang berharap agar The Angel of Death tidak tertangkap. Bagi mereka, The Angel of Death adalah malaikan penyelamat ketika polisi tidak mampu menyelamatkan mereka," jelas Donghyuk takut-takut.

"Lantas?" desis Jinhwan melebarkan matanya sebisanya.

"The Angel of Death ini adalah seorang kriminal! Mereka main hakim sendiri, membunuh dengan keji! Lihat, sebagian besar korbannya bahkan terlihat mengenaskan. Jika malaikat yang kalian maksud sesadis ini, aku lebih baik menjadi setan!" kata Jinhwan dengan suara tertahan karena menahan emosinya.

"Lalu apa saja yang dilakukan oleh unit lainnya? Bukankah tugas polisi harus membantu warganya? Apa yang dilakukan kepolisian di kota ini hingga orang luar bebas main hakim sendiri," ujar Jinhwan lagi yang kali ini sudah tidak bisa mengendalikan amarahnya.

Jangan tanya bagaimana keadaan keempat anak buahnya kini, karena yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah tertunduk dalam diam tanpa berani menjawab ataupun membantah.

¤¤¤

Lalice berjalan santai menyusuri lorong kampusnya menuju ke loker miliknya, ketika suara-suara cekikikan yang menyebalkan memasuki indera pendengarannya.

Dengan raut wajah semakin datar Lalice berusaha tidak peduli dengan obrolan tidak penting siswi-siswi kecentilan itu.

Memiliki indera yang tajam terkadang memang menyebalkan, salah satunya adalah sekarang, jika Lalice normal, tidak mungkin obrolan yang melibatkan Eunwoo dan dirinya dalam percakapan mereka bisa di dengar dengan mudah, karena ketiga siswi itu berada di dalam kelasnya.

The Angels of Death - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang