Lalice di ikat di sebuah meja alumunium dalam keadaan telanjang. Ia sudah amat terbiasa dengan keadaan ini, sehingga ia bahkan seperti sudah tidak memiliki rasa malu lagi, walau bentuk tubuhnya kini sudah mulai berubah.
Diusia nya yang ke 16 tahun, tubuhnya sudah mulai terbentuk, dadanya yang tadinya rata kini sudah mulai tumbuh, pinggangnya juga sudah mulai terlihat ramping dan ia bahkan sudah mendapatkan haid pertamanya.
Dengan bosan, ia menunggu siksaan apa yang akan diterimanya nanti, sampai Mr. Cooper datang dan melakukan hal yang lebih menjijikkan dari siksaan.
Mr. Cooper yang kini sudah berusia 57 tahun itu datang dengan mata berkabut nafsu dan mulai menggerayangi tubuh Lalice bahkan berani mengecup payudaranya yang sudah mulai tumbuh, menyebabkan terciptanya jeritan kemarahan dari mulut Lalice dan ia juga tidak lagi diam bersandiwara seakan dirinya masih bocah kecil yang tidak mampu melakukan apa-apa.
Persetan jika mereka mengetahui kalau penelitian yang selama ini mereka lakukan padanya telah berhasil, karena ia tidak mau keperawanannya diambil oleh seorang pria tua gendut yang selama ini menganggapnya sebagai kelinci percobaan.
Jadi dengan sekali sentak, semua ikatan yang membelenggu tubuhnya terlepas dan dengan kasar ia menendang Mr. Cooper yang terpental menabrak tembok.
Lalice melompat turun dari meja aluminium tempatnya tadi berbaring, dan dengan menyeringai, ia mengambil scalpel yang ada di sebuah meja kecil disamping meja aluminium tempat Lalice berbaring.
Dengan langkah ringan namun tidak tergesa-gesa, Lalice mendekati Mr. Cooper yang masih shock dengan apa yang terjadi, dan sebelum si tua gendut itu sempat berteriak, Lalice sudah membungkam mulut keriputnya menggunakan tangannya dengan berjongkok dihadapannya dalam keadaan telanjang.
Selanjutnya, dengan senyuman lebar yang sangat manis, Lalice membuka paksa mulut Mr. Cooper, menarik lidahnya dan mengirisnya dengan scalpel yang ia pegang sedari tadi, membuat si tua bangka itu meneteskan airmata dengan mulut yang banjir darah dan mulai berteriak dan terbatuk karena tersedak darahnya sendiri, namun sekali lagi dibungkam oleh Lalice dengan mencekik lehernya.
Lalice menatap pria tua gendut di depannya yang kesulitan bernapas karena cekikannya. "Apa hak mu melihat tubuhku," desis Lalice yang lalu mencungkil mata kiri Mr. Cooper tanpa ekspresi.
"Ah shit!" kesal Lalice begitu bola mata Mr. Cooper menggelinding mendekatinya, yang tanpa peduli ditendangnya menjauh.
Lalice baru saja mau memotong-motong jemari Mr. Cooper yang telah berani menggerayanginya saat pintu ruangannya terbuka sehingga membuatnya menoleh ke arah pintu.
Ternyata kembarannya, June dan Dongmin yang datang tergesa-gesa.
"Apa yang dilakukannya padamu?" desis June yang melihat tubuh polos Lalice.
"Sesuai yang kau pikirkan Jun," desis Lalice dipenuhi kemarahan.
"Apa? Beraninya!" teriak Dongmin yang kini sudah mendekati Mr. Cooper dan menginjak-injak penisnya tanpa ampun dengan kekuatan super human nya tentu saja. Jadi jangan terlalu dibayangkan, apa yang terjadi dengan penis si pria tua itu.
"Yak! Bunuh dengan cepat, yang lainnya akan menyadari kalau ada kejanggalan. Kita harus keluar dari sini. Setidaknya Lalice butuh berpakaian," ujar June malas melihat tubuh kakak kembarnya sendiri.
Dongmin bergerak cepat, mengambil scalpel di tangan Lalice lalu menggorok leher Mr. Cooper.
"Ayo!" ajak Dongmin menarik tangan Lalice untuk keluar dari ruangan itu sebelum merelakan kaos yang melekat ditubuhnya untuk dikenakan oleh Lalice dan membiarkan dirinya sendiri bertelanjang dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels of Death - The Beginning
AksiSeason 2 : The Angel of Death - Encounter Season 3 : The Angel of Death - Finale *** ⚠🔞 Warning : This story contains violence, indecent language and adult contains!! Please be wise 🔞⚠ Twins - Lalisa and Junhoe were a little ball of sunshine. Ever...