47. | mama

1.1K 142 10
                                    

emang menaruh harapan lebih pada makhluk tuhan itu salah, gak seharusnya gue melakukan itu. jelas-jelas mereka pasti mengecewakan tanpa mereka mau, begitupun gue sendiri.

setelah emosi gue memuncak dan sangat berusaha keras untuk gak meledak gue bergegas menyimpuni barang-barang gue dan keluar dari cafe dan segera memesan ojol.

suka heran sama manusia-manusia yang sangat gampang berbohong tanpa memikirkan perasaan orang lain.

kadang gue tuh suka bingung, gue sudah berhati-hati untuk bersikap sama orang lain tapi kenapa orang lain itu gak memikirkan setiap sikap yang akan mereka berlakukan ke gue. iya gue tau, setiap manusia itu berbeda dan gue gak bisa menyamakan semuanya sama seperti gue dan pada dasarnya pun gue cuma sebatas manusia biasa yang bisa khilaf. tapi, gue memikirkan apapun yang menyangkut diri gue. gue meminimalisir bersikap yang dapat membuat perasaan sakit hati itu muncul.

seperti berbohong, misalnya.

mereka mungkin enggak sadar atau emang gak perduli. ngerti gak sih misalnya kita berbohong dari hal yang terkecil enggak menutup kemungkinan lama-lama kita terus berbohong untuk menutupi kebohangan-kebohongan sebelumnya. menderita gak? tanpa sadar kita udah teracuni dengan beban berbohong itu belum lagi saat beban itu bereaksi kalo misal ada seseorang yang menyinggung itu.

"lho nara?"

gue berbalik secara spontan dan mendapati mamanya kak doyoung yang lagi sama terkejutnya seperti gue.

"mama?" dengan reflek gue mendekati mama lalu memeluknya. bisa gue rasakan mama terkejut dengan gue yang tiba-tiba lalu membalas pelukan gue.

"nara? kamu nangis?"

gue mengeratkan pelukan pada mama, gue juga gak tau kenapa sensitif banget akhir-akhir ini. padahal gue udah janji sama diri sendiri.

"sayang? kamu kenapa, hm? ayo kita bicarain baik-baik ya. enggak enak lho di pinggir jalan gini." gue melepaskan pelukan mama sambil menyeka air mata dan tersenyum tipis, merasa gak enak sama mama, gue kan cuma sebatas pacar anaknya.

sekarang gue berada di rumahnya mama, mama bawa gue pulang ke rumahnya atas dasar khawatir sama gue. padahal gue sebenarnya enggak apa-apa, gue nangis karena perasaan gue hanya butuh direalisasikan.

"kamu kenapa hm? kalo kamu gak keberatan cerita aja sama mama."

gue menatap mama dengan sisa-sisa air mata gue. iya selama itu gue nangis.

"nara gapapa kok ma."

"kalo kamu gapapa kamu gak bakal nangis dong, nar. kamu nangis pasti ada sebabnya."

gue menggeleng. "nara cuma... pusing aja."

mama tersenyum sambil mengusap puncak kepala gue. "yaudah kalo kamu belum siap cerita sama mama ya gapapa. kalo pusing, makan dulu yuk abis itu minum obat, tidur di kamar doyoung."

gue lagi-lagi menggeleng. "enggak usah ma. nara ngerepotin banget. dibawa diem juga baikan kok."

"dibawa diem gimana? adanya dibawa tidur. udah nurut sama mama kalo gamau kena omel doyoung."

kenapa sih orang-orang pada mau nyangkutin masalah gue sama kak doyoung yang bakal ngomelin gue, kemarin jaehyun sekarang mama.

akhirnya gue nurut sama mama, bahkan mama nyuapin gue sambil cerita-cerita. gue berasa balik ke belasan tahun yang lalu. rindu sama suasana itu.

"sekarang kamu istirahat ya." setelah makan dan minum obat mama ngajak gue ke lantai atas dimana kamarnya kak doyoung berada. ternyata lantai dua enggak ada bedanya, semuanya apik dan terlihat mewah.

mama membuka kamar dengan pintu bercat abu-abu tanpa hiasan apapun, ternyata ini kamarnya kak doyoung. gue sempat terpana sebentar dengan apa yang gue liat sekarang. kamarnya luas, rapi dan harum gak seperti kamar anak cowok yang gue tau. plusnya kamar kak doyoung dingin banget karena gue yakin ac nya pasti jarang dimatiin.

"gapapa ma? gausah deh, nara puㅡ"

"udah gapapa. lagian doyoung pasti seneng kok."

seneng? gimana maksudnya?

akhirnya gue tidur di kasur king size milik kak doyoung setelah mama cukup memaksa gue degan mendudukan gue di kasur anaknya.

"kamu istirahat ya, nanti mama hubungin doyoung kalo pacarnya ada disini."

mau gak mau gue mengangguk kaku, setelah itu mama meninggalkan gue sendiri di kamar kak doyoung. mata gue menjelajah kesana kemari meneliti setiap sudutnya. lagi-lagi gue merasa kalah dari kak doyoung.

enggak apa-apa saling melengkapi hehe.

gue memutuskan untuk duduk di kursi meja belajar kak doyoung yang menghadap balkon kamarnya. nyaman, itu yang gue rasakan. mata gue kembali menjelajah apapun yang ada di meja belajar kak doyoung. gak sopan memang, tapi gue belum merasa ngantuk atau apapun yang mendorong gue untuk tidur.

salah satu barang kak doyoung yang terselip di antara buku-buku membuat gue merasa dejavu, gue seperti pernah melihat benda itu tapi enggak tau dimana. tanpa sadar tangan gue bergerak untuk mengambilnya tapi pintu kamar yang terbuka membuat gue reflek menyimpan tangan gue kembali.

"nara? kok gak istirahat?" ternyata mama yang membawakan gue segelas air hangat.

mama menuntun gue kembali ke kasur milik kak doyoung. "ayo kamu harus istirahat. doyoung tadi nelpon mama duluan nyuruh mama maksa kamu buat tidur. tuh liat mata kamu udah kayak panda aja." mama merebahkan tubuh gue dan menyelimuti.

"ma? kok kak doyoung tau aku disini?"

mama terlihat mikir. "iya juga ya? kamu emang gak ada kabarin anak mama satu itu?"

gue menggeleng sambil menaikkan selimut milik kak doyoung hingga leher. "yaudah gak penting dia tau dari mana. sekarang kamu istirahat ya, kasian tuh mata kamu keliatan capeknya. awas gak tidur entar mama langsung jadiin mantu besok!" ucap mama dengan diakhiri muka yang di galak-galakin membuat gue terkekeh.

"iyaa nara mau tidur kok. jadiin mantunya nanti aja kalo nara udah siap hahaha.."

"bisa aja kamu. yaudah mama tinggal ya, selamat istirahat calon mantu mama."

lagi, gue kembali sendirian. sambil menatap langit-langit kamar kak doyoung pikiran gue kembali melalang buana. apapun yang terjadi hari ini kembali terlintas, tanpa sadar air mata gue jatuh untuk kesekian kalinya dan cukup membasahi sprey bantal yang gue gunakan.

pelan-pelan gue menutup mata dengan air mata yang seolah enggak ada hentinya. gue harap apapun yang gue takuti, pikiran negatif gue enggak akan pernah terjadi.

serta rasa sakit ini gue harapkan akan cepat memudar dan lenyap.

apa mungkin gue harus menjauh dalam keadaan sekarang sebelum semuanya berakhir menyakitkan?

tbc

rlmine|5.11.19

nara kayaknya murung terus yaa :(

aku gatau lagi ngasih judul chapternya jadi mohon maklum ya kalo gak nyambung sama isi cerita :v

Hanya | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang