31. | siaran

1.6K 178 0
                                    

gue dan kak doyoung pergi ke ruang penyiar kampus. niatnya mau berbagi tulisan gue. cuma mau berbagi aja, kalo ada yang sadar alhamdulillah itu bonus.

gue agak tegang sebenarnya, karena selama gue beriringan dengan kak doyoung di koridor banyak tatapan serta bisik-bisik yang enggak enak untuk di lihat dan di dengar sekaligus apalagi itu semua terhadap gue.

sebenarnya itu terserah mereka, mau menggunjing gue sampe arab juga terserah. tapi, sebelum itu setidaknya mereka mikir. mereka sudah sempurna apa belum? apa mereka sudah seperti 'orang' yang mereka anggap sebagai orang yang 'patut' dicontoh dalam kamus mereka atau mereka adalah sosok yang gak mungkin melakukan itu semua?

kalo mereka mencoba menjadi 'orang' yang 'patut' dalam kamus mereka menurut gue itu memang hak mereka tapi maaf, gue sedikit miris.

sebenarnya bagaimana arti 'baik' dalam kamus mereka?

"gausah di perduliin, nar."

"hhh, iya kak. aku juga gak dapat apa-apa kan kalo perduliin mereka?" kak doyoung ngangkat kedua bahunya acuh.

gue mengacak rambut kak doyoung dan dia cuma nyengir. "tambah ganteng kalo rambutnya acak-acakan kak."

"dih, dikira belum mandi yang ada, nar." kata kak doyoung sambil ngerapihin rambutnya lagi.

gak lama kita berdua sampe di depan ruang penyiar kampus, dari dinding kaca yang sedikit buram gue bisa ngeliat jaehyun sama kak johnny yang lagi sedikit ngerapihin ruangan. kayaknya sih mau siap-siap buat siaran.

kak doyoung mulai mengetuk pintu ruangan penyiar lalu membuka dan mempersilahkan gue masuk terlebih dahulu.

"eh nar, bang, ada apa? tumben banget." sapa jaehyun setelah gue sama kak doyoung masuk ke dalam ruangan sementara kak johnny sibuk sama kabel-kabel.

kak doyoung ngasih selembar kertas yang dari tadi dia bawa-bawa ke jaehyun. "eh doy, nar, tumben kesini, mau confess?" sapa kak johnny sambil ketawa lalu salaman ala cowok ke kak doyoung.

kak doyoung nunjuk gue dengan dagunya, lalu kak johnny natap gue. "itu kak." kata gue sambil menunjuk kertas yang lagi dibaca sama jaehyun.

kak johnny ikut membaca bersama jaehyun, gak lama mereka geleng-geleng kepala sambil tepuk tangan membuat kertas itu sedikit lecek.

"gila gila gila! gue setuju banget sama nara! emang sifat manusia gitu kali ya, ya walaupun enggak semua manusia kayak gitu. sumpah nar, lo makan apa sih sampe bisa mikir sekritis itu?!" kata kak johnny dengan geleng-geleng kepala kagum.

padahal perasaan gue itu biasa aja. gue cuma haha hehe doang ke kak johnny.

"lo liat dong bang pawangnya bentukan gimana?" kata jaehyun sambil ketawa kecil dab ngelirik kak doyoung.

"ck, apasih? bagus sih nara bisa sekritis itu. dulukan anaknya sembarangan!" kata kak doyoung datar membuat jaehyun juga kak johnny ketawa.

"bener bang! nara itu dulu anaknyaㅡ"

"heh! enak aja sembarangan, emang aku apaan?! bukan sembarangan ya! tapi. belum. bisa. berfikir. kritis. gitu!" omel gue gak terima dengan penuh penekanan.

"iya-iya." jawab mereka bertiga serempak.

"ohiya mau kapan nih? sekarang? bisa aja sih, tapi kemarin-kemarin banyak masukan dari anak-anak sampe rektor buat..." kak johnny menggantung ucapannya lalu menggeleng. "enggak bukan apa-apa."

gue cuma mengangguk lalu tersenyum. "kasus heardtrough tweet gue ya kak?" tanya gue sambil menggerekkan kedua jari telunjuk dan jari tengah membentuk tanda kutip.

kak johnny mengangguk lalu melirik jaehyun yang lagi natap gue. "lo gapapakan nar?" tanya jaehyun.

gue menggeleng sambil terseyum, berusaha terlihat baik-baik aja di depan mereka. "santai, sih. biasa, netizen kan emang suka gitu?" balas gue sambil ketawa kecil.

kak doyoung, kak johnny, juga jaehyun menatap gue. gue jadi risih banget sampe rasanya gue mau mengusap kasar muka mereka semua.

"udah, natapnya biasa aja dong! gue bukan anak abg labil yang di sentil dikit langsung baper!" kata gue sambil melotot ke arah mereka bertiga.

"kenapa? pada minta dibahas ya?" kata gue lalu membuka salah satu aplikasi di ponsel.

"wow! hebat banget gue sampe viral gini!" kata gue lalu tertawa kecil. "lucu banget manusia." lirih gue sambil menggelengkan kepala heran lalu mematikan ponsel.

aplikasi itu aplikasi khusus untuk mahasiswa-mahasiswi univ gue. kayak vlive gitu, tapi bisa video, picture, atau semacam thread gitu nanti anak penyiar yang bakal ngebahas dan ada fitur komentar untuk sepanjang live berlangsung sekaligus terhubung dengan audio penyiar yang tersedia di setiap ruangan dan sudut koridor kampus.

"gimana? kita bahas sekarang atau setelah loㅡ"

"kalian bahas aja dulu, tapi gue mohon kalian bersikap netral." kata gue memutus pembicaraan jaehyun.

"kalo gue atau bang johnny ada di pihak lo gimana?" tanya jaehyun sambil kembali memperhatikan isi kertas itu.

"ya terserah cuma sebisa mungkin kalian netral, kan kalian disini posisinya seperti moderator." balas gue sambil menatap jaehyun dan kak johnny bergantian.

jaehyun sama kak johnny mengangguk. "oke.."

kak johnny mulai sibuk dengan komputer yang ada di depan meja siaran dan jaehyun udah siap di tempatnya dengan membuka buku jurnal yang bisa gue liat banyak kalimat dengan beberapa kata di lingkari.

gak lama mereka udah siaran setelah mengobrol santai lebih dulu dan menyetel lagu yang banyak di request oleh warga kampus.

gue gak sadar malah sibuk merhatikan mereka berdua kalo kak doyoung gak ngajak gue keluar dari ruangan penyiar dan duduk di kursi panjang yang ada disana.

suara kak johnny dan jaehyun memenuhi koridor, bisa gue liat banyak anak kampus yang sibuk mendengarkan atau menatap layar ponsel mereka yang menampilkan wajah kedua laki-laki itu. gak bakal ngelewatin siaran sih kalo anak penyiarnya aja bentukan mereka.

"di sogok dulu tuh johnny sama jaehyun. makanya mereka kedengaran setuju kayak gitu!"

"jijik sih gue, udah salah tapi masih aja ada yang belain."

"otaknya dimana sih? malu sih gue kalo jadi dia."

"dih, malu-maluin indo aja! mana sampe petinggi negara pula!" 

gue cuma memperhatikan anak kampus yang nyindir gue sambil bolak-balik lewat di depan gue sama kak doyoung.

gue ngelirik kak doyoung yang muka sampe telinganya udah merah. padahal yang disindir gue kenapa dia yang marah?

kak doyoung baru aja buka mulut buat ngomong tapi keburu gue tahan lengannya dan gue menggeleng saat kak doyoung natap gue heran.

"kakak itu lebih savage dari mereka. aku takut otak sama jantung mereka melorot ke dengkul!" bisik gue. "kalo udah di dengkul nanti makin-makin!" bisik gue lalu menjauh dari kak doyoung dan melihat ke arah lain seolah gak terjadi apa-apa.

kan, gue jadi menghujat secara gak langsung.. astaghfirullah..

gue ngelirik saat kak doyoung cuma geleng-geleng kepala sambil ikut ngelirik gue. "diajarin kakak." kata gue lalu nyengir.

tbc

rlmine|15.08.19

Hanya | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang