14. | mental

3K 336 11
                                    

"kesehatan mental itu penting banget. tapi, masih banyak masyarakat yang belum paham tentang kesehatan mental itu sendiri."

"sebenarnya cukup disayangkan juga sih kak, padahal sehat secara utuh itukan gak cuma fisik, tapi mental juga."

kak doyoung mengangguk lalu menyeruput kopi hitam yang baru aja di antarkan sama pelayan café. sehabis pulang ngampus kak doyoung ngajakin gue nongkrong bentar di café yang gak begitu jauh dari univ.

gue awalnya agak curiga, karena obrolan dua cewek kemarin yang membuat gue semakin was-was. dan ternyata kak doyoung cuma mau ngajak ngobrol, gue curiga dia pasti baru nonton berita yang gak jauh dari topik utama sore ini.

gue pikir kak doyoung mau membantu gue buat melupakan tentang obrolan itu, tapi kayaknya percuma karena bagi gue permasalahan sekecil apapun akan menjadi beban pikiran gue.

"bener, bahkan di negara kita sendiri isu tentang kesehatan mental itu masih di anggap sepele. orang depresi di anggap lemah, kurang iman, kurang deket sama tuhannya. padahal udah jelas banget, orang yang terkena gangguan mental itu karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, ya kita juga harus pintar-pintar bersyukur." kata kak doyoung sambil menopang dagunya supaya lebih intens untuk memperhatikan gue.

gue mendengarkan kak doyoung sambil ngemil kentang goreng. "tapi kak, kayaknya gak semuanya gitu deh. ya aku tau sih, pasti sebagian besar karena ketidakmampuan itu, kayak.. kebutuhan biologis, rasa aman, ingin dicintai, sampe kebutuhan aktualisasi diri. tapi sebenarnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi itu, lagi pula kelainan mental banyak macamnya. aku pribadi, manyayangkan hal itu, sih. ujung-ujungnya masuk rumah sakit jiwa sampe percobaan bunug diri."

"lo tau gak negara oppa-oppa lo itu banyak banget kasus bunuh diri?" gue mengangguk kaku. "pernah gak lo mikirin itu? apa yang lo pikirkan tentang bunuh diri itu sendiri?"

"penah sih, cuma gak begitu kompleks karena menurut aku kasus bunuh diri itu udah berat banget. biasanya orang yang bunuh diri itu katena terlalu capek buat ngejalanin hidup mereka. gitu aja, karena aku sendiri gak mau terbawa sama pemikiran-pemikiran yang akan membuat aku jadi takut."

kak doyoung kembali menyeruput kopinya. "kadang gue mikir, misal lo jadi orang yang gak paham sama apa yang harus lo lakuin saat ada orang yang curhat sama lo. dan lo cuma merespon, yaudah yang sabar ya, semangat terus, stay positive aja, bahkan ada lho keadaan orang yang lebih parah dari lo, coba deh pandai bersyukur lagi. sumpah, perasaan gue jadi gak enak saat memikirkan itu, lo pasti ngerti." gue ketawa kecil ngeliat kak doyoung yang lagi keliatan frustasi sendiri, berbicara akan pikirannya sambil menggerakkan kedua tangannya dengan intonasi yang senada.

"heh! gue capek-capek ngomong lo malah ketawa!"

gue mengangguk beberapa kali tapi masih ketawa. "iya-iya maaf. tapi kak, aku gak gitu kok! ya walaupun ada momen dimana aku tiba-tiba blank harus gimana supaya kehadiran aku itu berguna buat sesama. setidaknya, aku pernah mikir harus dengan cara apa untuk menghadapi situasi membingungkan itu. dan ujung-ujungnya aku milih diam sampe seseorang itu kembali menumpahkan isi hatinya sambil aku mikir gimana aku harus bertindak."

"lo gak tau nar? tetangga samping rumah lo kemarin bunuh diri!"

"hah?! beneran kak?!" pekik gue membuat seluruh atensi pengunjung cafè mengarah ke kita berdua, lebih tepatnya gue.

kak doyoung mengangguk santai dengan wajahnya yang sendu. "innalillahi." lirih gue.

"kok kakak tau? sedangkan aku sabagai mantan tetangganya gak tau sama sekali."

"lo jarang nonton berita."

gue mengangguk membenarkan. sumpah, gue jadi agak takut ya siapa sih yang gak takut dengan berita semacam itu apalagi ada di sekitar kita. gue juga kasian sama korban karena sehari-hari emang kayak orang stress dan tinggal sendirian.

"gue suka kasian sama orang bunuh diri."

"kenapa? aku pikir, mereka salah. gak seharusnya mereka melakukan itukan?"

kak doyoung mengangguk sambil memainkan jari jemari gue di atas meja, bukan ke hal yang romantis sih cuma cara dia mainin jari gue itu malah mau megang cacing.

hm terserah.

"bener. bisa dikatakan mereka menentang takdir tuhan, tapi dari kejadian itu seharusnya kita bisa dapat petunjuk gimana beban yang di pikul saat mereka hidup. bahkan, orang yang bunuh diri bisa dikata-katain, aqidahnya di permalukan, dibilang gak punya iman. seharusnya dari kasus itu kita bisa lebih berempati."

"bener sih, ya aku juga bingung sih bertindak yang benar itu harus kayak gimana. di satu sisi emang bunuh diri dosanya sangat besar, di sisi lain cukup kasian sama korban karena beban selama hidupnya."

kak doyoung mengangguk lalu membenarkan posisinya. "nar gue gak bisa romantis yang menye-menye, belum bisa membelikan sesuatu buat lo karena pada dasarnya gue masih di kasih uang sama orang tua, belum bisa menghasilkan apapun selain kerja keras buat raih ipk tinggi."

gue terdiam mendengarkan sesuatu yang keluar dari mulut seorang kim doyoung yang sangat tiba-tiba. jujur, gue berubah jadi gugup banget bahkan jantung gue rasanya mau loncat keluar.

"gue cuma bisa ngasih lo opini gue seperti yang sering gue lakuin, cuma bisa berdebat pemikiran sama lo kayak gini, mungkin lo ngerasa capek, bosen, jenuh, karena cuma hal ini yang bisa gue kasih ke lo. maaf, tapi dari situ gue tulus sama lo nar. jadi jangan pikirin omongan gak guna yang kemarin ya, gue tau kalo itu susah tapi gue yakin lo bisa dan terserah lo mau percaya atau enggak gue akan berusaha untuk tetap stay."

gue senyum setulus mungkin sambil membenarkan rambut kak doyoung ke belakang hingga jidatnya terlihat, rambutnya agak lepek karena keringat dan akhirnya rambut itu kembali menutupi jidatnya.

"kakak kayak gini aja aku udah bersyukur banget, aku gaperlu menerima apapun dari kakak, karena menurut aku kehadiran kakak di kehidupan aku lebih dari cukup. aku suka kakak yang selalu ngasih aku masukan tentang ini-itu, kakak mau aku jadi orang yang cerdas yang bisa memilah tentang baik dan buruk kehidupan. ya pokoknya keadaan kayak gini aku udah merasa wow banget!"

kak doyoung terus menatap gue lekat dari gue ngomong sampe salah tingkah sendiri.

"lo mau tunggu gue?"

"tunggu apa?"

"tunggu jadi temen hidup gue."

oh my god! gue gak tau harus apa selain nunduk malu. jantung gue udah mau meledak sumpah! ini... ceritanya gue di lamar secara gak langsung?

tbc

-rlmine|24.07.19

jujur, aku gak bisa bikin cerita tentang cinta-cintaan, karena pengalaman aku nol besar!!! jadi, pemahannya kurang banget!

btw, aku buat chapter ini setelah nonton youtube kak gitasav

p.s: nama orang yang aku cantumkan itu credit ya. gak semua aku ambil opininya (garis besar) dan aku menambah dari opini aku sendiri.

Hanya | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang