8. | ekspektasi

3.9K 465 6
                                    

author pov

setiap orang pasti pernah yang namanya bereskpetasi tapi, terkadang takdir memang punya cara lain untuk menunjukkan apa yang seharusnya kita dapatkan.

dan ekspektasi selalu berhubungan erat dengan realita.

terkadang manusia sering kecewa dengan realita. karena apa? karena realita yang ada, realita yang terjadi, gak sesuai sama ekspektasi yang mereka buat.

tanpa sadar manusia di makan dengan pikirannya sendiri, menjadi kurang bersyukur dengan apa yang seharusnya ia dapat. hingga menyalahkan tuhan, padahal porsi yang ia dapatkan memang sudah seharusnya.

tapi, berekspektasi itu enggak salah setiap manusia berhak untuk itu.

di siang terik di hari minggu ini, nara sama doyoung lagi duduk berhadapan di depan teras yang lumayan teduh.

keduanya terdiam, nara sibuk sama pikirannya, doyoung sibuk natapin nara yang keliatan kayak orang stress.

"ekspektasi bukan apa-apa karena itu cuma harapan palsu!"

nara mengangguk lemah. "tapikan gak salah kalo kita berekspektasi!"

doyoung menepuk pelan puncak kepala nara.  "percuma kalo lo berekspektasi sampe manapun, kalo aksinya enggak ada."

"aku kurang apa siiiiiiiihh?" lirih nara.

doyoung menghela napas pelan, pengen banget doyoung meluk nara tapi gak enak sama orang lewat.

"jangan marah dengan diri lo karena ekspektasi yang lo buat sendiri!" kata doyoung yang terdengar cukup ketus di telingan nara.

nara mendelik abis itu menghela napas sambil ngacak-ngacak rambutnya. "kakak taukan apa yang ir. seokarno bilang? mimpilah setinggi langit jika jatuh, kamu akan jatuh di antara bintang-bintang."

doyoung mengangguk. "doa sama usaha harus seimbang. percuma kalo banyakin doa tapi usahanya nol besar!"

nara cemberut. "katanya gak ada yang percuma?!"

"masih gak ngerti? kalo udah kaya ginikan berarti usaha lo kurang, ekspektasi aja lo tinggiin, dan berakhir kayak gini! jatohnya sakit!"

nara ingin sekali mencakar muka gantengnya doyoung, kalo ngomong lembutan dikit kenapa sih? untung nara gak tersinggung.

nara menatap dalam mata doyoung, tapi pikirannya kemana-mana. mau nangis aja, tapi gak berani di depan doyoung.

"nar, lo mau berekspektasi sampe keluar angkasa juga gak ada yang ngelarang. tapi lo harus tau, ekspektasi dan realita seringkali bikin manusia kecewa! tapi sebenarnya, gak semua ekspektasi itu bagus dan gak semua realita itu buruk. ya tergantung setiap individu, sih. banyak hal yang gak terduga itu terjadi."

"iyaaaa. usaha aku aja berarti yang kurang!"

doyoung mengelus rambut nara lembut. "udah jangan sedih. lo mau apa? untuk hari ini lo boleh minta apapun ke gue."

nara cuma mau ekspektasinya itu terwujud. tapi, ya nara sadar kalo itu gak bakal terjadi.

ekpektasinya akan tetap menjadi sebuah angan-angan.

"aku gak mau apa-apa."

"beneran?"

nara mengangguk lemah lalu menumpu kepalanya pada paha doyoung. doyoung mengelus rambut nara lembut. "terus lo mau apa? biar gak terlarut kayak gini." ada terselip nada khawatir pada doyoung.

"gak tau."

nara masih betah pada posisinya, doyoung cuma menatap nara dan mengelus kepala gadisnya. doyoung juga gak tau harus apa, dia bingung kalo cewek bad mood, masalahnya nara gak pernah keliatan lemah banget kayak sekarang.

"naaarrr." kata doyoung dengan nada seperti anak kecil.

nara pura-pura enggak denger, udah pw walaupun lehernya sudah merasa pegal.

"masuk jae!" teriak doyoung cukup keras.

nara langsung duduk tegap dan melihat ke arah pagar rumahnya dengan wajah terkejut. tidak ada siapa-siapa.

kak doyoung sialan!

nara menatap kesal ke arah doyoung yang juga menatapnya dengan wajah polos tanpa dosa.

"ck! giliran jaehyun cepat. sama gue lemes kayak bencong ketangkap satpol pp!"

nara memukul paha doyoung cukup keras dan doyoung cuma ketawa. "gak tau." kata doyoung dengan nada sperti nara tadi, lemes kayak oranh putus asa dan sedikit di lebih-lebihkan.

"ih aku gak gitu ya!"

"ck, udah jangan bete terus! beneran nih mau gue panggilin jaehyun?"

sebenarnya doyoung males mau ngehubungin temen satu gengnya itu, ya karena kalo nara udah sama jaehyun malah dia yang jadi obat nyamuk. ngeselin emang si nara.

nara mengangkat kedua bahunya lemah. "kalo kakak gak masalah, ya panggil aja." kata nara di akhiri nyengir kecil.

tbc

-rlmine|19.07.19

Hanya | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang