57. | ungkapan

1.2K 161 47
                                    

masuk ke konflik yang kayak gini kenapa aku merasa geli sendiri :( maap ya kalo agak gimaaanaaaaaa gitu.

















































































































































































"sebenarnya...."

gue enggak tau apa yang bakal kak doyoung sampaikan dan sebenarnya pun gue gak mau mendengarnya untuk sekarang. gue masih butuh waktu lebih buat menyusun kepingan-kepingan yang terjalin selama ini.

"kak?"

"ya?"

"maaf. aku lagi gak mau membicarakan apapun yang bersangkutan sama yang lalu-lalu. aku masih capek. bukan berarti aku nolak, waktunya pasti ada tapi bukan sekarang."

gue menunduk, sebenarnya untuk ngomong kayak gitu ke kak doyoung buat hati gue merasa gak enak, kayak kurang sopan aja. apalagi dia jauh-hauh kesini sambil bawa mie ayam kesukaan gue dan pastinya ada niat yang tersusun sejak awal tapi, gue dengan gampangnya menolak niatannya itu karena merasa belum siap.

kak doyoung mengangguk. "maaf."

gue menghela napas. "jangan minta maaf."

"kamu baik-baik aja kan? hm.. maksud aku ada sesuatu yang akhir-akhir ini bikin kamu merasa gak enak?"

pertanyaan macam apa itu?! masih gak sadar juga ya??? gue ditanya baik-baik aja?! bohong banget kalo gue bilang baik-baik aja, mana ada sih orang yang perasaannya terluka bakal baik-baik aja??? apalagi... ya gue disini merasa perasaan gue jauh lebih besar buat dia.

"menurut kakak?"

"enggak baik."

"kok gitu?"

"saat kamu bilang baik itu bohong. mata kamu sudah menjelaskanya semuanya, nar."

"terus kalo tau ngapain nanya?"

kak doyoung terdiam lalu mulutnya meringis kecil. dan entah berapa lama gue dan kak doyoung terdiam, gue ataupun dia gak ada yang membuka pembicaraan lagi.

gue jadi menerawang saat-saat dimana, gue dan kak doyoung duduk berdua di teras sambil berdiskusi, apapun itu. gue jadi ingat pertanyaan gue dulu saat gue belum memberitau betapa beruntungnya gue punya dia. tapi sekarang, keadaan berbalik menjatuhkan keduanya ke dalam lingkaran pahit yang mengikis rasa diantaranya. iya gue sama kak doyoung mungkin enggak bisa balik, perasaan itu mulai terkikis tapi entah kenapa gue masih punya setitik harap dengan dirinya. gue memang bodoh, gue terlalu memanjakan perasaan gue.

"masa-masa krisis itu perlahan berdatangan nar."

gue menoleh cepat ke arah kak doyoung. merasa bingung apa yang baru aja dia bilang di tengah lamunanya menatap lantai teras.

"enggak ada yang menyalahkan kamu atau petemuan kita tiga tahun lalu."

"mungkin disini kamu yang paling capek."

"ketika kita melepaskan dan membebaskan perasaan, maka disitu kita mendapatkan esensi dari berkorban. aku paham banget bagaimana ada di posisi itu."

Hanya | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang