Part 24

1.5K 100 2
                                    

"Nama kamu Axelen Mirza Arovan, pantas saja sempurna karena nama Axelen bisa menjadi Excellent" -Liara

※※※

(3 hari kemudian)

Liara kembali merasakan dirinya tersayat bagaimana tidak? Bianca telah resmi menjadi ibunya kembali kemarin, acara pernikahan sudah selesai dan kedua orang tua Liara hanya perlu memperbaiki masalah yang lalu dan fokus pada Liara itu janji Bianca sebelum dia duduk bersanding disamping sang ayah Ravian.

Mau bagaimana lagi Liara merasa mau tidak mau dia harus menerima takdir yang telah dibuat sejak dia lahir, Liara tidak tahu jika jodoh Ravian adalah Bianca untuk selamanya sementara Liara menganggap Bianca adalah sebagian besar musuh masa lalunya dan dia pula yang menjadikan Liara 4 bagian dalam kepribadiannya.

Liara berpikir Bianca datang saat dia dan papanya telah tenang dan berdamai tanpa memikirkan kejadian yang lalu tapi buktinya ekspetasi terkadang tidak sesuai realita Bianca datang untuk menikmati kedamaian yang telah mereka berdua ciptakan tanpa wanita itu!

Tak hanya Liara yang merasakan kesal yang mendarah daging, justru rasa kesal yang paling banyak ada di Elisa. Dia adalah musuh terberat Bianca sejak terbentuknya kepribadian itu saat kecil. Elisa sangat dendam dengan Bianca dia akan melindungi Liara tapi, saat Liara memihak Bianca Elisa tidak akan membiarkannya.

Liara sudah mengalami masa sulit selama dia masih kecil, bagaimana rasanya dikurung, bagaimana rasanya kehilangan kasih sayang ibu, bagaimana rasanya kehilangan kakak yang paling disayangi, dan merasakan bagaimana susahnya menajalin kedamaian dalam keluarga.

Semua itu tudak mudah Liara justru harus terus berpikir ekstra untuk melupakannya, Liara tidak akan tahu apa yang kepribadiannya rencana saat mereka muncul, Liara hanya bisa pasrah dan berpikir cara untuk menyelesaikan masalah yang di buat oleh kepribadiannya sendiri.

Kenapa bukan kepribadiannya sendiri yang membereskan semua kekacauan? Mereka tidak akan mampu membereskan saat dirinya telah bersatu dengan masa lalu yang membuat merasa merasa hancur. Dengan pemikiran seperti itu mereka hanya bisa melakukan sebuah destruction atau kehancuran yang setelah melakukan itu mereka akan pergi untuk menenangkan diri.

Liara tak bisa berbuat banyak, yang hanya bisa Liara lakukan adalah bahagia walaupun kenyataannya saat ini tidak seperti itu. Liara harus tetap bahagia demi papanya Ravian bukan demi ibunya Bianca, tak memandang bagaimana sulitnya Bianca melahirkan Rasya dan Liara yang mempertaruhkan nyawanya tapi jika dendam telah masuk semuanya tidak akan pernah selesai dengan begitu mudah.

Hubungannya dengan Axel juga membaik bahkan lebih baik dari yang sebelumnya, Axel sudah terbiasa dengan perubahan kepribadian Liara yang secara mendadak dan bagaimana cara menanganinya terlebih 1 hari sebelum pernikahan Bianca dan Ravian Ara muncul dan ingin melompat dari rooftop gedung yang disewakan.

Untungnya banyak orang yang menolongnya jadi Ara tidak melompat dari gedung tersebut. Bahkan setelah kejadian Ara itu Liara pergi ke dokter Opa untuk konsultasi dia merasa kalau kepribadiannya lebih kuat dibandingkan dirinya sehingga 85% dikendalikan oleh mereka Liara sering merasa pening dan berkeringat dingin seakan sesuatu menghantui dirinya.

Dr. Opa bilang kalau Liara sudah harus lebih waspada dengan kelakuan semua kepribadiannya yang merajai tubuhnya. Saat berlangsungnya pernikahan Liara hampir hilang kendali dan digantikan Elisa tapi, Axel langsung menahannya agar hal itu tidak terjadi.

Liara takut, sangat takut kalau dia atau yang lainnya mencelakai Axel dan keluarganya. Apalagi Axel yang notebandnya "pacar" Liara yang selalu ada dimanapun dia pergi dan selalu menenangkan dan membantunya disaat dia merasa kesusahan.

Liara tidak mau hanya karna seseorang hubungan antara Axel dan dirinya putus dan berakhir hanya saling tatap dan diam saat bertemu, Liara tidak suka dengan situasi canggung seperti itu. Liara hanya berharap dirinya bisa kembali seperti semula.

Liara pun juga berharap pernikahan kedua orang tuanya tidak akan membuat dirinya lebih parah tapi membuat dirinya tenang seakan semua telah usai dan saatnya berdamai Liara berharap seperti itu.

Saat ini menunjukkan pukul 20.00 tepat 1 hari setelah pernikahan Bianca dan Ravian selesai. Liara hanya duduk dikasurnya sambil menatap dirinya dicermin entah kenapa tiba-tiba Liara melihat kaca cermin itu hitam dan perlahan munculah Elisa, Ara dan sosok anak kecil yang memegang boneka namanya Rara.

-Kau penyebab utama pernikahan ini terjadi, aku berusaha menghentikannya tapi kau! Malah tidak mengizikanku keluar saat itu!- Elisa

-Aku tidak tau kapan yang pasti aku melihat gambaran dirimu sudah tergeletak dengan banyaknya darah keluar dari kepalamu- Ara

-Kakak... Kalau kakak rindu Kak Rasya, ayo main sama aku. Aku bisa merasakan semua masa kecil kakak bersama kak Rasya- Rara

"Apa maksud kalian?!" Liara menggeleng dan badannya bergemetar hebat

-Aku akan mengambil alih semua saat kau lemah. Tapi, bukan hanya aku tapi kita- Elisa smirk pada Liara

Semuanya gelap, pendengarannya tidak jelas dan nafasnya sesak, kepalanya pusing, semuanya berputar dengan cepat membuat bibirnya pucat pasi dan tidak akan lama Liara jatuh ke lantai tak sadarkan diri.


×


×

.to be continued.

LIARA ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang