Part 27

1.4K 100 0
                                    

Beberapa hari berlalu dan keadaan malam ini sangatlah kacau pukul 22.15 dimana semua orang terlelap tidur justru perempuan ini sedang mabuk dan botol alkohol berserakan dilantai dapur begitu saja.

Ya... Sudah beberapa hari ini Liara tidak kembali lagi setelah kejadian dia memutuskan Axel 3 hari yang lalu dan tentunya Axel terpukul. Liara melakukannya dengan cara yang kasar pada Axel semua Liara lakukan agar Axel menjauhi dirinya dan tidak membantunya atau Elisa dan yang lainnya.

Kejadian itu justru membuat Axel marah besar dan sekarang entah apa yang terjadi pada lelaki itu setelah peristiwa buruk menimpanya. Elisa bangkit dari duduknya di kursi meja makan dan berjalan sempoyongan menuju balkon kamarnya.

"AAARGHHH!!!... GUE HARUS APA??!!" Teriak Elisa

"Ahaha... Elisa gak bodoh kok ahaha. Gue akan ke rumah orang itu sekarang" Elisa berjalan cepat menuju kamarnya tapi dia malah mengeluarkan semua isi perutnya dan kadar alkohol telah menghilang setidaknya Elisa bisa sadar saat ini.

Elisa memakai baju tanpa lengan (tanktop) putih, jaket kulit hitam dan hot pans yang asal dia pakai. Elisa sedang tertarik untuk mengenakan hot pans kali ini dan sepertinya lemarinya akan penuh dengan hot pans.

Elisa menyukai hot pans berawal saat dia sedang pergi ke Cafe dia bertemu banyak wanita memakai hot pans tapi stylenya masih kurang cool bagi Elisa jadi, sejak saat itu Elisa memutuskan memakai hot pans dan semua hot pans itu bukan beli tapi celana Liara yang berhasil dia bawa saat pergi menemui Rafian tempo lalu.

Elisa menyemprotkan parfum pada tubuhnya dan masuk ke mobil barunya Lykan Hypersport hitam yang dia beli tempo lalu. Elisa bangga mengendarai mobil ini karna mobil ini punya spesifikasi yang mencapai impiannya selama ini.

---

Sampai di depan sebuah bangunan bernuansa putih ini Elisa keluar dari mobil dan menyemprotkan obat bius pada sebuah kain yang dia bawa. Lalu, memanjat memasuki rumah ini siapa lagi kalau bukan rumah Rafian.

Elisa masuk rumah ini lewat pintu depan karna Rafian pernah bioang tempo lalu kalau butuh apapun pintu ini tidak akan pernah dikunci untuk Liara jadi sampai sekarang Rafian tidak menguncinya. Setelah masuk, Elisa merengangkan tubuhnya dan tersenyum sambil berjalan santai menuju lantai 2.

"Hah... Ada gunanya juga Liara keluar waktu itu. Terima kasih bocah" Elisa senyum kecut dan sampai di depan pintu coklat yang Elisa yakin dengan pasti itu adalah kamar dimana Bianca dan Rafian tidur.

Elisa membukanya dan betapa terkejutnya pintu kamar ini tidak terkunci dan memperlihatkan seorang wanita yang sedang tidur pular dengan piyama ungunya sedangkan seorang lelaki tidur diatas sofa masih dengan seragam kantornya.

"Hm... Lain kali jangan biarkan pintu tidak terkunci. Atau akan berakhir seperti ini" Elisa mendekati ranjang dimana Bianca tidur dan meletakkan kain itu ke hidung Bianca awalnya agak memberontak tapi dengan hitungan detik Bianca kembali pingsan.

Elisa membopohnya dengan susah payah untuk membawanya keluar kamar dan menutupi semua jejaknya dengan sempurna sampai Bianca sudah duduk disofa mobil Elisa sekarang.

"Cih... Sudah sifatnya buruk menyusahkan orang pula dasar!" Gerutu Elisa

Elisa masuk ke dalam mobil dan pergi menancapkan gas menuju rumahnya.

---

Sampai dirumah, Elisa membawa Bianca masuk dan menempatkannya diruangan yang hanya difasilitasi biskuit 3 keping dan 1 botol air mineral kecil diletakkan dilantai, Elisa meletakkan Bianca asal dan menutup pintu dan menguncinya. Diruangan ini tidak terdapat jendela hanya ada 3 ventilasi kotak kecil dibagian atas.

(Tunggu sampai kapan kau akan sadar) batin Elisa

"Ahaa.... Akhirnya, kita lihat berapa lama dia bertahan" Gumam Elisa

Elisa langsung terlelap diranjangnya begitu cepat.

---

Paginya, Elisa terbangun dan merenggangkan tubuhnya lalu keluar kamar tapi, kegaduhan membuat kupingnya sakit suara pintu digedor terus mengisi sunyinya rumah Elisa, Elisa langsung menuju dapur membuat sarapan dan membawanya ke ruang tengah.

Elisa memegang sandwich yang dia buat dengan baik sambil menonton pintu yang selalu berbunyi entah sejak kapan Bianca berusaha menggedor pintu itu. Elisa menonton pintu itu layaknya melihat pertunjukkan lumba-lumba atraksi.

"Sudah bangun rupanya" Elisa berbalik dan menyalakan tv hanya sekedar meredam suara keras pintu yang digedor Bianca.

"Dia harus merasakan bagaimana rasanya dikurung" Gumam Elisa

Elisa kembali menggigit sandwichnya dan mengerutkan dahi menatap sandwichnya.

"Sepertinya kalau pedas lebih baik, aku butuh saus. Saus~ saus~ saus~ ahaha i'm happy" Gumam Elisa bersenandung saat menuju ke arah dapur.

Selesai sarapan Elisa membersihkan botol alkohol koaong yang ada dikulkasnya dan setelahnya berbaring diatas sofa tanpa melakukan apapun dan saat ini Elisa dilanda gabut. Elisa menatap pintu itu dan suaranya telah berhenti pikirnya mungkin Bianca akan menyerah dan akhirnya pasrah didalam ruangan itu.

(Seandainya dia bisa tau bagaimana rasanya diri sendiri terpecah menjadi beberapa orang. Aku pastikan dia akan kesulitan, beruntung aku membantu Liara membalaskan dendamnya dan dia juga yang membuat aku muncul dalam hidup Liara) Batin Elisa

---

(Malam hari, pukul 20.30)

Malam ini Elisa baru saja pulang dari jalan-jalannya sebenarnya membeli beberapa pakaian dan stock permen karetnya yang menipis.

Elisa menutup telinganya dengan jari telunjuknya sambil rolling eyes karna betapa berisiknya Bianca yang terus berteriak dan menggedor pintu. Elisa akhirnya berjalan mendekati pintu dan berbicara didepan pintu.

"Hai... Apa kabar? Pastikan kau tidak mati kelaparan didalam sana" Elisa smirk dan berbalik saat hendak berjalan menjauhi pintu Bianca berteriak dari dalam ruangan.

"Siapa kamu??!!" Bianca

Elisa hanya smirk dan menghiraukannya kembali mengambil belanjaannya dan masuk ke dalam kamar. Dia mengambil 1 shop bag berwarna pink dan mengambil 1 stel pakaian disana.

Disana terdapat kemeja blaster warna pink, hitam dan putih lengan tanggung, rok putih yang dipadukan sedikit blaster yang warnanya senada dengan kemejanya.

(Liara cocok pakai ini) Gumam Elisa

Ya... Baju itu untuk Liara bukan Elisa entah kenapa Elisa membelikannya tapi yang pasti hanya mau Liara memakai pakaian itu untuknya nanti.

Elisa ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menatap wajahnya yang saat ini shinning, shimmering and splendid Elisa tersenyum dan seketika wajahnya berubah menjadi Liara dipantulan cermin itu.

"Cukup Elisa! Biarkan aku yang keluar dan memperbaikinya" Liara

"Kau bisa? Saat pernikahan saja kau tidak bisa menghentikannya. Dan sekarang?! Kau mau dirimu menyelesaikan ini? Caranya?!" Gertak Elisa

"Aku berusaha dengan sangat baik tidak dengan mengurungnya. Dia ibumu juga!" Liara

"Cih! Ibu? AKU TIDAK KENAL DIA!!! DIA BUKAN IBUKU! Tapi, IBUMU! Dengar! Mau dia bagian keluargamu atau keluargaku aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai ibu! Dia cocok disebut sebagai penjaga penjara, kau tidak ingat bagaimana dia memperlakukanmu dulu? Kau masih mau berbaik hati padanya?! Ingat! Tidak semua ibu bisa menjadi baik setelah terjadi sesuatu justru mereka akan menggunakan hal ini sebagai kesempatan mereka. Dia yang membuat aku keluar dan menjadi bagianmu... Dulu aku mendukungmu karna membencinya tapi sekarang?! Kau malah mendukungnya aku bisa membuat dirinya hancur bahkan dirimu sendiri! Camkan Liara!" Elisa smirk dan kembali memasuki kamarnya.

"Cih... Anak tengil bisa apa?! Terlalu baik untukku!" Elisa berbaring dan terlelap.


.tbc.

LIARA ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang