Kala Arini - Jakarta 2010 Part V

1.7K 219 1
                                    

"But, tomorrow is my bestfriend's big day, Papa!!"

"I've already arranged it all! We should leave tomorrow and stay in Sydney! Neither you like or not, we all must leave!"

Sehabis mengantarkan Arini pulang, Kala mendapatkan berita yang tidak mengenakan. Tiba - tiba saja, sang ayah mengajak mereka sekeluarga pindah ke Sydney esok hari. Bukan ajakan, tetapi lebih tepatnya perintah.

"Kenapa Papa nggak bilang jauh-jauh hari?? Kenapa Papa nggak tanya ke Lala kalo Lala mau pindah atau tidak??" Teriak Kala sambil menangis ketika tahu keputusan pindah ini dibuat sepihak oleh sang ayah.

"It's not safe for us to live in here anymore!! Ada banyak orang jahat yang mengancam kita, mengancam bisnis Papa!"

"Papa egois!! You're so selfish! You never understand about my feeling!!" Kala masih bersikeras untuk tetap tinggal. Ia pun tak segan mengeluarkan kata-kata kasar kepada sang ayah.

"Please, honey... " Sang ibu berusaha merengkuh Kala. Namun, Kala menolaknya dan berlari masuk ke dalam kamar. Ia tidak mampu merubah keputusan sang ayah. Semalaman dia menangis di dalam kamar. Apa yang akan dia katakan kepada Arini?

Personal jet yang disewa ayah Kala akan membawa mereka terbang ke Sydney tepat pukul 12.00 WIB. Wali kelas XI Social 1 mengumumkan kepindahan Kala ke Sydney. Arini pun dihujani pertanyaan tentang kepindahan Kala. Di tengah-tengah perasaan shock-nya, Arini masih diserang pertanyaan bertubi-tubi dari semua temannya di kelas. Dunianya berputar, kepalanya terasa pening. Dia sudah tidak bisa fokus belajar dan tidak mampu lagi memikirkan mini-concert-nya sore nanti. Semua pikirannya hanya tertuju kepada Kala. Arini pun meninggalkan kelas dan menyendiri di taman belakang sekolah.

Arini menangis sejadi-jadinya. Apa yang akan dia lakukan tanpa adanya Kala bersamanya lagi?

Seseorang tiba-tiba duduk di sebelah Arini dan meraih tangannya. Ya, Kala tahu bahwa Arini akan menyendiri di taman belakang sekolah mendengar berita buruk itu.

Mengetahui siapa yang duduk di sebelahnya dan meraih tangannya, Arini kemudian memeluknya dengan sangat erat. Erat sampai tangisannya sudah tidak lagi terdengar.

"Maafin Lala, Ayin.... " Kala pun tak bisa lagi membendung tangisnya.

"Kenapa Lala tega ninggalin Ayin pas hari besar Ayin. Kenapa La... " Arini menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Kala.

"I can't do anything, Yin... " Ungkap Kala lirih..

"Terus nanti Ayin gimana kalo Lala pergi.." Arini tidak tahu harus berkata dan berbuat apalagi.

"Hey, look at me, Ayin." Kala berusaha tegar dan menangkup wajah Arini. "Ayin, percaya takdir kan? Ayin percaya kan kalau suatu hari kita bakal sama-sama lagi kaya gini?" Arini mengangguk pelan. Kala berusaha menyeka seluruh air mata Arini.

"That's the answer. When we meet again, we are already in what we hope and what we're dreamin of. Okay?" Arini menganggukan kepala mendengar perkataan Kala. Kala mengusap pipi Arini.

Entah karena dorongan naluri atau terbawa suasana nelangsa, Arini memberanikan diri untuk sejengkal lebih dekat dengan Kala. Mata mereka berdua tertutup. Kala merasakan hembusan nafas Arini begitu dekat dan akhirnya, Arini mengecup bibir Kala. Kecupan itu pun dibalas erat oleh Kala. Kedua air mata mereka berderai.

The first for the last time, unforgettable kiss for Kala and Arini.

Kala AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang