Kala Arini - Ending

1.9K 163 10
                                    

"I, Arini Sekartaji, take you Ni Dewa Ayu Swara Kalandaru Narayana, to be my wife, my partner in life, and my one true love. I will cherish our union and love you more each day than i did the day before. I will trust you and respect you, laugh with you and cry with you, loving you faithfully through good times and bad, regardless of the obstacles we may face together. I give you my hand, my heart, my love, and my life, from this day forward far as long as we both shall live."

Hari bahagia itu pun tiba. Janji di masa remaja akhirnya terbayarkan sepuluh tahun berselang. Kisah Kala dan Arini benar - benar melampaui segala batas yang dilekatkan masyarakat terhadap hubungan dua insan hawa yang selalu berakhir tidak bahagia. Tapi hari ini, semesta sedikit melunak. Semua manusia yang penuh cinta bisa berbahagia. Terlepas dari suku, agama, rasa, maupun orientasi seksual mereka. 

Setelah melangsungkan pernikahan secara resmi di Sydney, Tjokorda Bayu pun mempersiapkan menggelar upacara pernikahan Kala dan Arini di Bali. Bagaimana pun, Tjokorda Bayu tetap ingin mengenalkan Arini sebagai menantunya kepada keluarga besarnya di Bali. Awalnya, beberapa sepupu tertuanya menentang apa yang dilakukan Tjokorda Bayu karena dianggap melawan kodrat Sang Hyang Widdhi

"Saya tidak memaksa Bli untuk menjadi saksi pernikahan Swara Kalandaru. Saya hanya ingin meminta berkat sebagai darah Narayana untuk keselamatan dan kebahagiaan Swara Kalandaru dan istrinya." Ucapan Tjokorda Bayu yang akhirnya meluluhkan ego kakak kakak sepupunya. Tentu saja, pernikahan dalam adat Bali ini atau biasa disebut pawiwahaan tidak akan digelar secara besar - besaran mengingat pernikahan sesama jenis masih dilarang di Indonesia. Upacara ini hanya digelar untuk keluarga besar dan beberapa teman dekat Arini sebagai upaya menjaga tali silaturahmi agar tidak terputus.

Upacara pawiwahaan pun dilangsungkan. 

"Om ihena vindra sam nuda vakavakeva dampati
Om sam jaaspatyam suyamam astu devah 
Om asthuuri no gaarhapatyaani santu 
Om ihaiva stam maa vi yaustam, visvaam aayur vyasnutam, kriidantau putrair naptrbhih, modamaanau sve grhe
."

"Om, Sang Hyang Widdhi, persatukanlah kedua mempelai ini Laksana Burung Chakrawaka tidak pernah berpisah dengan pasangannya."

Upacara pawiwahaan  kali ini memang tidak selengkap dan seruntut biasanya, akan tetapi tidak mengurangi kesakralan ketika kedua mempelai saling mengucap janji. Kala dan Arini mengikuti dengan khidmat setiap rangkaian yang dipimpin oleh pendeta. Mereka berdua tampak ayu dibalut kebaya dan kamen lengkap dengan sanggul, selendang, dan sabuk prada. 

Setelah rangkaian upacara selesai, saatnya para keluarga dan tamu menikmati hidangan yang disajikan sekaligus mendengarkan pidato dari orang - orang terdekat Kala dan Arini. A little bit mixing of Eastern and Western culture. Kala dan Arini pun sudah berganti dengan dress yang lebih nyaman digunakan, namun tetap dengan corak kain tradisional khas Bali. 

"Kalau ditanya,'Bli Bayu, apa nggak takut dosa nikahin anaknya?'" Tjokorda Bayu diberi kesempatan pertama untuk menyampaikan pidato. "Saya lebih takut dosa tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk anaknya. Ya, dosa dan tidak dosa bukan urusan saya. Ni Dewa Ayu Swara Kalandaru Narayana, maafkan Papa yang dulu sempat tidak menerima kamu sebagai anak Papa. Tapi, setelah itu, Papa belajar banyak hal baru dari kamu bahkan mungkin kami akan selalu belajar hal baru selama kami masih menjadi orang tuamu. Papa tidak akan berbicara banyak. Akan tetapi satu hal yang perlu kalian ingat, sesulit apa pun keadaannya, Papa dan Mama akan selalu mendukung kalian. Terima kasih karena sudah mengajarkan kami arti kesabaran dan ketulusan. Papa dan Mama tahu perjalanan hubungan kalian tidak mudah dan hari ini sudah terbayarkan segala rintangan dan halangan yang menerpa. Tetaplah berpegangan tangan karena riak, ombak, dan badai di masa depan tidak akan pernah surut." Kala dan Arini lalu memeluk Tjokorda Bayu. 

"Halo semua. Om Swastyastu. Mungkin banyak yang belum kenal saya. Saya ibunya Arini, Gayatri." Gayatri diberi kesempatan kedua untuk menyampaikan pidato. "Hari ini, saya sangat berbahagia melihat putri saya akhirnya bersanding dengan orang yang ia cintai. Sebenarnya firasat baik ini sudah saya rasakan sejak pertama kali Arini mengenalkan Kala kepada saya dan almarhum ayah Arini. Arini kecil dan remaja, bukanlah Arini yang seperti kalian kenal sekarang. Cintanya kepada Kala telah berhasil mengubah Arini menjadi versi terbaik dari dirinya. Ibu dan ayah selalu menguatkan diri untuk mendukung apa pun yang Ayin inginkan. Hingga akhirnya tinggalah Ibu yang bisa melihat dan mendampingi Ayin tumbuh menjadi wanita dewasa dan mandiri. Apabila ayah masih ada disini, tentu dia orang pertama yang sangat bangga kepada Ayin. Terima kasih juga kepada Kala yang sudah mencintai Ayin hingga sampai pada titik ini. Terima kasih karena sudah menjadi cahaya di hidup Ayin. Sekarang ibu yakin bahwa memang Kala lah satu - satunya orang yang tepat untuk mendampingi Ayin. Selamat berbahagia, kedua anakku." Arini lalu mengecup kening Gayatri dan memeluknya erat. Ia merasa sangat beruntung dilahirkan oleh perempuan seperti Gayatri. 

"Halo semua. Perkenalkan saya Bagaskara Adigunawan atau biasa disapa Bagas. Saya mau menyampaikan pidato sebagai teman terbaik Arini sekaligus partner kerja di Alexei Creative." Ucap Bagas yang diberi kesempatan terakhir untuk berpidato. Awalnya dia sudah menyiapkan contekan. Namun tiba-tiba ia merobek kertas yang ada ditangannya itu. "Nggak usah pakai contekan deh. Ketauan waktu SD nilai IPSnya jelek. Jadi, terima kasih kepada mpok gue tercinta, Arini Sekartaji yang menjadikan gue sebagai best man. Nggak papa gagal menjadi husband, yang penting masih dianggep menjadi best man. Tante Gayatri nyesel nggak ternyata orang seganteng ini nggak jadi mantunya?" Canda Bagas yang membuat semua orang tertawa.

"Ya jelas enggak. Orang mantunya lebih cantik. Ini sih yang bikin gue sampai sekarang jomblo terus, karena yang cantik juga nikahnya sama yang cantik. Kalau bapak dan ibu tahu, saya sudah mengejar Arini mati - matian sejak beberapa tahun silam. Tapi cuma ditanggepi mesam mesem doang sama doi. Bahkan kadang dihadiahi bogeman dan timpukan kalau colek - colek dikit. Ternyata, emang maunya cuma dicolek - colek sama Kala. Ya sudah, pesan saya cuma satu, Arini, Kala, malam ini jangan lupa ambil jeda sejenak ya." Kata Bagas yang kemudian mendapat jeweran hangat dari Arini. 

Semua orang berdansa dan bersukaria. Kala menatap Arini lekat - lekat seraya melenggang ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. 

"What?" Tanya Arini.

"Lucu aja. Akhirnya Ayin mau nikah juga sama Lala. Hahahaha." Jawab Kala.

"Ih apaan sih, Ayin pergi nih." Kata Ayin dengan berpura - pura merajuk.

"Sejauh apa pun kamu pergi, hon, ujung - ujungnya balik lagi sama Lala." Ujar Kala pada Arini. Arini lalu tersenyum dan melihat kebahagiaan di sekelilingnya. 

"Aku nggak nyangka, La, sampai di titik ini sama kamu. Melawan batas dan tradisi. But this is just the beginning.  Aku yakin masyarakat akan berubah karena hari ini." Kata Arini. Kala mengecup bibir Arini. 

Latte itu sudah berada di dalam cawan suci bernama pernikahan. Menjadi yang pertama mengukir sejarah cinta dua insan hawa nusantara. Kisah ini bukan kisah picisan belaka, namun dibumbui sedikit pergerakan dalam romansa. Kala dan Arini membiarkan hidupnya menjadi misteri yang penuh kejutan dalam keteguhan prinsip apa yang ada di dalam hati akan selalu benar dan menemukan jalannya sendiri.


Kala AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang