Kematian terkadang datang sebagai takdir, kadang pula datang sebagai sebuah pilihan. Meskipun memilih untuk mati juga dianggap sebagai sebuah takdir. Takdir yang datang dari ketidakmampuan kita untuk bertahan hidup tanpa adanya harapan. Sungguh mengerikan hidup tanpa adanya harapan sebab harapan lah yang menjaga kewarasan kita untuk tidak memilih kematian.
Suara tembakan itu masih nyaring terdengar di telinga Erick dan Murti van der Molen. Di sebelah mereka, juga berjajar Tjokorda Bayu, Mary Louise dan Kala yang menatap pilu peti jenazah yang ada di depannya. Tangan kiri Kala terus menggenggam erat tangan Arini yang tak henti - hentinya menitihkan air mata. Ya, Adinda van der Molen memilih kematian daripada membunuh orang yang dia cintai. Pada akhirnya, ia menembak kepalanya sendiri dengan pistol yang ada pada genggamannya. Kini, Erick dan Murti van der Molen benar - benar kehilangan putri semata wayangnya untuk selama - lamanya.
"Selaku Hamba Tuhan Yesus Kristus, saya memakamkan almarhumah Adinda Rosa van der Molen." Ucap sang pendeta yang lalu mengambil segenggam tanah. "Hai debu tanah, Tuhan menciptakan manusia darimu, maka sekarang, biarlah tubuh manusia ini kembali kepadamu. Hai manusia, asalmu dari debu tanah, kembalilah pada rahim Ibu Pertiwi dengan pengharapan pada saat Tuhan Yesus datang kembali dalam kemuliaan-Nya, maka setiap orang yang mati dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dengan tubuh rohani dan rupa surgawi di dalam nama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin."
Setelah rangkaian doa dilakukan, kini tiba saatnya untuk menurunkan peti jenazah ke dalam liang lahat dan menimbunnya dengan tanah. Air mata Arini semakin tak terbendung. Ia berbalik badan karena tak kuasa melihat peti jenazah Adinda yang mulai tertimbun tanah. Tiba - tiba, semua kenangan bersama Adinda kembali datang ke dalam pikirannya. Awal mula mereka bersahabat, menyusuri jalanan Indio di California selepas acara Coachella, menjahit mimpi bersama untuk membangun show management, gelak tawa Adinda, pertengkaran mereka, sampai pada akhirnya mereka harus berpisah karena Adinda pulang ke Indonesia.
Kala merengkuh Arini dalam pelukannya.
"Bagaimana pun, dia juga berarti di hidup Ayin, La." Bisik Arini pada Kala.
"I know, Yin. Let her rest in piece. She was bearing so many burdens." Ucap Kala berusaha menenangkan Arini.
Sebelum penaburan bunga, Erick van der Molen memberikan sedikit sambutan kepada tamu yang hadir di upacara pemakaman jenazah putrinya.
"Ternyata ketidakberuntungan orang tua adalah ketika melakukan upacara pemakaman untuk anaknya sendiri. Saya masih ingat sewaktu istri saya pertama kali mengabarkan kehamilannya karena sudah hampir lima tahun kami menantikan hadirnya anak di dalam pernikahan kami. Saya masih ingat ketika langkah kaki pertama Adinda di usianya yang hampir menginjak dua tahun. She was slowly learning to walk." Ucap Erick van der Molen. "Hadirnya Adinda dalam kehidupan kami membawa banyak perubahan. Kami sadar, kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk Adinda. Tapi selama 27 tahun ia hadir di tengah - tengah kami, she was the best daughter we couldn't ask for. Terima kasih nak, kamu sudah membawa banyak warna di kehidupan Mama dan Papa."
Erick dan Murti van der Molen lalu menaburkan bunga pertama di atas makam Adinda. Setelah semua kerabat menaburkan bunga, Arini lalu maju dan meletakkan seikat mawar putih di atas makam Adinda.
"You are also the best father she couldn't ask for, van der Molen. I know, all you did for her is to protect her and make her feel safe." Ucap Tjokorda Bayu yang berdiri di sebelah Erick van der Molen. Ia lalu merengkuh Tjokorda Bayu dalam pelukannya. When the gentleman's tears are falling down, then it's priceless.
Kini, tinggal kisah Kala dan Arini yang tersisa. Selamat jalan, Adinda, kekasih yang selalu menanggung pilunya dunia sepanjang hayatnya. Kekasih yang menahan lara karena cinta. Terima kasih sudah pernah mewarnai perjalanan Kala dan Arini dengan kisah lain yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Arini
RomanceMereka adalah perpaduan kopi dan susu, menjadi sebuah latte. Terkadang ditambahkan sedikit gula, tetapi terkadang dibiarkan pahit begitu saja. Bagi Kala, Arini adalah manifestasi dari ketulusan hati. Sedangkan bagi Arini, Kala adalah nyanyian dari s...