Kala Arini - Tentang Rahasia Lain

1K 121 0
                                    

Mungkin Kala jarang menceritakan tentang keluarganya, termasuk bagaimana hubungannya dengan sang kakak Ni Dewa Ayu Kidung Gendis Narayana atau biasa disapa Gendis. Usia mereka tidak terpaut jauh, hanya berjarak dua tahun. Akan tetapi, Kala dan Gedis memiliki sifat dan perilaku yang sangat bertolak belakang. Bukan, bukan karena salah satu dari mereka berjiwa antagonis atau protagonis. Keduanya merupakan anak yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja sedari kecil, mereka berdua selalu berdebat dalam masalah apa pun. Mereka berdua sama - sama keras kepala dan tidak mau mengalah. 

Puncak dari kekerasan kepala mereka berdua terjadi empat tahun yang lalu, ketika Gendis menjalin hubungan dengan pria berkebangsaan Spanyol bernama Felipe Cortes alias Pipe yang sekarang menjadi suami Gendis. Ya, pada saat itu Kala menentang hubungan Gendis dan Pipe karena bagi Kala, Pipe bukanlah pria yang bertanggung jawab. Ia sengaja menjalin hubungan dan menikahi Gendis karena ingin menguasai harta dari Tjokorda Bayu. Kala pun pernah memergoki Pipe sedang asyik minum - minum di bar bersama beberapa perempuan. Hal itu terjadi ketika Gendis sedang mengandung Javier. Namun, apa yang diihat Kala malam itu tidak pernah ia ceritakan kepada Gendis karena ia juga berkompromi dengan Pipe atas rahasianya. 

Ada hal lain yang membuat Kala dan Pipe tidak pernah bisa akur.  Rupanya setelah Kala memutuskan hubungan dengan sang psikiater, ia menjalin hubungan diam - diam dengan adik  perempuan Pipe, Valeria , yang juga tinggal di Sydney. Hubungan itu pun akhirnya harus berakhir karena Pipe mengetahuinya dan kemudian mengirim Valeria kembali ke Madrid. Ketegangan ini tidak pernah diketahui oleh Gendis karena setelah Kala mengakhiri hubungan dengan Valeria yang singkat, ia kembali ke Indonesia. Kala juga tidak menceritakan hubungannya dengan Valeria kepada Arini. 

Gendis menyelimuti Javier yang sudah tertidur lelap. Setelah membuat tanda salib di kening Javier dan mematikan lampu tidur, ia lalu menuju ruang tengah dimana Kala dan Arini menunggunya.

"I'm sorry for bothering you both. Tapi, aku benar - benar nggak tahu lagi harus pergi kemana." Kata Gendis.

"Papa dan Mama tahu kamu kesini?" Tanya Kala kepada Gendis.

"Ya. But i said that i went on vacation." Jawab Gendis. Ia menghela nafas panjang. 

"Sejak kapan kamu dan Pipe ada masalah?" Tanya Kala tanpa basa - basi. 

"La...." Ujar Arini pada Kala karena merasa pertanyaan Kala tidak sopan.

"No, it's okay, Rin. Dia memang selalu kaya gitu." Ujar Gendis.

"Dan sekarang terbukti kan! He is not a good man." Kata Kala.

"I already knew it." Sanggah Gendis pada Kala.

"Tapi kenapa kamu masih pilih dia? Dari awal aku udah tahu kalau dia nggak pernah tulus sama kamu." Kata Kala.

"Dan kamu juga tahu kalo dia adalah player. Tapi kenapa kamu nggak cerita sama aku, La, kalo kamu tahu dia suka main perempuan dari dulu?" Tantang Gendis pada Kala.

"How did i suppose to tell a pregnant woman?" Balas Kala pada Gendis. 

"Kamu takut your little secret juga terungkap kan? Kamu takut kalau aku tahu bahwa kamu juga main api dengan Valeria?" Ujar Gendis pada Kala. Suasana menjadi hening.  Kala merasa diserang secara tiba - tiba. Arini menatap Kala yang tampak kebingungan.

"Udah lah, La. Aku cuma butuh waktu untuk berpikir, untuk mengambil keputusan. Aku terlalu lelah berdebat dengan kamu." Ujar Gendis pada Kala. Ia lalu beranjak dari sofa dan pergi ke kamar untuk menyusul Javier tidur. 

Kala masih diam tak berkutik di tempatnya. Raut wajahnya menggambarkan kekecewaan, kebingungan, serta kemarahan. Ia tak bisa membayangkan jika setiap hari harus berhadapan dengan Gendis. Di tambah lagi, pasti Arini juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Gendis dan Javier di apartemen mereka. 

"You never told me about Valeria." Ujar Arini kepada Kala. 

"Itu masa lalu, hon. Dan memang nggak ada yang perlu diceritakan tentang Valeria." Kata Kala. 

"But you were like upset with Gendis about it." Kata Arini. Kala menghela nafas.

"Valeria adalah adik dari Pipe, Yin. Setelah Lala putus dengan Sausan, Lala memang sempat menjalin hubungan diam - diam dengan Valeria karena takut Gendis dan Pipe tahu. Tapi, akhirnya Pipe tahu dan marah besar.  Setelah itu, Pipe mengirim Valeria pulang ke Madrid. I was angry with him. Tapi ia tidak pernah mengizinkan adiknya berhubungan dengan sesama jenis. He is a conservative. Termasuk keluarganya. Makanya si Gendis akhirnya pindah keyakinan ngikutin Pipe."

"Tapi sebelum kejadian itu, Lala memang tahu kalau Pipe bukan orang baik dari awal ia menjalin hubungan dengan Gendis. Setelah menikah, ia semakin menjadi - jadi. Bayangkan saja ia langsung minta jabatan di perusahaan Papa setelah menikah dan itu pun Gendis yang ngomong ke Papa. Lebih parah lagi, Gendis juga mengubah akta kepemilikan beberapa saham pakai nama Pipe." Ujar Kala menceritakan tentang kakak iparnya kepada Arini.

"Tapi Papa kamu juga fine - fine aja dengan dia sepertinya." Sanggah Arini.

"He is a lizzard, hon. Pinter banget main muka di depan Papa. Apalagi ditambah si Gendis cinta banget sama dia. For the absent of a son, he is a perfect son-in-law for Papa. Apalagi Papa juga nggak akan punya son-in-law dari Lala. Ya cuma Pipe satu - satunya " Ujar Kala. 

"And about Valeria?" Tanya Arini.

"Kenapa sih? Ayin cemburu?" Kata Kala menggoda Arini. 

"Hmmm...." Balas Arini. Kala kemudian tertawa dan mencubit pipi Arini.

"Gemes deh kalo lagi jealous gini." Kata Kala.

"Ayin serius tanya, Lala. Kalo Lala tahu Pipe bukan orang baik, kenapa Lala berhubungan dengan adiknya?" Tanya Arini.

"Oh gitu.. Ya, she is different. Dia nggak seperti kakaknya. Bahkan, dia sendiri yang bilang ke Lala tentang semua keburukan Pipe. Katanya kalau bisa milih, ia mending nggak punya kakak daripada punya kakak kaya Pipe." Jawab Kala.

"Ohhhh.. terus habis itu Lala pernah hubungin Valeria lagi?" Balas Arini yang masih penasaran tentang Valeria. 

"Kan habis itu Lala balik ke Indonesia.." Ujar Kala kepada Arini.

"Penasaran sih kenapa Valeria mau sama Lala hahaha." Ledek Arini kepada Kala.

"Ih kok gitu? Siapa yang nggak mau sama Lala coba? Kamu aja bertahun - tahun nggak bisa move on, hon." Balas Kala seraya mencubit perut Arini.

"Ya udah, Ayin mau sikat gigi terus bobok." Ujar Arini seraya beranjak dari sofa.

"Lala nyusul ya, Yin." Kata Kala.

"Don't be too long." Bisik Arini kepada Kala. Kala tersenyum, ia lalu mengecup bibir Arini. 

'Valeria Leticia Cortes. Apa kabar dia? Is she still splendid? Do her eyes still dive to the ocean or light the fire when she talks? Is her scent still amazing?'  Kala bertanya untuk dirinya sendiri tanpa bisa terjawab. Mungkin Arini adalah cinta di dalam hidupnya. Akan tetapi, Valeria adalah hal lain. Sesuatu yang tidak bisa tergambarkan dan hanya bisa dirasakan. Sesuatu yang tidak bisa diraih, akan tetapi bisa menjadi candu. 

Kala AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang