Kala Arini - Jakarta 2010 Part III

1.8K 227 1
                                    

Sore adalah waktu yang paling disukai oleh Arini dan Kala. Sore adalah sahabat untuk Arini dan Kala, karena mereka sangat suka menghabiskan waktu bersama di sore hari. Entah ketika Kala mengantar Arini ke tempat les, entah ketika Kala bertamu ke rumah Arini, atau seperti yang sering mereka lakukan, sekedar membunuh waktu dengan bercengkrama di taman belakang sekolah.

"La, dengerin deh ini musiknya enak banget... " Arini kemudian memasang earphone ke telinga Kala. Instrumental Blue in Green yang dimainkan oleh Miles Davis menggema di telinga Arini dan Kala. Taman belakang sekolah sore itu tidak terlalu ramai. Hanya sedikit orang yang berlalu lalang. Pedagang asongan pun tidak menampakan dirinya sore itu. Kala tersenyum seraya memainkan telapak kakinya.

"Yin... " Panggil Kala.

"Huh?" Balas Arini.

"Kenapa ya Lala kalau pacaran nggak pernah lama?" Tanya Kala yang sedikit membuat Arini bingung. Ada apa gerangan Kala meragukan dirinya sendiri?

"Mungkin Lala cepet bosen anaknya atau emang belum ketemu yang tepat." Jawab Arini yang berusaha bijaksana.

"Iya kali ya. Nggak tau juga sih."

"Kenapa Lala tau - tau tanya begitu?"

"Lala lagi mikirin seseorang, Yin." Deg, jantung Arini langsung berdetak tidak karuan. Ada sedikit rasa sesak yang ia tutupi dengan ekspresi wajahnya.

"Ada yang deketin Lala lagi?" Arini mencoba biasa saja.

"Enggak tahu juga Lala, Yin. Tapi kita dekat udah cukup lama dan Lala sebenarnya juga masih bingung sama perasaan Lala sendiri." Kala berusaha menyampaikan apa yang ia rasakan kepada Kala secara tersirat.

"Kok bisa bingung? Ya Lala suka apa enggak sama dia?" Arini mulai tidak bisa bersikap santai, tapi untung masih bisa menahan emosinya.

"Ya, pokoknya Lala bingung, Yin. Satu hal yang pasti, Lala selalu seneng kalo menghabiskan waktu berdua sama dia. Lala selalu seneng kalo Lala lagi deket sama dia. But, i can't describe it properly, what i feel." Jawab Kala seraya sesekali memandang Arini.

"Terus Ayin bisa bantu apa dong kalau Kala juga bingung sama perasaan sendiri?" Tanya Arini dengan polosnya. Kala kemudian tertawa dengan pertanyaan Arini.

"Kok malah ketawa sih? Emang ya jatuh cinta bikin orang jadi setengah gila." Ungkap Arini yang sedikit kesal terhadap Kala. Kala lalu mencubit hidung Arini.

"Ayin ngegemesin banget tanya begitu!" Perlakuan Kala yang lagi-lagi membuat darah Arini berdesir.

Gerimis menyelimuti bumi. Arini tampak panik dengan gerimis yang terjadi tiba-tiba.

"Lala, ayoo ke mobil. Gerimisssss... " Arini mulai memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

Berbeda dengan Arini, Kala tampak sangat menikmati gerimis yang baru saja turun. Ia menengadahkan mukanya sambil sesekali mengelap air yang terus menetes di atas mukanya.

"Lalaa, ayo masuk mobil. Nanti kita sakit kalo hujan-hujanan." Pinta Arini pada Kala yang masih asik menikmati gerimis.

"Ah, udahlah Ayin berteduh dulu." Arini pun menyerah terhadap Kala. Ketika akan beranjak, Kala tiba-tiba meraih tangan Arini.

"Kita dansa sebentar ya, Yin. Lala pengin dansa sama Ayin." Ungkap Kala yang lalu merengkuh Arini dalam pelukannya. Arini tidak mampu menolak dan membiarkan dirinya direngkuh oleh Kala. Kala menuntunnya ke kanan dan ke kiri, sesekali berputar, lalu kembali ke kanan dan ke kiri. Senyum dan gelak tawa terukir di wajah mereka.

Berdansa dalam alunan gemercik hujan, membuat dunia serasa hanya milik Kala dan Arini.

Kala AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang