Sudah dua hari Arini tidak bertemu dengan Kala. Mereka hanya berkomunikasi lewat Whatsapp atau Skype. Namun, ada satu hal yang sangat mengganggu pikiran Arini, yaitu Adinda. Kenapa satu persatu orang di masa lalunya mulai bermunculan kembali? Ya, sejak meeting tempo hari, Adinda juga secara intens menghubungi Arini. Padahal untuk urusan pekerjaan, sudah ada salah satu anggota tim Arini yang menangani. Begitupun dari pihak Kemenpar. Awalnya, Adinda hanya bertanya soal pekerjaan. Namun lama kelamaan, dia mulai bertanya soal kehidupan pribadi Arini, hal yang membuat Arini sungguh risih.
"La...." Panggil Arini seraya mengetuk pintu apartemen Kala.
"Sebentar, Yin. Lala pakai baju dulu. Abis mandi." Ujar Kala dari dalam apartemen. Beberapa saat kemudian, Kala membuka pintu apartemennya. Begitu masuk, Arini langsung merengkuh dan mengecup bibir Kala dengan penuh gelora. Kala sedikit terkejut, namun ia pun tidak menolak karena ia juga sangat merindukan Arini. Arini mendorong tubuh Kala dengan perlahan hingga terduduk di sofa. Bibir mereka berdua masih bertautan dengan lidah yang terkadang saling melumat.
"Yin...."
"Sssssttt. I miss you, La." Bisik Arini tepat di telinga Kala yang membuat aliran darah Kala berdesir. Perlahan, Arini pun mendorong Kala hingga terbaring di atas sofa. Ia pun membantu Kala membuka seluruh pakaiannya, begitu pun Arini yang juga membuka pakaian yang melekat di seluruh tubuhnya. Kini, hanya ada dua orang perempuan dewasa awal yang sedang telanjang dan saling menikmati keelokan tubuh masing - masing. Ciuman, desahan, erangan, serta bunyi sofa yang berderit menjadi melodi yang menyatu hingga terbentuk harmoni.
Merasa tidak leluasa di atas sofa, Kala pun menarik Arini ke kamar. Layaknya para penari yang mengekspresikan emosi melalui gerakan, Kala dan Arini pun mengekspresikan gairah mereka dengan berbagai gaya. Tidak ada yang berperan sebagai laki laki, tidak ada pula yang berperan sebagai perempuan. Semuanya setara di atas ranjang. Hingga Kala dan Arini pun melupakaan segala masalah yang ada. Yang ada hanya kehangatan dan rasa cinta ketika kedua tubuh manusia itu menyatu.
"Kita udah kaya Adele sama Emma di film Blue Is The Warmest Color tahu nggak sih, hon." Ucap Kala kepada Arini seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Arini pun membawakan segelas air untuk Kala.
"Tapi adegan ini ngasih minum kaya di film Portrait of a Lady on Fire kan?" Ujar Arini seraya memicingkan mata kepada Kala.
"Hahahaha. Iya, tapi nggak usah pakai adegan minumin pakai mulut juga."
"Hahahaha. Lala mau?" Goda Arini kepada Kala.
"Kan aku nggak teler kaya Heloise, hon." Balas Kala seraya mencubit pipi Arini.
"Oke, sekarang aku mau cerita serius sama kamu." Ujar Arini.
"Ceritanya mau pakai naked begini, hon?" Sindir Kala kepada Arini.
"Astaga, sampai lupa pakai baju." Kata Arini yang membuat Kala tertawa. Arini pun berlari ke arah sofa untuk mengambil bajunya dan baju milik Kala. Setelah ia memakai baju dan membantu Kala memakaikan baju, Arini pun siap untuk memulai cerita.
"Oke, Ayin mau cerita apa." Ujar Kala yang menunggu.
"Ada seseorang dari masa lalu..." Ucap Arini lirih. Kala tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"That's why we had sex first. It might be something bad." Kala menebak cerita Arini.
"Tapi Ayin cuma cintanya sama Lala." Ujar Arini.
"No, you tell me first, then you decide what you feel." Kata Kala.
"Namanya Adinda. She was a part of my college life. Dan ternyata sekarang dia jadi salah satu pejabat penting di Kemenpar. Dua hari yang lalu, aku meeting sama dia dan pergi makan siang berdua." Ungkap Arini kepada Kala. Kala hanya tersenyum.
"Go on.." Kata Kala.
"We attended college together and we lived under the same rooftop in California. La, Ayin memang dulu ada perasaan sama dia dan juga sebaliknya. Tapi, itu berbeda dari apa yang Ayin rasain ke Lala." Ujar Arini,
"Oke, apa yang bikin beda antara perasaan Ayin ke Lala dan perasaan Ayin ke dia?" Tanya Kala.
"When i was with her, i was still thinking about you a lot. Habis itu kita saling menjauh karena dia lebih memilih untuk nikah sama orang lain. Tapi sebelum nikah dia bilang ke Lala 'if comes a day i get divorce with James, will you marry me then?'" Jawab Arini.
"Terus, Ayin jawab apa?" Tanya Kala.
Arini lalu beranjak dari tempat tidur. Ia lalu duduk di atas sofa seraya menatap ke luar jendela di samping kanannya. Kala mengikuti Arini dan kemudian duduk di sebelahnya.
"Ayin jawab apa ke Adinda?" Tanya Kala kembali.
"Yes, i said yes. And now she gets divorce." Jawab Arini singkat. Kala menunduk dan mengusap seluruh mukanya karena bingung apa yang seharusnya ia katakan kepada Arini.
"Then, what should i do know? What am i going to do with you, Yin?" Ungkap Kala. Arini lalu berbalik ke arah Kala dan menatap perempuan itu lekat - lekat.
"I love you, La. The one i am going to marry is you." Kata Arini.
"But you promise her, Yin. Kamu janji sama dia." Ujar Kala.
"I was young and dumb, La. And i thought, i would never meet you again. But suddenly, you are here." Kata Arini.
"Ya udah tinggal kamu bilang ke Adinda. Apa yang bikin kamu nggak mau bilang ke Adinda?" Tanya Kala.
"Because after divorcing James, if she still can't marry me, she is comitting suicide. She said that she is rather die than live without me!" Jawab Arini.
"Goshhhh......" Kala sudah tidak mampu berkata - kata lagi.
Ya, Arini kini berada di pinggir jurang. Kembalinya Kala adalah sebuah keajaiban untuk Arini. Harapan itu kembali mekar. Akan tetapi kembalinya Adinda, membuat harapan yang mekar itu perlahan - lahan menjadi layu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Arini
RomanceMereka adalah perpaduan kopi dan susu, menjadi sebuah latte. Terkadang ditambahkan sedikit gula, tetapi terkadang dibiarkan pahit begitu saja. Bagi Kala, Arini adalah manifestasi dari ketulusan hati. Sedangkan bagi Arini, Kala adalah nyanyian dari s...