Kala Arini - Mimpi

569 82 3
                                    

Langit sore itu tampak cerah. Hamparan sabana hijau terbentang hingga sejauh mata memandang. Arini sangat menikmati padang rumput yang penuh dengan bunga di hadapannya. Tiba-tiba dari kejauhan, Arini melihat sosok Kala dan seorang anak kecil berdiri seraya menatapnya. Arini lalu menghampiri mereka. Namun ketika mendekat, mereka malah berjalan menjauh dari Arini. Berjalan dan terus berjalan tanpa menghiraukan Arini. Ia memanggil Kala agar menunggunya berjalan. Akan tetapi Kala tak menggubrisnya serta terus berjalan bergandengan tangan bersama si anak kecil. Hingga akhirnya mereka ada di persimpangan jurang. Arini berhenti dan mengambil jarak dari Kala. Kala tersenyum kepada Arini, Kala juga tersenyum kepada si anak kecil, sebelum akhirnya ia menjatuhkan diri ke dalam jurang. Arini berteriak memanggil Kala, namun ia hanya mampu meraih tangan si anak kecil

"Yin, hey..." Suara Kala menyadarkan Arini yang sedang bermimpi. Ia membuka matanya dan mendapati Kala sedang menatapnya. 

"Syukurlah cuma mimpi." Ujar Arini. Ia lalu mengecup bibir Kala. 

"Mimpi apa sih Yin, sampai keringetan banget begini dan terguncang-guncang?" Tanya Kala seraya mengusap peluh yang membasahi dahi Arini. Padahal, mereka tidur dalam suhu yang dingin.

"Mimpi aneh, La. Aneh banget." Jawab Arini. Ia lalu menceritakan setiap detail mimpinya, termasuk apa yang terjadi terhadap Kala yang menjatuhkan diri ke dalam jurang. Mendengar cerita tentang  mimpi Arini, dada Kala tiba-tiba menjadi sesak. Bukan sesak karena sakit, melainkan sesak karena kesedihan. Akan tetapi, ia berusaha tersenyum dan lalu mengecup bibir Arini. 

"Namanya juga mimpi, hon. Bunga tidur." Kata Kala berusaha menenangkan Arini.

"Iya, mungkin tadi Ayin lupa nggak baca doa sebelum tidur." Ujar Arini. Melihat segelas air mineral di atas nakasnya kosong, Arini pun beranjak dari tempat tidur untuk mengisi kembali gelasnya. Kala mengikuti Arini ke dapur. 

"Are you okay, sayang?" Tanya Kala kepada Arini yang memang terlihat masih memikirkan apa yang baru saja ia mimpikan. Akan tetapi Arini berusaha menyembunyikannya dalam senyuman dan anggukan.

"Yes, Ayin baik-baik aja. Lala mau makan?" Jawab Arini yang malah balik bertanya.

"Enggak, sayang. But you still seems so scared." Kata Kala pada Arini. Seberapa keras ia berusaha tersenyum, Kala tetap bisa membaca ketakutan yang ada di wajah Arini.

Arini lalu mengajak Kala duduk di kursi makan. Ia menggenggam tangan Kala dengan erat dan lalu menciumnya.

"Mungkin mimpi buruk Ayin berasal dari alam bawah sadar yang cemas dan khawatir nungguin si kecil lahir, La." Ujar Arini seraya mengusap perut Kala dengan lembut.

"Ayin cemas dan khawatir kenapa? I'm okay. Everything will be alright, hon. I'm gonna fight with all the energy that i have, sayang." Kata Kala berusaha menenangkan Arini.

"I trust you, but sometimes i feel guilty for myself because i didn't carry the baby." Ujar Arini. Kala kemudian mengusap wajah Arini yang tampak sedih.

"Yin, semua orang punya tujuan dan mimpi di dalam hidupnya. Mungkin tujuan dan mimpi Ayin bukan mengandung dan melahirkan seorang anak ke dunia ini. Tapi buat Lala, menjadi seorang ibu yang mengandung dan melahirkan adalah doa terkuat kedua di dalam hidup Lala." Ujar Kala.

"Yang pertama?" Tanya Arini.

"Ayin. Ayin adalah doa terkuat pertama di dalam hidup Lala, dimana Lala ingin menghabiskan sisa hidup Lala sama Ayin dan memiliki keluarga dengan Ayin. Dan Tuhan tahu apa yang dibutuhkan umatnya, oleh karena itu disinilah Lala sekarang. Jadi istri Ayin dan sebentar lagi kita jadi ibu untuk si kecil ini." Jawab Kala seraya mengusap perutnya. Arini tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Ia lalu mengecup bibir Kala.

"I'm the luckiest person in the world who has destiny to spend the rest of my life with you. There is no word that could describe how grateful i am to be yours." Kata Arini.

"So am i. I am proud to be yours and our love becomes stronger than before every single day." Balas Kala. Arini lalu mendekatkan bibirnya ke perut Kala.

"My sweetie, please be good. Mama and Mommy are waiting for you. We've already loved you since the day you choose us as your parents." Ungkap Arini seolah-olah berbicara dengan si jabang bayi. 

Kala mengusap tetes air mata yang jatuh secara tiba-tiba. Entah mengapa, ia merasa sangat tersentuh malam itu. Untuk pertama kalinya, ia merasa menjadi sempurna di dalam hidupnya. Malam ini adalah jawaban atas perjuangannya untuk terus bersama Arini.

Kala AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang