Ke Kebun Bunga Matahari

40 1 0
                                    

""Kamu tahu? kenapa aku sangat suka dengan bunga Matahari?" Karena hanya  dengan bunga Mataharilah,  aku menemukan cahaya hidup-Ku."

Semalam ayah bercerita,   kalau kakek mempunyai kebun yang cukup luas di belakang rumah. Kebun yang di tanami berbagai macam  sayuran, buah-buahan dan yang paling tak terduga. Ternyata kakek juga menanam berbagai macam bunga.

Setahun yang lalu  saat aku berkunjung ke rumah kakek, kebun itu di biarkan begitu saja sama kakek tanpa di rawat dan di tanami tanaman  sedikitpun. Paling-paling hanya ada pohon-pohon Afrika yang menjulang tinggi.

Aku memakai sweater putih panjang, topi beanie berwarna kuning, rok box pleated berwarna  kuning, dan yang paling aku suka, selendang kuningku yang selalu dililitkan dileherku.

Eitttssss.....jangan kira aku hanya punya satu selendang kuning yang   gak aku cuci-cuci!! Melainkan, aku punya  satu lemari kecil yang  penuh dengan selendang kuning.

Semua ini aku lakukan, bukan karena aku  tahu satu warna kuning saja. Melainkan, aku mendapat warisan dari mamah berupa satu  selendang kuning. Karena aku ingin selalu  dekat  dengan mamah, makanya aku membeli banyak selendang kuning yang sama seperti mamah untuk cadangan bila selendangku ada yang kotor.

Memoleskan bedak ke wajah, memoleskan  lipstik pink ke bibir. Kenapa bibirku lebih pucat dari semalam??  Aku kembali memoleskan lipstik pink ke bibir pucatku. Tapi sesuatu yang aneh terjadi padaku, saat aku tengah memoleskan lipstik ke bibir, aku  merasakan ada sesuatu yang mengalir dari hidungku.

"INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN......"

ucapku kaget melihat  ke cermin hidungku mengucurkan   darah segar. Buru-buru aku mengelap hidungku yang bercucuran  darah dan membersihkan tanganku yang terkena darah. Sempat beberapa kali aku mendengar ayah mengetuk pintu kamarku dan memanggilku di luar kamar, tapi aku hiraukan begitu saja lantaran darah ini belum juga berhenti keluar dari hidungku.


"Aurel....Aurel... Buka pintunya, Nak!"

"Aurel sayang, Ayah mau bicara sama kamu."

"Aurel, kalau kamu tidak juga keluar, Ayah terpaksa akan dobrak pintu kamarmu!!!" ancam ayah dari luar kamar.

Sambil membersihkan hidungku, aku berusaha menjawab teriakkan ayah dari luar kamar. "Iya, Yah. Aurel sebentar lagi  akan keluar."

Sudah beberapa kali aku membersihkan hidungku yang tak henti-hentinya  mengucurkan darah.  Kepalaku rasanya sakit sekali seperti semalam yang tadinya sempat mereda sedikit. Berusaha  untuk sebisa mungkin membuka  pintu untuk bertemu ayah, sesuatu hal terjadi padaku hinga....

"Buuuuuukkkkkk......."

Rupanya aku menyenggol vas foto mamah hingga terjatuh ke lantai saat aku mau membuka pintu untuk ayah. Aku segera  memunguti pecahan kaca dari vas foto mamah, takut jika pecahan kaca akan terinjak olehku.  Ayah kembali berteriak di luar khawatir akan apa yang terjadi padaku.

"Sayang, buka pintunya, Nak!"

"Ayah, khawatir sama kamu, Nak!"

"Ayah, sekarang akan dobrak pintu kamar kamu!!"

Belum sempat aku menjawabnya, ayah terlebih dahulu mendobrak pintu kamarku dan melihatku sedang memunguti pecahan kaca.

"Awwwwwww....." ringisku karena jemariku tertusuk pecahan kaca.

Ayah menghampiriku dan mengambil tanganku menyuruhku untuk segera berhenti."Sayang..... Kamu di situ ya! Jangan bersihin ini! Biar bi Sarah aja yang bersihin pecahan kaca ini." ujar ayah.

Sun Flowers with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang