"Jika aku punya mata batin niscaya aku akan langsung memarahimu, saat aku tahu kamu diam-diam mengerjai aku."
Saat aku akan pulang ke rumah kakek, aku mendengar lagi suara hantu laki-laki yang memanggilku dua hari yang lalu."Ulah balikkkk.......!!!!"
"Tetep wae didieu....!!!!"
"Baturan urang didieu...!!!!!
Refleks aku menghentikan langkah kakiku untuk bisa mendengar dengan jelas suara yang memanggilku itu. Aneh! Inikan masih siang, masa ada sih hantu keluarnya siang-siang.
Tidak, aku tidak boleh mengadukan hal ini pada kakek, nanti aku di ledek lagi. Aku harus membuktikan pada kakek kalo hantu itu ada, kalo perlu aku akan jiwir telinganya.
Meskipun sebagian pegawai kakek sudah ada yang pulang duluan, tinggal beberapa saja yang masih ada di kebun. Aku harus bisa melawan rasa takut ini sendirian, tanpa mencampur tangankan orang lain.
Pelan-pelan aku melangkahkan kakiku, menuju ke tempat dimana suara hantu itu muncul.
Sayang, keadaan kebun yang berkabut menyulitkanku mencari sumber suara hantu itu, deru napasku memburu tatkala ujung mataku menangkap seorang laki-laki yang tengah tiarap di antara tanaman bunga Matahari.
Ternyata aku sangat nora, karena baru tahu ternyata sekarang ada hantu bunga Matahari!!!!!
Masih dalam deru napas yang sama, dimana napasku masih di level teratas tubuh manusia dan bulu kudukku yang sedang tidur tiba-tiba terangkat mendadak karena tingkat ketakutan yang luar biasa di luarnya.
Samar-samar aku mendengar suara hantu laki-laki itu berkata lagi,
"Yah, si eneng mah teu seru lah. Ari sieunan wae mah!!!!!"
Meskipun bahasa Sundaku pas-pasan tidak terlalu lancar. Tapi aku juga bisa menangkap apa yang di katakan hantu laki-laki itu.
Pelan-pelan aku memiringkan salah satu tanaman bunga Matahari untuk bisa melihat hantu dan alangkah terkejutnya aku saat melihat sesuatu pada dirinya.
"Sendal itu!?!?!?"
"Kertas kecil bergulung itu?"
"Topi itu?"
Sial!!!!! Ternyata selama ini aku hanya di kerjain laki-laki itu.
Tidak ingin keberadaanku di ketahui laki-laki itu, aku berusaha berjalan pelan ke belakang tubuh hantu laki-laki itu dan memasang strategi untuk membalas dendamkan kekesalanku sejak dua hari yang lalu. Untung saja aku selalu pakai selendang kuning ke sayangan ku. Karena dengan aku memakainya akan memudahkanku menangkap hantu laki-laki itu.
BUUGHHHH
Kini aku menangkap full kepala hantu laki-laki itu dengan selendang kuning ke sayanganku.
Berusaha melepas selendang kuningku di kepalanya, aku berusaha keras mencekal ke dua tangannnya dengan ujung kanan selendang kuningku.
"Aduuhhhh...... Ku... Kunaon a..tuh bet nang... nangkap urang?????" tanyanya tersengal-sengal karena aku lilitan selendang kuningku di kepalanya sehingga meniutupi hidung dan mulutnya.
"DIAM!!!!!"
Badanku yang lebih kecil dari hantu itu menyulitkanku untuk tetap mempertahankan pertahananku, sehingga menyebabkan cukup dengan mudah melepas selendang kuning yang melilit di tubuhnya.
"Neng teh!!! Mau apa atuh??? Pake ngelilitin sirah abi ku selendang sagala???" ucapnya marah tatkala aku menangkapanya diam-diam.
"Ehhhh, jangan asal nuduhnya!!!!! Harusnya gue yang marah! Bukan lo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun Flowers with You
Teen FictionAurellia Sakha Queenara. Gadis penikmat pancaran cahaya ke bahagiaan bagi hidupnya yang sebentar lagi akan ditinggalkannya untuk selama-lamanya. Hanya dengan sebuah bunga Mataharilah dia menyempurnakan hidupnya di tengah melawan rasa sakit yang tia...