part 17 # Sebuah Surat Misterius

10 2 0
                                    

"Bagai sebuah petir di siang bolong, surat misteriusmu itu seakan membius semua indera di tubuhku."

Aku menatap kosong bunga Matahari di depanku, meskipun warna khasnya yang  cantik dan di tambah dengan  sedikit kilauan cahaya matahari, tak kunjung membuat  hatiku tersentuh akan keindahan yang terpancar darinya.

Tubuhku memang ada di kebun kakek, tapi hati dan pikiranku masih ada di kamarku memikirkan tentang pesan misterius itu. Jika aku berdiam terus di dalam kamar, nanti aku tidak akan bertemu dengan laki-laki yang bernama Auvan itu. Tapi, jika aku ke kebun kakek, percuma dari tadi aku mengacuhkan begitu saja setiap pertanyaan yang di lontarkan laki-laki itu.

Ingin sekali aku bercerita dengannya, bukan untuk meminta simpatinya padanya, melainkan aku ingin berbagi dengannya  tentang pikiran yang menggerogoti hidupku belakangan ini.

"Neng"

"Neng"

"Neng Aurel"

"Aisssshhhhh sakit" aku mengusap pelan pergelangan sebelah kananku,  laki-laki bernama Auvan itu tiba-tiba menepuk keras pergelanganku.

"Kalo ada apa-apa bilang dong! Jangan main nepuk orang aja!" sungutku tak terima akan tindakan mendadaknya itu.

"Ihhh, Neng. Makana ulah ngahuleng wae siga tadi. Emangna neng Aurel teh kunaon heg??"
 

aku menatap sinis laki-laki di depanku ini, "Mau tahu aja atau mau tahu banget?" tanyaku sengaja mempermainkannya.

"Nya, mau tahu banget atuh, Neng!!"

"RAHASIA"

Aku membalikkan tubuhku  dan berjalan menuju saung yang kemarin aku tempati dan langsung terduduk santai melihat ke arah depan.  Jika aku mulai melakukan sesuatu, rasanya akan selalu sia-sia. Karena hati, pikiran, dan tubuhku masih belum klop untuk melakukan sesuatu.

Saat itu,

Aku mengambil  sebuh benda bulat itu dan menyembunyikannya dalam balutan selendang kuningku dan langsung pergi ke kamar.

Dretttt

Aku menutup pintu dan langsung menguncinya.

Dengan tidak sabar, aku melihat  kembali benda kecil itu dan langsung membuka pita yang melilit indah di atasnya. Aku kira benda ini adalah sebuah batu. Tapi hipotesisku ternyata salah, ada sebuah surat kecil di  dalam yang sengaja di bungkus dengan benda kecil berwarna kuning ini.

Aku mulai membuka pita itu dan mulai membacanya.

Hai Tuan Putri,...

Ma'afnya telah membuat kamu bertanya-tanya akan selama ini, tapi kamu tetap tenang, OK!. Karena aku adalah seorang pangeran  yang sedang berjuang mendapat tuan Putri cantik sepertimu.

Jika kamu bertanya-tanya tentang sosokku ini, aku akan beritahukan padamu jika aku adalah salah satu teman dari temanmu. Pastinya kamu tahu bukan???. Yang pasti aku tidak akan memberitahukan imisalnya, tapi yang pasti semua pertanyaan dalam benakmu akan terungkap dengan sendirinya.

Sun Flowers with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang