part 20 # Matahari Hidupku

3 0 0
                                    

"Disaat dirimu nyaman pada seseorang, janganlah menyia-nyiakan kehadirannya. Karena, kamu tidak tahu kapan seseorang itu akan hadir kembali."

Gara-gara peristiwa kecil tadi, terpaksa sekarang laki-laki itu membantuku. Meskipun tinggal setengah lahan lagi yang harus di tanami, tapi, aku tidak sanggup mengerjakan  pekerjaan ini sendirian, karena kakiku masih terasa sakit.

Jika aku menggantungkan pekerjaan ini sampai besok, akan terasa ada yang kurang dan mengganjal terus dalam pikiranku. Karena dua hari lagi aku akan segera pulang ke Jakarta dan harus segera mungkin menyelesaikan misiku di kebun kakek.

Aku menatap kagum pada seorang laki-laki di depanku ini, parasnya yang menawan, manik hitamnya yang pekat, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang tipis. Membuatku ingin memandangnya  terus-menerus.

Aku sedikit heran pada tubuh laki-laki di depanku ini, setahuku orang-orang yang bekerja di kebun kakek, kulitnya akan menghitam dan kusam. Tapi dia, kulitnya tetap putih dan juga bersih.

Dadaku masih saja tak karuan sejak kejadian tadi,  dimana wajah laki-laki itu berada  persis di depan wajahku.  Aku tidak tahu dengan keadaan hati dan pikiranku sekarang. Kenapa aku tetap ingin melihatnya?? Kenapa aku merasa nyaman berada di sisinya?.

Aku menelan salivaku pelan, berusaha menghilangkan khayalan anehku tadi.
Bisa-bisa aku terpukau pada laki-laki aneh yang sampai sekarang aku masih membenci dirinya.

"Neng, bantuan atuh! Dari tadi cicing wae" ucapnya tatkala menyadari aku hanya diam memperhatikannya.

"Iya, tadi gue juga mau ngebantuin, tapi bibitnya abis" ucapku sambil memperlihatkan bungkusan bibit bunga Matahari yang kosong.

Tanpa menjawab pertanyaanku tadi, laki-laki itu langsung pergi begitu saja tanpa menoleh dulu ke padaku. Aku duduk sebentar sambil menunggu kedatangannya.

Meskipun di tinggal sebentar, hatiku terus saja merasa jika aku harus selalu ada di sampingnya dan jangan pernah pergi meninggalkannya. Mungkin aku harus pergi psikolog, bertanya dengan ke adaanku sekarang!

Akhirnya laki-laki itu datang juga dan membawa beberapa bungkus bibit bunga Matahari, "Kenapa lama sekali?" tanyaku spontan.

Ku lihat  alisnya mengangkat dan dahinya berkerut, heran atas pertanyaan konyol ku tadi.

Bagaimna mungkin aku bertanya hal itu?? Bisa-bisa dia menganggap kalau aku menunggunya lebih.

Belum sempat laki-laki itu menjawab, aku berucap lagi padanya, "Ya maksud gue, gue ingin ini cepat beres" ucapku berusaha menghilangkan keheranannya.

"Ini, Neng" ucapnya singkat.

Aku langsung mengambilnya dan berjalan ke lahan yang belum di tanami bibit.

"Auvan"

"Kenapa, Neng?"

"Gue boleh nanya sesuatu??" ucapku  ragu.

"Nanya naon??"

Untung saja lubang yang harus ku tanami sekarang berdekatan dengan lubang yang harus ditanami laki-laki itu. "Kenapa lo putih?" ucapku lirih takut di dengar oleh para pegawai kakek yang lain.

"Kenapa emangna, Neng??"

"Ya, gue mau aja tahu. Soalnya lo beda banget sama pegawai kakek yang lain. Kulit lo putih, bersih, mulus, dan lo ganteng lagi" ucapku terang-terangan.

"Hah?? Maksud neng Aurel teh abi teh ganteng??"

Kenapa aku bodoh banget, ngatain dia ganteng segala???

"Ehhhh, ma-maksug gu-gue tuh gak gitu" ucapku gelagapan, "Ya gue heran aja sama sisi diri lo yang sebenarnya."

Ku lihat laki-laki itu menelan salivanya pelan dan tersenyum lurus padaku, "Itu mah teu penting atuh, Neng!" ucapnya singkat.

Meskipun begitu aku tetap penasaran dengan sisi kehidupan laki-laki itu, sungguh jawaban yang aneh tadi. Pasti dia menyembunyikan sesuatu di belakangku. Dan aku yakin itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sun Flowers with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang