"Jika kamu mendapatiku marah, tegurlah aku dengan mengucap 'istighfar' kepada Rabb-ku."
Allohu akbar.... Kamera saha ieu....??
Kakek.... Neng Aurel....
Aku tersentak kaget mendengar teriakkan itu. Bukan, bukan karena aku kaget karena suara cempreng khasnya itu. Melainkan dia meneriakkan kata "kamera" seolah-olah membenarkan jika itu adalah kameraku yang aku sembunyikan di antara bunga-bunga.
Dengan sigap aku keluar dari tempat persembunyianku tadi dan bergegas melihat ke teras depan rumah. Di sana ada bi Asih yang sedang mengutak-atik kameraku, bingung dengan siapa pemilik kamera itu.
Aku buru-buru merebut kameraku dari tangan bi Asih, "Dimana bi Asih menemukan ini???" tanyaku memastikan jika kamera ini benar-benar milikku.
"Hmmmm diditu, Neng Aurel!!!" ucapnya yang langsung mengarah ke vas-vas bunga di pinggiran teras.
Tidak salah lagi, kamera ini adalah kameraku. "Terus, kenapa gak di biarin aja di situ???"
"Ihhh, kunaon atuh Neng. Kan ieu teh kamera nanti kalau aya nu maling kumaha???"
Aku menggigit bibirku keras, geregetan akan ucapan bi Asih tadi. Ya Allah, kenapa harus ketahuan sama dia, si???.
"Neng, emangna eta teh nu saha si, Neng???"
"Ya Allah bi, ini tuh kamera aku" ucapku sibuk melihat-lihat isi kameraku.
Lohhh, kenapa videonya gak ada?? Ini kan udah lebih jam tujuh??.
Aku mengutak-atik kameraku mencari dengan pasti rekaman video itu, gawat kalau sampai tidak kerekam, bisa-bisa otak cerdasku tadi pagi jadi sia-sia.
"Bi, bi Asih gak apa-apain ini, kan???" ucapku curiga.
"Ehhh duka atuh, Neng. Tapi tadi teh bi Asih teh nekan nombol itu" ucapnya yang mengarah salah satu tombol di kameraku.
"Allohumma sayyidina Muhammad....... Ya Allah bi Asih.... Kenapa nekan tombol itu, si???" ucapku marah.
Ya Allah kenapa bi Asih bego banget si??? Malah nekan tombol 'kembali'.
Tubuhku rasanya lemah sekali setelah mendengar ucapan polos bi Asih, cape-cape aku menyembunyikan kameraku di vas bunga, tapi ternyata malah gatot. Alias .
gagal total.Aku berusaha menopang tubuhku dengan berpegangan pada tiang rumah yang berada di sebelahku. Aisssshhhh, pagi-pagi saja hidupku sudah sial.
"Ehhhh siahhhh, aranjeun teh kunaon, tadi meni gandeng kitu???" teriak kakek yang langsung ke luar dari rumah dan menghampiriku bersama bi Asih.
Karena kesal, aku membiarkan pertanyaan kakek tadi. Sengaja biar bi Asih saja yang menjawab pertanyaan kakek.
Ku lihat bi Asih memaksakan bibirnya tersenyum, mungkin takut karena di sudutkan olehku dan kakek.
"Ieu, Kek. Tadi teh abi teh nemu kamera neng Aurel di vas bunga. Tapi neng Aurel teh malah marah-marah, padahal abi teh tos ngingetkeun kamera" ucap ragu bi Asih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun Flowers with You
Teen FictionAurellia Sakha Queenara. Gadis penikmat pancaran cahaya ke bahagiaan bagi hidupnya yang sebentar lagi akan ditinggalkannya untuk selama-lamanya. Hanya dengan sebuah bunga Mataharilah dia menyempurnakan hidupnya di tengah melawan rasa sakit yang tia...