Kekesalan yang Mendalam

20 2 0
                                    

"Jangan membuat orang lain kesal ke padamu. Jika kamu tidak mau di buat kesal oleh orang lain."

Senin,  6  Januari 2020

INNALILLAHI WA'INNA ILAIHI RAJI'UN......

Ya Tuhan....

Ma'afkan aku bila aku sedang kesal hari ini, sungguh aku  tidak menyangka jika hal ini  akan terjadi padaku.

Dua kekesalan yang sedang rasakan sekarang. Pertama, aku sangat kesal tadi  ada yang mengerjaiku dengan melempariku sendal. Dan yang lebih kesalnya lagi, ternyata ayah dan kakek tidak mempercayaiku juga. Ahhhhhhh..... Sialnyyaaaa aku ini!!!!!!!!

Awas saja jika aku ketemu hantu, aku akan memukulinya habis-habisan dan akan membuat dia meminta ma'af padakuuuuuu!!!!!!!!!

Aku menutup kembali buku  harian kuningku ke dalam rak buku kecil dekat lemari pakaianku. Sungguh aku sangat kesal sama kakek dan ayah, karena tidak mempercayaiku tentang kejadian siang tadi.

"Gkkkk gkkkkkk kkk "

"Maenya atuh Nara, jaman kiwari aya jurig berang-berang" ledek kakekku.

"Lah, Kakek. Beneran Nara teu bohong......"  elakku.

"Jjjehhhhhh....  Kakek oge saumur-umur  teu pernah tuh  ningal nu namina jurigggg. Jhahahhahah"

Aku mendengus kesal mendapat ledekan dari kakek.  Baru juga ngadu, tapi udah di ketawain. Ahhhhh sialnyaaaaaa aku iniiii.

" kakek, mah gak peka!" jawabku keras saking keselnya sama kakek.

"Aurellllll, kamu gak boleh gitu dong! Sama kakek." Ayah menegurku karena bicaraku pada kakek tadi.

"Ya, abisnya.... Kakeknya bikin aku kesel, Yah!" belaku.

"Entoslah, Yud. Ulah di permasalahkeun" ujar kakek.

Ayah menganggukkan kepalanya pelan, tanda mengiyakan ucapan kakek.

"Nara, enjing wang kebon kembang Matahari, Yeup!. Wang teangan eta mana nu ngarana jurig  teh" ujar Kakek  sengaja mengeraskan kata jurig.

Masih dalam kekesalan yang teramat sangat, aku pergi ke kamar tidur meninggalkan kakek dan ayah yang berada di  ruang tamu.

(Lupa harusnya miring, nanti ya di revisi lagi)

.......

Sekarang kakek benar-benar membuktikan ucapannya. Dua hari yang lalu aku mengadu pada kakek tentang  hantu yang ada di kebun bunga. Dua hari yang lalu juga  kakek terkena  sakit flu, makanya sekarang kakek baru mengajak aku ke kebun Matahari bersama.

Tapi sayangnya, ayah tidak bisa ikut denganku. Katanya ada kepentingan yang mendadak yang harus segera di selesaikan di kantornya. Ahhhh sialnya, ayah gak ada kak Bima juga gak ikut ke sini berlibur ke Bandung bersamaku.

"Tuh ceuk Kakek oge, didieu mah teu aya jurig, Naira!" kata kakek berusaha mencari hantu itu.

"Kakek!!!! Nara teu bohong!!! Beneran dehhh" ucapku. "Nara kamari denger, kalo ada yang minta tolong sama Nara, kek!" jelasku.

Kakek nampak berpikir sebentar bingung dengan ucapanku barusan.

"Ahhh teuing, Kakek mah saumur-umur didieu ge di jaman Kakek leutik nepi kawin nepi deui cucuan. Tapi, teu pernah tuh manggih jurig didieu!" ujar kakek.

"Tapi, Naha Nara manggih hantu kemari?"

"Nya entos weh, Nara" engke oge pami panasaran keneh mah bakal papanggih deui. Hahahhahhaha" ujar kakek di akhiri tawaaan di akhir kalimatnya.

Sun Flowers with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang