4

105 15 2
                                    

"Tante, aku tidak ingin pindah sekolah." perkataan Lura sukses membuat Jihyun kaget. "Jangan terkejut seperti itu tante, tidak ada yang sakit tiba-tiba. Aku hanya ingin disekolah itu. Menyenangkan bisa sekolah disana, aku juga sudah punya teman."

"Kau ini suka membuat ku terkejut, tante hampir saja jantungan mendengarnya. Tante Jihyun hanya bisa berharap kau akan lulus dengan nilai memuaskan nantinya, ok?!" Jihyun menatap kemenakannya dengan lembut. Seperti menatap putranya, Taehyun.

"Aku akan memberitahukan hal ini pada ayah dan ibu. Mereka pasti senang bahwa aku sudah dewasa," wanita itu beranjak meninggalkan tempat duduk ya menuju ke kamarnya.

Lura mengambil ponselnya dinakas. Mencari nomor ibunya untuk mengabari hal yang menurutnya sangat bagus.

"Yeobosseo," suara ibu Lura terdengar. Mendengarnya membuat wanita itu refleks berteriak.

"Eoh, eomma!"

Ibunya bernama Kang Jihyo tersenyum dibalik telepon. "Bagaimana? Sekolahmu lancar? Ibu tebak, kamu pasti mendapatkan nilai memuaskan hari ini?!"

"Tidak sepenuhnya salah sih, ibu memang pandai kalau aku senang. Tapi, tebak apa lagi yang bisa bikin aku senang?" Sungguh. Jihyo yang merupakan ibunya terkekeh mendengar anaknya yang sangat antusias ingin diri Lura mengetahui apa yang terjadi.

"Eum... Taehyun memberimu boneka kelinci?" mendengar nama 'Taehyun', wanita itu jadi kehilangan semangat. "Aniya." jawabnya singkat.

"Loh? Ada apa sayang ku? Taehyun mengganggumu?" pertanyaan ini membuat mood ya tambah turun mengingatnya.

"Ya, tapi bukan itu yang ingin ku katakan. Aku tidak akan pindah sekolah karena mempunyai sahabat baru," ucapnya walau nada berbicara wanita itu memelas, tapi matanya tersirat bahwa ia sangat senang kala mengingat momen dimana ia dan Soobin menjadi sahabat.

Lura kembali mengembangkan senyumnya,"wah pasti seru mempunyai sahabat baru. Siapa namanya? Dia perempuan atau laki-laki?"

"Dia laki-laki, ibu bisa memanggilnya Soobin. Tolong tanya ayah untuk memindahkan Soobin ke kelas ku agar aku lebih mudah bergaul dengannya." Lura memohon pada ibunya. Berharap wanita itu bisa berteman dengan Soobin lebih dekat lagi.

Jihyo mengangguk, "tentu saja sayang ku, asal kau senang dan tetap menjaga kekuatan mu. Jangan sampai kehilangan kendali, mengerti?!"

"Mengerti ibu, itu saja yang ingin ku sampaikan padamu. Titip salam ku pada ayah dan selamat bekerja!" ucap Lura sebelum akhirnya menutup telepon ya dengan ibunya.

Setelahnya ia menyimpan ponselnya dinakas kembali dan melompat kegirangan karena permintaannya akan dikabulkan. "Semoga saja Soobin tidak keberatan. Biarkan hal ini menjadi rahasia, pasti ia akan terkejut."

"Tapi," wanita itu duduk, membayangkan bagaimana ekspresi pria itu ketika ia tiba-tiba dipindahkan dari kelas yang lebih unggul. Walaupun Lura pendiam, ia merupakan siswa yang pintar dikelasnya. Bahkan Taehyun yang juga murid pintar, tapi rangking pertama ialah Lura mengalahkan sepupunya meski wanita itu biasa bermalas-malasan mengerjakan tugas rumahnya. Tapi, otaknya diatas rata-rata itu membuatnya bisa mengalahkan seorang rajanya pelajaran.

"Apakah dia akan sedih atau marah? Biasanya kabar dari ayah selalu saja tiba-tiba, ia bisa saja tidak menerimanya." Lura mengambil kembali ponselnya di nakas. Mencari nomor kontak pria Choi itu, ia sudah berpikir bahwa jika wanita itu tidak memberitahukannya, Soobin pasti tidak akan menerimanya. Lebih baik ia memberitahukan hal itu sekarang, sebelum ia menyesal.

"Hai Lura, kau baik-baik saja?" sapa Soobin.

"Hai juga, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin memberi kabar untukmu. Entah ini menurutmu bagus atau tidak," Lura menggigit bibir bawahnya, ia tidak siap untuk mengatakannya.

ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang