"Soobin-ssi, maaf. Aku tadi sepertinya agak bersikap kasar pada Taehyun dan memperlihatkannya pada mu," sesal Lura, ia mengelus anak kucing yang berada dalam pangkuannya.
Mereka sedang ada didalam mobil, menuju ke taman. Tempat yang bagus untuk mengajak kucing kecil mereka jalan-jalan.
"Kalian pasti bertengkar ya? Tidak apa, itu urusan kalian berdua. Aku tidak ingin ikut campur," ujar pria itu. Ia masih menatap jalan dengan teliti.
Lura menggeleng, "kau boleh ikut campur kok. Ini bukan masalah keluarga. Dan aku butuh saranmu,"
"Benarkah? Kau mau aku menyarankan apa padamu?" Lura memperhatikan Soobin dengan mata berbinar. Walaupun pria itu menatap lurus kedepan tetapi sorot matanya dapat melihat wajah sahabatnya itu senang, karena Lura ingin membagi cerita padanya.
"Eum.. sebenarnya Taehyun memarahi ku. Sebelum kita bertemu, kita sempat berbicara tentang kepindahan. Aku mengatakan bahwa ia tidak perlu pindah," Lura menggantungkan ucapannya. Hal itu membuat Soobin membuka suara.
"Bukannya kalian sepupu? Bahkan seatap. Kenapa kau tidak membolehkannya pindah sekolah juga?" Tanya pria itu. Sorot matanya melihat Lura yang tengah diam, mencari kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaan lelaki tinggi tersebut.
"Aku berjanji pada seseorang. Jika aku memberitahukan kepadamu, ia akan marah. Maaf ya," Soobin menggeleng.
"Tidak, itu privasimu. Aku tidak perlu mengetahuinya lebih dalam, lalu apa lagi yang terjadi?" Pria itu semakin penasaran. Tetapi, begitu mereka tiba didepan parkir, tidak ada sahutan dari Lura. Entah apa yang terjadi padanya.
Setelah memarkirkan mobilnya, Soobin melihat wanita itu. Ternyata Lura tertidur, padahal baru saja mereka berbicara, perempuan bermarga Kang itu tertidur. Matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung, bibirnya yang mungil memberikan kesan imut padanya.
Astaga, Taehyun telah menyianyiakan wanita imut sepertinya. Batin Soobin dalam hati.
Pria itu tidak tega jika membangunkan Lura, ia pun membuka pintu mobil dan menguncinya. Sebelumnya, ia memberikan celah di jendela untuk wanita itu bernafas.
Ia mengambil ponselnya yang berada disaku celana, wallpaper bergambar seorang anak laki-laki dan perempuan yang tersenyum ke arah kamera. Soobin yang melihatnya tersenyum, selalu saja seperti ini.. Inikah yang dinamakan takdir?
"Lura, Lura.. kau ini sama saja, seperti anak-anak, kekanakan sekali." Ucap Soobin, ia memperhatikan foto berupa gambar seorang anak kecil perempuan, yang diyakini adalah Kang Lura.
Tanpa ia sadari, seseorang menghampirinya.
Puk!
"Eoh? Kau mengagetkan ku!" Ujar Choi Soobin dengan tatapan kesal. Sedangkan yang mengagetkan hanya terkekeh kecil.
"Hyung, kau sedang memperhatikan ratu kesayanganmu itu hm?" Goda pria tersebut, Soobin yang mendengarnya jadi salah tingkah.
Ia pun memikirkan sebuah kata untuk mengalihkan topik, sebelum adiknya itu berbuat ulah. "Sejak kapan kau ada disini? Kencan buta huh? Choi Beomgyu." Tanya Soobin. Ia membuka kontak dan mengetikkan nomor seseorang.
"Kau sangat pandai menebak, hyung. Akan selalu begitu. Jadi, kau bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya bukan?" Pertanyaan itu membuat pria disebelahnya terdiam beberapa sesaat, setelahnya ia menggeleng.
"Entahlah, aku sedikit ragu. Walaupun ini sedikit bagus, tapi aku tetap akan sedih pada akhirnya. Lebih baik kita tidak pikirkan ini, tidak perlu ikut campur dalam urusan ku, Beomgyu." Peringat sang kakak. Sementara adiknya cemberut, memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴ
Fanfiction[END] Sihir itu sesuatu yang dapat melindungi dan juga membahayakan seseorang. Sihir yang dapat dikendalikan maupun terbebas begitu saja. "LURA!" "Tae-Taehyun?!" "Kau baik-baik saja? Ayahmu bilang, kau akan pindah. Dimana?" "Kau menginginkan dirimu...