10

81 9 0
                                    

Kedua mata wanita bermarga Kang itu terbuka secara perlahan. Dan sangat terkejutnya melihat orang yang ditunggu-tunggunya akhirnya datang menjenguknya.

"sudah bangun? Cepat sekali, aku baru saja sampai." kata pria itu dengan senyuman yang melekat di bibirnya.

"loh benarkah? Kenapa lama sekali Soobin-ah? Aku kan khawatir dengan mu. Aku daritadi menunggu kedatangan mu," ucap Lura manja, ia bahkan mempoutkan bibirnya. Bohong kalau Soobin tidak menganggap sahabatnya itu lucu. "kau tahu kan kalau aku sibuk, di umur segini saja aku sudah sibuk bekerja. Walaupun dulu aku tidak dapat kelas unggulan, tapi otak ku ini diatas rata-rata loh,"

"dasar sombong, oh iya. Aku lupa bertanya, keadaan Yeonjun bagaimana? Aku kira ia dirawat disini, tapi kenapa aku tidak melihatnya?" tanya Lura bingung. Ia tahu rumah sakit ini tempat Yeonjun dirawat waktu adik dari Choi Soobin itu dilarikan ke rumah sakit dimana Lura sekarang dirawat.

"ah, karena darahnya berbeda dengan golongan darah ku, aku jadi memindahkannya di rumah sakit lain. Rumah sakit ini juga kehabisan stok darah yang dibutuhkan Yeonjun." Lura jadi bingung. "loh? Kan ada Beomgyu, kenapa tidak mengambil darah anak itu? Ataukah kedua orang tua mu?"

"kami berdua merahasiakan hal ini pada orang tua kami, bahkan Yeonjun yang melarang ku memberitahukan hal itu pada mereka. Terutama adik kami, Beomgyu sendiri. Aku tidak tahu maksudnya apa, bahkan kejadian kecelakaan itu, ia tidak ingin menceritakannya pada siapapun. Bahkan aku yang menolongnya bersama mu tidak ingin mengatakannya apa yang terjadi pada anak itu, tapi aku tidak memaksanya. Ia pasti akan cerita pada waktunya," Lura mengangguk setuju. Yeonjun pasti mempunyai banyak masalah dan tidak ingin seseorang mengetahuinya untuk saat ini.

"kau lihat ibu dan ayah ku? Sepertinya tadi mereka yang memanggil mu ke sini, bukan begitu?" Soobin melihat sekitar. Dan benar, hanya mereka berdua yang berada di ruangan bernuansa putih ini. Tadi pria itu berbincang sesuatu dengan kedua orang tua sahabatnya. Ia berbohong, sebenarnya ia sudah tiba daritadi. Karena Taehyun mendesaknya, serta pesan dari Daniel yang menyuruhnya datang langsung tanpa harus menunggu Kang Lura bangun dari tidurnya.

"iya, mereka yang memanggil ku. Tapi, aku rasa mereka keluar membelikan mu makanan. Kau pasti merasa makanan disini hambar, jadi mereka membelikan makanan yang lebih berasa dimulut mu." ucap Soobin, mengelus tangan sahabatnya. Tersenyum sambil menampilkan dimplenya yang dapat membuat kaum hawa pingsan dibuatnya. Lura hanya mengangguk mendengarnya.

"Sepertinya Taehyun sibuk ya?" Tanya Lura, Soobin menatap mata wanita itu. Antara ekspresi senang dan sedih. Entah apa yang dipikirkan temannya itu. "entahlah, tapi aku tadi sempat bertemu dengannya di depan pintu rumah sakit. Ia juga yang menyuruh ku datang menemui mu. Hanya saja, saat aku masuk ke dalam ruangan mu, dan menunggu mu karena ku kira dia juga akan menjenguk mu. Nyatanya tidak kembali, mungkin dia ada urusan mendadak dan butuh waktu lama."

"benarkah? Sungguh, pria itu jahat sekali." geramnya. Tapi, Soobin menganggap wanita didepannya ini lucu, bukan ketakutan. Lihat saja, Lura sedang memajukan bibirnya yang membuat Choi Soobin ini menjadi gemas terhadapnya.

"ya sudahlah, jangan cemberut seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ya sudahlah, jangan cemberut seperti itu. Nanti aku cium nih," Lura langsung menutup bibirnya, takut dicium oleh sahabatnya. Padahal niat Soobin, hanya ingin mengerjai anak itu.

"hahaha, kau ini lucu sekali. Aku hanya bercanda, nanti kalau sudah sah baru boleh. Bahkan jika lebih, aku akan melakukannya." entah apa yang dirasakan oleh Lura. Senang dan malu. Senang karena Soobin hanya mengerjainya, malu karena pria itu menggodanya.

Tidak-tidak, astaga.. Apa yang kau pikirkan Lura-ssi?! Dasar tidak waras! batinnya, sambil memukul pelan kepalanya.

Dengan sigap, Soobin menarik tangan Lura menjauh dari kepalanya. "loh, kok? Kepalanya dipukul sih? Ada apa?"

"ini semua gara-gara kau! Aku jadi memikirkan suatu hal yang tidak-tidak karena ucapan mu." sarkasnya cepat. Tapi, tidak lama ia menyadari perkataannya. Pipinya memanas, sedangkan Soobin tertawa lepas akibat ucapan Lura yang keceplosan ditambah wanita itu malu dengan ucapannya.

Selesai dengan kegiatan tertawanya, Lura menatap sahabatnya itu dengan tatapan mematikan. "sudah selesai ketawanya? Sudah puas mengerjai ku?! Hm?"

Dengan wajah menjengkelkannya, Soobin mengangguk. Lura membulatkan matanya, "apa?! Kau senang? Dasar kurang ajar, pergi kau!" berkali-kali Soobin diusir oleh wanita itu. Tapi yang diusir malah tertawa menjadi-jadi.

"baiklah, tenang Lura-ssi. Aku hanya bercanda, kau ini. Mudah sekali dibohongi,"

"intinya kau menyebalkan. Choi Soobin itu menyebalkan dibanding kedua saudaranya. Menyebalkan dan menyebalkan."

"baiklah, baiklah nona Kang. Aku berhenti," Soobin menghentikan kegiatan tertawanya, menatap sahabatnya dengan lembut. Lalu dengan reflek, ia menarik kedua tangan Lura lembut lalu mencium punggung kedua tangan sahabatnya.

Lura kembali merasa malu akibat perbuatan Soobin yang tiba-tiba. "semoga cepat sembuh Lura ku."

"a-ah, tentu sa-saja Soobin-ah." kata Lura dengan senyum kikuk. Saking malunya diperlakukan layaknya seorang pangeran kepada seorang putri yang saling mencintai sedang bertemu.

Ya tuhan, jantung ini berdetak tidak karuan olehnya, ku mohon biarkan waktu ini berhenti seperti ini. Batin wanita bermarga Kang itu dengan senyuman yang masih melekat di bibirnya.

Tanpa disadari, di depan pintu. Lebih tepatnya di kaca pintu yang dapat melihat isi dalam ruangan.

"tidak, aku tidak ingin kalian melakukan hal itu depan mata ku, jangan berharap lebih bahwa hubungan kalian akan berjalan dengan mulus. Maafkan aku Lura, tapi aku tidak bisa membiarkan mu dengan teman ku sendiri,"

💥💥💥

Lura yang biasanya datang bersama Taehyun, atau datang sendiri, kini diantar sahabatnya yang mendapat tanggapan negatif dari warga sekolahnya.

"lihat anak manja itu, dulunya sepupu tampannya yang sering diantar layaknya seorang putri tergantikan oleh pria yang tidak akan lama lagi menjadi CEO. Ckckck, anak itu rakus sekali dalam memilih pria."

"dasar tidak tahu diri,"

"Sepertinya julukan untuknya hari ini yaitu JALANG!"

"apakah dia manusia, kenapa terlalu rakus dalam memilih pria?"

Soobin yang mendengarnya langsung membawa Lura pergi sambil menutup kedua telinga wanita itu rapat-rapat. Ia tahu pasti sahabatnya itu tertekan dengan perkataan-perkataan negatif orang lain. Dan itu sudah dirasakan oleh pria bernama Choi Soobin mulai detik ini.

Sesampainya di kelas, keduanya berhenti setelah menutup pintu. Tanpa disadari, mereka terlalu cepat masuk ke kelas. Sebagian temannya ada yang belum datang, dan sebagiannya pergi entah kemana. Lura berbalik, menatap Soobin lekat sambil tersenyum. Perlahan ia melepaskan kedua tangan sahabatnya. Ia tidak pernah dilakukan seperti ini oleh sepupunya. Hanya dengan membawanya pergi tanpa menutup telinga Lura rapat-rapat guna menghilangkan suara orang-orang yang mengganggu pendengarannya setiap saat. Walaupun dengan menutup telinga suaranya masih ada, tapi Lura sudah senang. Setidaknya suara orang-orang yang membicarakannya sedikit hilang dan tidak jelas dipendengarannya.

"terima kasih Soobin, kau sangat membantu ku. Aku tidak tahu harus apa padamu,"

Soobin membalas senyuman Lura lalu berbicara, "dengan senang hati aku melakukannya demi sahabat ku sendiri. Kau tidak perlu melakukan apa-apa, selain menjadi orang yang selalu ada didalam hidup ku. Bagaimana pun keadaannya,"

"baiklah, tapi aku belum bisa berjanji. Tapi, aku usahakan untuk melakukannya. Demi membalas perbuatan baik mu,"

Kring... Kring..

Bunyi bel pertama, pertanda pelajaran pertama akan dimulai. Kedua sahabat itu langsung duduk di bangku sambil mengambil buku pelajaran di jam pertama.

"kau mau ku traktir istirahat nanti? Sebagai balasan ku untuk tadi," Soobin yang mendengarnya mengacungkan ibu jarinya lalu mengangguk menyetujui.

ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang