"a-aku?!" Soobin menatap Taehyun tidak percaya. "sejak kapan aku menyakiti Lura? Menyapa saja tidak pernah sejak tk."
"Benarkah? Kau ini lupa atau bagaimana? Kau dan orang suruhanmu yang membuat kakek nenek kami meninggal. Akibat truk besar yang dibawa orang suruhanmu membuat ku ingin membunuhmu. Untung saja Lura masih hidup, jika tidak mungkin aku sudah menikam mu dengan pisau saat itu." Taehyun memarahi Soobin, sedangkan yang diomelin hanya diam sambil mengingat apa yang diucapkan temannya barusan.
Soobin tetap menggeleng, "aku masih kecil untuk menyuruh orang lain, apalagi mempunyai suruhan. Ayah ku melarang ku untuk mempunyai suruhan dan bekerja saat kecil, kau tidak ingat dengan ucapan ku?"
Tapi, Taehyun tetaplah Taehyun. Pria yang selalu saja keras kepala dan tidak mau mendengarkan penjelasan jika ia sudah mengetahui kebenaran. "tetap saja kau pembunuh! Ingat ya, mulai jam ini, menit ini, detik ini, kau tidak boleh mendekati Lura lagi!"
Seketika dunia terasa berhenti, jantung Soobin hampir lepas dari tempatnya mendengar perkataan Taehyun yang baru saja tersulut emosi.
"apakah dia tidak akan sedih?" tanya Soobin dengan tatapan nanar, melihat Lura yang masih menutup kedua matanya. Ia baru saja menjadi sahabat Lura beberapa hari, dan hari ini tali persahabatan keduanya putus begitu saja.
"tentu saja, jika kau pindah dari sekolah, aku akan dengan senang hati menyemangatinya tanpa mu. Atau, jika kau tidak mau pindah, kami yang akan pindah. Bagaimana?" tawarnya. Temannya ini tidak bisa berpikir dengan arah pembicaraan Taehyun. Mengapa tiba-tiba ia mengucapkan 'pindah dari sekolah' begitu saja? Memangnya pindah sekolah itu mudah baginya?.
"huft.. Kau tidak bisa memilih ya? Baiklah, aku akan berbicara pada ibu ku untuk memberitahukan padanya bahwa kaulah orang yang membunuh kakek nenek kami!" Final Taehyun sebelum akhirnya pergi dari hadapan temannya.
Soobin hanya bisa menghela napas ya dan menatap Lura sedih. Iya, pria itu sangat sedih jika ditinggal oleh sahabat barunya. Yang ia inginkan adalah membahagiakan Lura hingga akhir. Tapi, sepertinya hubungan persahabatan mereka harus berakhir disini.
"mianhae Lura-ssi,"
💥💥💥
Mata cantik wanita yang sedang terbaring di ruangan sunyi itu terbuka secara perlahan, ia menyadari bahwa ia berada di rumah sakit.
"Taehyun?!" Lura kaget melihat sepupunya sedang tertidur pulas disebelahnya, menggenggam tangannya. Tak lupa suara dengkuran halus ia dengar dari mulut pria berparas tampan itu.
"sedang apa ia disini? Dimana Soobin dan Yeonjun?" pertanyaan bertubi-tubi ia lontarkan di mulutnya, mencari keberadaan kedua saudara itu. Tapi nihil, hanya ada ia dan Taehyun di ruang inap.
Karena merasa pergerakan Lura, membuat pria yang tertidur disebelahnya terbangun, menatap sepupunya heran. "hey, ada apa denganmu?" pertanyaan yang dilontarkan Taehyun tidak membuat wanita itu mengalihkan pandangannya yang kemana-mana. Mencari seseorang yang ia tidak tahu siapa.
"ibu dan ayahmu belum pulang, besok mereka akan kesini menjenguk mu. Kau tidak perlu kha-"
"aku tidak mencari orang tua ku. Tetapi, mencari sahabat ku." mendengar kata 'sahabat' membuat Taehyun mengerti seketika. Ia menganggukkan kepalanya lalu menatap lekat Lura.
"kau sudah sangat melupakannya ya?"
Lura kini mengalihkan matanya yang terus terang mencari Soobin dan adiknya, langsung beralih ke Taehyun. "hah? Melupakan apa?"
"sudah ku duga. Kau terlalu asik dengan dunia mu sampai-sampai melupakan janji yang pernah ku buat dengan mu! Dasar pelupa," ucapnya sambil mendengus kesal. Walaupun janji yang mereka buat sejak kecil dan itu sudah cukup lama, tapi setidaknya seorang Kang Taehyun tidak akan pernah melupakan janji-janji yang ia pegang sampai sekarang. Ingatan pria itu seperti tinta permanen, jika dicoret di suatu tempat, maka coretan itu tidak bisa hilang. Begitu juga dengan otak pria bermarga Kang itu.
"aku melupakan janji apa padamu? Aku kira janji kita sudah lunas semuanya? Masih ada lagi?!" Lura terus saja mengomeli sepupunya itu. Ia ingat, bahwa beberapa minggu lalu, Taehyun dan ia sempat menyelesaikan janji yang dibuat keduanya sejak kecil. Dan mengabulkannya saat sudah besar. Tapi, Lura tidak tahu-menahu mengapa masih ada perjanjian mereka yang belum terselesaikan.
"kau lupa? Ingat saat aku bilang pada mu untuk tidak mendekati pria bermarga 'Choi' dan memiliki 2 saudara laki-laki sejak beberapa hari kita berteman? Hm?" Taehyun tidak bisa menahannya lagi. Ia sudah tidak tahan melihat sepupunya dekat dengan pria itu.
Lura mengerjapkan matanya berkali-kali dan memikirkan perkataan sepupunya yang membuatnya sangat bingung. Ia tidak bisa mengingat satupun. "mian Taehyun."
"kenapa minta maaf? Kau sudah mengingatnya?" Lura menunduk dan menggeleng.
"aku tidak bisa mengingatnya, maaf jika kau marah kepada ku. Aku.. Sungguh sangat minta maaf," Taehyun hanya bisa menghela napas. Ia tidak bisa berpikir kemana semua memori yang dulu mereka buat bersama hilang begitu saja.
Tidak lama seorang wanita berparuh baya yang awet muda itu masuk dengan senyuman, "oh.. Ada atmosfer yang menyeramkan disini? Kau apa kan Lura sampai ia menunduk seperti itu, hm?"
Lura yang mendengarnya langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum, terpaksa. "aniyo, imo. Gwaenchanha,"
(tidak, tante. Aku baik-baik saja)"Benarkah? Aku tidak yakin dengan itu, tatapan Taehyun yang menakutkan itu tidak sesuai dengan ucapan mu." wanita itu berjalan menuju keduanya. Tidak lupa tatapannya yang tidak bisa terhindar dari anaknya. "ayo.. Kalian jujur saja, tante Jihyun tidak akan marah kok."
Taehyun hanya bisa menghela napas dan menceritakan bagaimana kedekatan sepupu kesayangannya dengan musuhnya sejak kecil. Tadinya pria itu ingin mengatakannya pada ibunya, tapi karena ia cemburu. Bagaimana tidak? Soobin yang hanya orang asing dimata Lura dengan singkat membuat keduanya dekat begitu saja, tidak seperti Taehyun dulu. Pria itu lebih dulu mendekati Lura seperti teman dekatnya, tetapi tidak semudah Soobin mendekati wanita itu. Bahkan kedua sahabat itu seperti orang pacaran. Dan Taehyun cemburu akan hal itu. Padahal ia pernah merelakan sepupu kesayangan itu pada temannya, yang dulunya ia belum tahu siapa Choi Soobin yang sebenarnya.
"ah.. seperti itu rupanya, kalian seharusnya tidak perlu menyembunyikan hal ini pada ku. Sepertinya Lura dan Soobin tidak akan pindah," respon dari sang ibu membuat anaknya terkejut setengah mati. Tidak. Bukan ini yang ia tunggu-tunggu jawabannya, melainkan salah satu dari kedua sahabat dekat itu pindah sekolah dan saling menjauhi satu sama lain seolah-olah mereka tidak saling kenal. Egois, ya Taehyun memang egois. Ia melakukan hal ini untuk dirinya sendiri.
"tapi, bu-bukankah itu yang orang tua Lura mau?" tanyanya masih tidak percaya. Matanya membulat sempurna saking kagetnya dengan perkataan ibunya sendiri.
"kenapa kau sangat terkejut? Lura sudah menyukai sekolah yang ia mau. Setidaknya itu sedikit membantunya bukan? Bukankah hal ini yang kau mau? Kenapa mendadak seolah kau tidak menyukai jawaban ibu?" kini beralih Kang Jihyun bertanya. Secara beruntun. Karena anaknya itu sepakat tidak akan memindahkan Lura disekolah lain lagi jika Lura sudah sangat menyukainya.
"Ah.. Siapa tahu Lura akan terjerat ke dalam masalah dan membuatnya terbaring kembali di rumah sakit karena ulah Soobin sialan itu." balas Taehyun ketus. Ia sangat tidak mengerti mengapa ibunya tidak berpendapat yang sama sepertinya.
"hey, ibu selalu mengajarkan untuk tidak mengatakan kasar kepadamu. Kenapa kau tiba-tiba mengatakan teman sekaligus sahabat Lura sialan? Kau ini kenapa?" Jihyun saja tidak mengerti keadaan anaknya yang tiba-tiba saja ketus dan tidak suka membicarakan teman dekatnya, Choi Soobin sendiri.
"ada suatu hal yang ingin ku bilang kepada ibu, tapi tidak disini. Melainkan diluar, tidak didepan Lura maupun diketahui oleh siapapun. Hanya ibu seorang." Taehyun langsung saja keluar, meninggalkan ibu dan sepupunya yang terdiam melihat kelakuannya yang berbeda daripada sebelumnya.
"huft.. Sepertinya anak itu butuh pencerahan. Tante keluar dulu, kamu tunggu disini ya. Siapa tahu Soobin akan datang, jangan khawatir. Tante dan orang tuamu tidak akan memisahkan kalian berdua." Jihyun keluar mengikuti anaknya yang sudah pergi menjauh. Entah kemana arahnya, Lura tidak tahu. Yang ia pikirkan sekarang keadaan adik dari sahabatnya dan sahabatnya sendiri tentunya, Choi Soobin dan Choi Yeonjun.
Aku mohon Tuhan, buatlah Yeonjun tetap sehat dan biarkan aku untuk tetap bersama dengan Soobin, maafkan aku Taehyun karena aku tidak membalas cintamu dari dulu, gumamnya dalam hati. Aku tahu, aku seharusnya tidak begini. Tapi, aku sungguh minta maaf kakek, nenek. Aku mencintai musuh ku, Choi Soobin. Hingga air mata lolos begitu saja dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴ
Fanfiction[END] Sihir itu sesuatu yang dapat melindungi dan juga membahayakan seseorang. Sihir yang dapat dikendalikan maupun terbebas begitu saja. "LURA!" "Tae-Taehyun?!" "Kau baik-baik saja? Ayahmu bilang, kau akan pindah. Dimana?" "Kau menginginkan dirimu...