9

74 11 0
                                    

Ayah dan ibu Lura sudah datang sejak beberapa menit yang lalu ketika ia terus memikirkan masa depannya.

"Ayah, ibu.." panggil Lura yang masih terduduk di ranjang rumah sakit. Kedua orang tuanya berbalik dan menampakkan senyum.

"ada apa sayang? Apa kepalamu masih sakit?" tanya sang ibu. Lura tersenyum miris. Ia ingin mengatakan sesuatu pada orang tuanya, tapi ia takut akan reaksi keduanya.

Masih terlarut dalam pikirannya, sang ayah berkata. "ada apa Lura? Sepertinya anak kecil ayah ingin mengatakan sesuatu, hm?" pria berparuh baya itu duduk disebelah putri satu-satunya yang ia punya.

"Ayah, ibu. Maaf karena baru memberitahu kalian, tapi aku kembali mengalaminya." Ayah Lura yang bernama Kang Daniel hanya bisa tersenyum mendengarnya. "aku ingin sekali memberitahukan kalian tentang hal itu, untung saja teman ku tidak menyadarinya. Malah mengira aku tertidur, padahal aku mendadak pingsan saat itu. Karena pengaruh sihir ku. Aku memang pernah memakai sihir ku untuk melihat masa depan ku, tapi tidak jadi karena Taehyun mengingatkan ku. Dan akhirnya kemarin setelah aku menggunakan sihir ku, penyakit itu datang tiba-tiba. Maaf, aku terlambat jujur pada kalian." ucap Lura panjang lebar. Ibunya yang bernama Kang Jihyo memegang tangan anaknya dan mengelusnya dengan penuh kasih sayang.

"sayang, tidak masalah jika kau tidak ingin mengatakan kepada kami lebih awal. Tetapi, ingatlah bahwa Kang Lura harus jujur dan terus mengatakan kata hatinya walau pihak lain akan membenci mendengarnya." ucap Jihyo, satu tangannya ia elus pipi sang anak dengan lembut.

"sebenarnya aku juga ingin mengatakan sesuatu lagi, dan mungkin kalian akan membencinya." Daniel tersenyum lembut, lalu menggeleng. "apapun ucapan mu, kami akan menerimanya. Asal jangan macam-macam,"

"sebenarnya.." Lura kembali berpikir, antara menceritakan yang sebenarnya atau tidak menceritakannya sama sekali. Ia menghela napas kasar, "aku menyukai Choi Soobin."

"loh? CHOI SOOBIN?!" Kaget keduanya, Jihyo yang mempunyai mata yang besar kini bertambah besar. Saking terkejutnya dengan ucapan anaknya bahwa ia menyukai musuh masa kecilnya.

"sayang, kau mengenalnya sejak kapan?" tanya Daniel khawatir. "beberapa hari yang lalu ayah. Aku tidak tahu mengapa aku mencintainya, tapi setiap aku berpapasan dan menatap wajah tampannya itu tidak dapat mengalihkan mata ku darinya."

"kau yakin menyukainya Lura sayang?" Jihyo kembali bertanya, Lura mengangguk lesu. Mendadak hatinya kosong karena sedari tadi, pria yang sedang dibicarakannya ini tidak datang menghampirinya.

Ini ulah Taehyun, dia pasti menghipnotis Soobin untuk tidak datang ke sini. Padahal aku sangat menantikan kedatangannya, batinnya sambil menatap pintu.

"kenapa? Kau menunggu kedatangan anak itu?" Lura kembali mengangguk tanpa berniat membalas ucapan ibunya yang bingung melihat anaknya lesu dan jadi kurang semangat.

"baiklah, karena Soobin bisa membuat mu senang walau sesaat, kami akan memanggilnya. Lura tidur dulu ya, nanti kalau bangun, pasti Soobin sudah ada disini. Lura sayang ku istirahat dulu, ok?!" Kembali, Lura mengangguk dengan senyuman kecil yang dipaksakan. Sebenarnya ia agak kecewa karena harus menunggu Soobin lagi dengan cara istirahat terlebih dahulu. Jihyo mengelus puncak kepala putrinya dan mencium keningnya lama.

Sementara Daniel mengelus tangan putrinya dan pamit meninggalkan Lura sendiri dikamarnya. Yang ditinggalkan mulai menutup matanya, tidak sabar menemui sahabatnya yang baru ditinggal beberapa jam yang lalu.

💥💥💥

"aku akan mencari Taehyun untuk menyuruhnya menghubungi Soobin. Ku rasa, kita harus bicara dengan pemuda itu," Jihyo mengangguk, menyetujui ucapan suaminya lalu membiarkan Daniel pergi menemui kemenakannya sekaligus sepupu Lura.

"Taehyun!" Yang dipanggil berbalik dan menatap pamannya. Ia dengan segera membungkuk dan menyapa Kang Daniel.

"annyeong haseyo samchon," sapa Taehyun, ia meletakkan ponselnya yang ia pegang ke dalam saku. Lalu tersenyum hangat.

"ah, halo Taehyun. Paman hanya ingin meminta tolong padamu." kata Daniel, Taehyun dengan segera mengangguk tanpa ragu. "tentu saja paman, apapun itu."

"ini soal Lura, aku ingin kau menelepon Soobin untuk menjenguknya. Kurasa, Lura tidak bisa jauh dari Soobin. Begitu juga sebaliknya, aku tahu tindakan mu tadi sudah bagus. Tapi, Lura sepertinya tidak bisa hidup tanpa sahabatnya itu." Taehyun yang mendengarnya merasa telinganya panas. Pamannya mengatakan bahwa 'Lura tidak bisa hidup tanpa sahabatnya', padahal mereka baru saja dekat beberapa hari yang lalu dan wanita itu sudah rindu akan sosok sahabatnya yang baru saja ditinggal beberapa jam yang lalu? Taehyun merasa, ini tidak adil. Sepupunya yang mengkhawatirkannya tidak diperdulikan sama sekali.

Tapi, demi Pamannya dan sepupu manjanya itu, ia rela. "baiklah paman, aku akan mencoba meneleponnya."

"terima kasih Taehyun, aku akan mentraktir mu makan malam. Kau ada waktu kan? Paman juga ingin berbicara padamu malam nanti. Bisa kan?"

Sebenarnya malam ini, Taehyun ada janji dengan seseorang. Tapi, karena ia penasaran dengan Pamannya yang ingin berbicara empat mata dengannya. Ia tidak bisa menolak.

"tentu paman, aku akan menelepon Soobin. Aku akan mengabari Paman jika ia membalasnya," Taehyun berjalan pergi, sebelumnya ia membungkuk lalu pamit.

Daniel hanya bisa menatap kepergian kemenakannya yang akan menelepon pria bernama Choi Soobin. Sahabat Lura. Tapi, baru saja pria tua itu melangkah, getaran dari ponsel casing berwarna hijau menggetarkan kakinya. Daniel mencari tempat duduk dan mengambil ponsel Lura, membuka pesan dari 'Soobin Lovely 💕'. Emot love saja sudah menandai bahwa Lura bisa saja menganggap pria bermarga Choi itu lebih dari sahabat.

Soobin Lovely 💕

Lura, maaf ya aku sepertinya akan terlambat datang. Atau mungkin tidak bisa, ada sedikit kendala jadi aku sulit untuk datang kesana. Aku janji akan menemui mu, maaf sekali lagi

Pesan dari sahabat anaknya dapat meyakinkan bahwa keduanya bisa saja memiliki hubungan lebih dari sahabat. Daniel berniat membalasnya, tapi tidak lupa menandai namanya bahwa ia yang membalasnya. Bukan pemilik dari handphone yang ia pegang saat ini.

Me

Tidak apa Soobin, tapi saya mohon datang lah kemari. Saya tahu kamu dilarang sama Taehyun kemari. Saya tidak akan melarang mu kemari. Jadi, datanglah kemari. -Kang Daniel

Semoga saja anak itu membaca pesan ini. Karena aku yakin, ia pasti teleponan dengan Taehyun, gumamnya pelan. Kemudian meletakkan ponsel anaknya kembali ke kantong celananya. Ayah dari satu anak itu kembali ke depan ruangan Lura. Takut anaknya itu terganggu jika ia masuk disaat anak kesayangannya sedang menikmati mimpi indahnya.

"bagaimana? Kamu sudah memberitahu Taehyun?" tanya Jihyo, begitu melihat suaminya melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang disediakan di depan pintu pasien. Sebagai tempat duduk untuk orang-orang yang menjenguk.

"eung, aku juga memberitahukan kepada anak itu secara langsung. Karena Soobin tadi mengirim pesan diponsel Lura, lihat!" Daniel obrolan pesan antara anaknya dengan pria bermarga Choi itu. Jihyo ber'oh sambil membaca, sampai akhir. Dimana suaminya menyuruh sahabat Lura datang kemari menjenguk.

"ku rasa, aku harus mengobrol sesuatu dengan anak itu." kata Kang Daniel, menatap isterinya yang mempoutkan bibirnya kesal.

"tidak! Kamu tidak boleh membicarakan sesuatu hanya empat mata, apalagi membicarakan tentang Lura. Aku juga harus ikut," Suaminya terkekeh melihat isteri yang paling berisik itu mengomel.

Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing, hingga perempuan berparuh baya itu bersuara, "selama ini, orang yang anak kita maksud untuk pindah ke kelasnya itu Choi Soobin ya? Mengapa Lura bisa melupakan musuhnya sendiri? Taehyun juga, ia yang merupakan sepupu sekaligus teman keluarga Choi tidak memberitahu hal itu pada kita dan hanya mengetahuinya sendiri." ucap Jihyo dengan dirinya sendiri.

Dia saja melupakan anaknya pernah kecelakaan dulu, yang membuat memori di otaknya sedikit menghilang. Anak dan ibu sama saja ternyata. Gumamnya di dalam hati.

"huft.. Kita tunggu Soobin saja, ingat ya. Jangan mengintrogasi berlebihan dan yang bisa membuatnya takut, ok?!" Jihyo mengangguk lalu menunggu kedatangan pria bermarga Choi tersebut.

ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang