14

62 8 0
                                    

Soobin menatap ke arah langit, ia tersenyum. "maaf karena aku tidak bisa melihat mu. Taehyun pasti tidak mengizinkan ku," sesekali ia menghirup udara di taman rumah sakit yang begitu tenang.

Beomgyu dan Yeonjun hanya bisa mengulum bibirnya. Hingga Beomgyu bersuara, "jadi ini yang kau maksud, hyung?"

Soobin mengangguk, tanpa melihat kedua adiknya. "Ya, aku tahu hal ini akan terjadi. Tapi, ia akan kembali lagi."

"loh? Kok bisa? Hidupnya tidak tenang ya  hyung?" Tanya Yeonjun penasaran. Ia tahu kakaknya ini bisa meramal masa yang akan datang. Hanya saja keahliannya ini tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, karena biasanya yang ia ramal tidak terjadi. Tapi, kebanyakan hal itu terjadi tanpa diduganya. "apa Lura menjadi manusia yang tidak tampak seperti makhluk halus? Kebanyakan buku yang ku baca, jika seseorang yang tidak tenang disana akan seperti itu."

"Beomgyu, aku tidak bercanda." balas Soobin. Membuat Beomgyu terkekeh.

Ia menurunkan kepalanya, menatap ke arah depan. Lalu berkata, "aku tidak tahu pasti, aku akan merahasiakannya terlebih dahulu kepada kalian. Biarkan kalian penasaran dengan dunia ini." Soobin berbalik, menatap adiknya dengan senyuman yang memperlihatkan dimplenya.

"hyung tidak asik, jahat sekali!" Beomgyu memajukan bibirnya. Soobin melangkah kan kakinya dan mencubit kedua pipi adiknya itu.

"baiklah. Tapi, aku hanya memberikan kalian bocoran sedikit." pasrahnya. Terkadang, adiknya itu bisa meluluhkan Choi Soobin dengan bertingkat imut di depannya.

"Apa itu hyung?" tidak hanya Beomgyu, Yeonjun juga sangat ingin mengetahui bagaimana keadaan Lura nantinya yang akan kembali di dunia yang penuh misteri ini.

"Lura bukanlah Lura yang dulu. Dan yang akan dilihatnya pertama kali diantara kita itu Beomgyu." yang disebutkan namanya menjadi bingung. Menunjuk dirinya sambil berkata, "aku? Kenapa bisa?"

"entahlah, mungkin tidak disengaja. Tapi, kau tahu kan kalau ramalan ini tidak sepenuhnya benar. Aku sangat yakin Lura akan kembali, tapi tidak dengan bertemu denganmu. Aku masih ragu,"

Kedua saudaranya hanya mampu mengangguk paham, walau sebenarnya mereka tidak sepenuhnya mengerti dengan hal-hal magic atau semacamnya.

Aku tahu kau akan kembali. Aku hanya memohon kepada Tuhan agar kita dapat kembali seperti dulu. Soobin pun berjalan bersama kedua adiknya kembali ke rumah sakit.

💥💥💥

Setelah pergi ke makam Lura, kini keluarga Kang pulang ke rumah dengan perasaan sedih. Terutama kedua orang tua anak itu.

"Baekho hyung, kami boleh menginap sementara disini? Jihyo ingin sekali tidur di kamar Lura." ucapnya memohon. Ia melihat saudaranya itu mengangguk.

"tentu saja, isxtirahat lah terlebih dahulu. Aku dan isteri ku akan membuatkan makan malam." ucap kakaknya. Daniel mengantar isterinya menuju kamar anak satu-satunya yang mereka punya, setelah belasan tahun ditinggal adik laki-laki Lura.

"Taehyun, kau juga istirahat. Besok kau tidak perlu ke sekolah, tenangkan dulu pikiran mu, baru kau boleh ke sekolah." ujar ayahnya begitu melihat Taehyun melamun. Mukanya yang terlihat pucat membuat kedua orang tuanya jadi khawatir dengan anaknya yang terus saja melamun, memikirkan Lura sejak mereka pulang dari pemakaman.

"baiklah," sesingkat itu. Baru kali ini, Baekho dan Jihyun mendengar anaknya berbicara singkat. To the point.

Baekho pun memilih mengikuti anaknya, tidak jadi membantu isterinya yang akan membuat makan malam. Anaknya itu butuh pencerahan.

Taehyun membuka pintunya perlahan, duduk di tepi ranjang dengan kepala yang menunduk. Sang ayah dari anak itu membuka pintu. Ia melihat anaknya menunduk. Terlihat air mata terus menetes.

"Taehyun," panggil ayahnya. Taehyun langsung saja menghapus air bening yang selalu saja jatuh. Lalu tersenyum paksa menatap ayahnya.

"ada apa ayah? Ayah butuh sesuatu?" tanya Taehyun dengan lembut. Suara pria itu sedikit serak karena terus saja menangis sejak pemakaman tadi.

Baekho perlahan memasuki kamar anaknya, menutup pintu, lalu berjalan ke arah anaknya. "sebenarnya ayah tahu. Bahwa Kang Taehyun itu mencintai Lura bukan? Yang bahkan sepupunya sendiri, hm? "

Taehyun menatap lekat ayahnya, "sejak kapan ayah tahu?" ia heran. Ia tidak pernah memberitahukan soal ini pada kedua orang tuanya selain keempat teman dekatnya, yang sudah dianggap saudara kandungnya.

"sejak kau menyatakan cinta mu pada Lura. Itu sudah lama sekali, sejak kalian kecil. Ayah lupa kapan itu," Baekho duduk disebelah putranya. Mengelus pundak anaknya sambil tersenyum.

"kau pasti sangat kehilangannya dibanding Daniel dan Jihyo. Ayah tahu bagaimana perasaan mu, karena dulu ayah juga merasakan yang sama denganmu." atensi anaknya sepenuhnya menuju dirinya.

"loh? Ayah pernah menyukai seseorang selain ibu?" Taehyun bertanya sambil memasang wajah bingungnya. Ayahnya tidak pernah mengatakan hal itu padanya. Jang Baekho ini selalu saja menceritakan masa lalu ya, tapi tidak dengan yang satu ini.

"Taehyun kenal sama tante Han Kyura?" yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, tidak mengetahui orang yang dimaksud ayahnya.

"Han Kyura itu sepupu ayah dan paman Daniel." ucapnya. Ia melepas tangannya dari pundak anaknya, menhela nafas lalau berkata, "ia adalah orang yang ayah suka sejak pertama kali bertemu, sudah lama sekali. Sejak ayah kecil,"

"ia sama seperti Lura. Baik, sopan, dan sering dikucilkan karena sepupunya. Yaitu ayah. Ayah dekat dengannya karena permintaan orang tuanya yang sering keluar kota. Persis dengan keluarga Lura. Dan sebab kematiannya adalah Kyura menyukai seseorang yang menyebabkannya membunuh dirinya karena terbakar cemburu. Orang disukai Kyura ini mencium sahabatnya, beda dengan Lura." jelas ayahnya panjang lebar. Taehyun mengangguk paham. Kejadian ayahnya menurun pada dirinya.

"tapi, aku merasa ada yang janggal ayah." tiba-tiba perasaan Taehyun tidak enak. Ia pun berdiri, tidak menghiraukan ucapan ayahnya yang terus memanggilnya.

Langkah kaki Taehyun berhenti di depan pintu Lura. Ia terlebih dahulu mengetuk pintu, tidak ada sahutan. Ia mengetuk kembali, tapi pintu malah terbuka. Menampakkan kamar bernuansa hijau dan putih. Warna kesukaan sepupunya.

Pria itu berjalan menuju meja belajar Kang Lura. Sampai ia dapati buku bertuliskan 'magic diary'. Buku sihir yang selalu dibaca Lura.

Ia menarik kursi meja belajar wanita itu, duduk sembari membuka halaman pertama. Terdapat nama-nama orang yang terlibat dalam sihir ini. Semuanya sangat asing, ia tidak mengetahui siapapun, kecuali nama terakhir. Kang Lura.

Terlihat banyak foto di halaman berikutnya, hingga satu orang membuatnya kaget. "loh? Orang ini sepertinya tidak asing." ia kembali melihat halaman pertama.

201. Han Jisung.

Ia tidak memperhatikan nama tersebut, nama pria itu berada diatas nama Lura. "ia juga terlibat dalam sihir ini?" ia bertanya pada dirinya. Tidak lama, matanya terfokus lagi pada tulisan dari pria tersebut.

'pelindung 202'. Ia bingung, apa maksudnya pelindung?. Ia pun mengambil buku tersebut, membawanya ke kamarnya. Jangan sampai ada yang melihatnya membaca buku sihir milik Lura. Ia harus memecahkan teka-teki yang tidak dipahaminya sama sekali. Tapi, tidak saat ini. Karena ibunya memanggilnya makan malam.

Setelah menaruhnya di tempat yang aman, ia pun bergegas turun untuk makan malam.

ᴍᴀɢɪᴄ ʟᴏᴠᴇ | ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang