•T w e l v e• : Pacar baru

945 91 0
                                    

Kabar kedekatan Nais dengan salah satu siswi kelas XII IPS 2 yg bernama Jenar pun menjadi tranding topik di SMA TARIDIYA.

"Katanya udah tobat kok malah pacaran sih" cibir Havi melirik Nais yang baru saja duduk setelah dari kantin.

Havi sudah mendengar berita itu, siapa lagi kalau bukan Zilla yang terlalu update dengan masalah semacam ini.

"Cemburu bilang."

Mendengar itu lantas membuat Havi menggeleng cepat disertai kekehan seperti meremehkan, "Hah? Gue? Cemburu sama tu cewek karena lo?! In your dream!" Elaknya. Toh, ia juga beneran tidak suka bukan? Hanya sebatas partner bertengkarnya saja.

"Ysj." (Iyain saja)

Guru datang bersiap untuk memulai pelajaran, SEJARAH.

"Mampus, PR lagi dua nomor gue belum." gerutu Havi mengingat keledorannya belum mengerjakan nomor akhir karena saat malam hari ia mengerjakan tugas tiba-tiba saja kantuk itu datang tanpa diundang.

Menurutnya:
Jika malam bisa mengerjakan tugas, mengapa harus terburu buru?

"Mangkanya, ngerjain PR tuh yang tuntas. Jangan ngurusin hidup orang mulu," Argumen Nais merasa betul.

"Eh elo ya! Jang—" ucapan Havi terputus ketika Nais melemparkan bukunya, dengan sigap Havi menangkap lalu menatap Nais dengan memperlihatkan buku itu, untuk apa dia diberi buku tugasnya?

"Kerjain, Jangan banyak omong. Gue udah jadi semua."

Jangan harap Nais mengerjakan tugas itu sendiri. Diantara teman-temannya Raffa lah yang paling berotak dan tak banyak bacot. Jadi tentu tugas itu yang menyelesaikannya Raffa catat, hanya sendiri.

"Dar—" ucapannya lagi-lagi terpotong karena ulah siapa lagi kalau bukan Nais. dan Havi hanya menghela nafas tak suka. Namun...
dapat bernafas lega.

"Cepet! Keburu gurunya ngambil buku PR." Lanjutnya menyadarkan

Sontak Havi terlihat gelagapan dan terburu-buru menulis agar tak di omeli.

****

Suara bell pulang seperti melodi yang sangat teramat indah di telinga para murid. Yang di nanti dengan kesabaran akhirnya terdengar, iya terdengar indah ketika doi berucap seperti.... 'Lo mau nggak jadi pacar gue?'  Ehh...

"Thanks ya, gue kira lo cowok yang nggak pernah mau ngerjain PR dan selalu ngebantah perkataan guru." ejeknya sembari merapikan alat tulis yang berserakan di meja mereka.

"Elo tuh mau berterimakasih atau mau ngolok gue sih?"

"Dua-duanya,"

"Gue emang petakilan, suka ngelanggar aturan. Tapi, otak gue gak perlu diragukan meskipun gue nggak belajar!" Tegas Nais yang terdengar.....menyeramkan.

"Apa pedulinya gue?" Oktaf suara Nais tak menciutkan nyali Havi.

Havi memberhentikan aktifitasnya seperti ada yang memperhatikannya, oh ternyata Nais.

Nais menatap lekat manik mata hitam pekat milik Havi, "Lo bener-bener salah ngenilai gue."

Havi melihat Nais, raut wajahnya?
Kok dari mukanya Nais keliatan kecewa ya?

"Oh.. sayangnya, gue juga gak peduli." Setelah berkata seperti itu, Havi memutuskan kontak mata mereka lalu membereskan sisa-sisa yang belum dimasuki ke tasnya.

Nais memutar bola matanya lalu membuang muka, "Ysj."

"Kenapa kata 'Ysj' jadi mendominasi percakapan kita sih.." lanjut Nais menatap Havi.

"Siapa suruh yang mulai duluan?" Balas Havi tanpa melihat Nais, karena ia masih sibuk merapikan buku.

"Ya elo lah! Siapa lagi?!" Tuduhnya....asal.

Havi berhenti karena sudah selesai dengan kegiatannya. Lalu ia mengingat-ingat lagi kejadian beberapa waktu lalu, "Eh gila ya lo! Elo duluan!"

"Oh gue?" Ucap Nais polos menunjuk dirinya.

Havi berdecak,"Ck. Iyaaa, pinter!"

"Makasih, gue emang pinter, kelihatan banget ya dari jawaban gue yang tadi benar semua?" Nais berucap menampilkan watados-nya dengan membanggakan diri.

"GAK!...tau sih, hehe" Havi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Semoga aja bener, soalnya gue udah nyari antara hidup dan mati delapan jawaban yang udah gue isi, dan sisanya jawaban elo. Dan.." Havi melirik tajam kearah Nais yang membuat Nais tiba-tiba merasa tenggorokannya kering.

"Awas aja sampai salah..gue bonyokin lo beneran!"

Shitt! Nyesel gue ngasih ni anak contekan, kalau gue tau gini, gue gak bakal ngasih dia dan biarin aja bu edah itu ngoceh biar telinga si Havi budeg!.-sumpah serapah Nais dalam hati merasa teramat kesal.

"Ysj!" Balas Nais pergi mendahului Havi untuk keluar kelas.

Melihat itu, Havi melotot nyalang yang membuat ia berteriak kesal, "Inget perjanjian!"

"Gue tunggu di parkiran, geblek!" Balasnya tanpa menoleh kebelakang yang membuat Havi berdecak kesal.











~TBC...
JANGAN LUPA VOTEMENT NYA:)🍂

ARETHA-VI // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang