•S e v e n t e e n• : pacar?

830 68 3
                                    

"Tha, bangun Tha," ucap sang mama entah berapa kali suruhannya tak diindahkan,

"—Tha bangun, sudah pagi" lanjutnya lagi, tapi sudah ada kemajuan, dijawab dengan deheman.

"Ayo Tha, udah jam 7 nih.."

Sontak mendengar kata 'Tujuh' Havi mengrejapkan mata berkali-kali, "Tujuh tepat ma?"

"Iya,"

"Oh.... HAH?!, MAMA KOK NGGAK BANGUNIN THAVIAN SIH MAH?!" Pekik Havi lalu berlonjak turun dari tempat tidur, dengan segera ia mengambil handuk lalu terbirit-birit memasuki kamar mandi,

"MAMA UDAH BANGUNIN THA TADI" ucap sang mama lagi dengan menggabungkan kedua telapak tangannya pada bagian mulut berjutuan untuk mengeraskan suara,

"OH GITU MA? MAAF MAMA KU," Pekik Havi dalam kamar mandi.

****

"Ma, Tha mana?" Tanya seorang lelaki paruh baya, Daifan-Papa Havi.

"Itu Thavian," ucap Shina-Mama Havi dengan mengisyaratkan menggunakan dagu.

Melihat pergerakan mata papanya menuju kearahnya, "Why pa?" Tanya Havi dengan menduduki bokong nya lalu mengambil sarapan yang sudah disediakan Mama nya.

"Nggak ada Tha, papa cuma nyariin aja kok,"

Havi mungut-mungur mengerti.

"Tha, kamu udah punya pacar belum?"

Mendengar pertannyaan sang papa sontak membuat Havi tersedak lalu meminum susu yang disodorkan Shina, "Makan pelan-pelan,"

Havi mengangguk lalu menelan susah makanan yang berada di tenggorokannya ini,

"P-papa kok nanya gituan sih? Kalau aku nggak punya pacar apakah papa bakal jodohin aku kayak di novel-novel gitu? Kalau ganteng sih aku mah iya aja, tapi kalau om-om aku mundur pa, mundur sampai ke jurang kalau bisa." Ujar Havi, dramatis mode on.

Shina dan Daifan tercongo mendengar penuturan Havi, sudah sok tahu, pikirannya jauh berkeliaran lagi, anak siapa sih ini?.

"Kamu nih ya, baru saja SMA masa udah jodoh-jodohan." Ucap sang papa geleng-geleng kepala.

"....karena kamu anak perempuan mama dan papa satu-satunya, jadi kami harap kamu bisa nerusin jadi Dokter di Rumah sakit punya keluarga kita, kan si abang udah mau masuk hukum otomatis nggak bisa pindah bidang kan? Masa dari hukum jadi kedokteran? Kan aneh." Tutur Daifan.

Havi berfikir sejenak, "Ya juga ya, nanti abang Tevan disuruh oprasi malah ngesidang orang dulu kali ya," gumamnya.

"Gimana-gimana?" Tanya Daifan tak sabaran.

"APA? AKU?....JADI DUTA SHAMPO LAIN? WHAHAHAHA..."

"Tha, beneran ih.." ujar Shina

"Replay, tapi yang bener." Seru Daifan.

Havi mengangguk antusias.

"APA? AKU? DOKTER?! BENERAN PA?!" Pekik Havi sedikit nyaring yang membuat Shina berada disampingnya menutup sebelah mata,

"Gausah ngegas juga Tha" ucap Shina, lalu Havi hanya menyengir kuda.

Daifan mengangguk tegas, "Iya, kalau kamu bersedia."

"Kalau dokter aku mah mau banget juga pa, soalnya pasti banyak dokter cogan dirumah sakit," Havi membayangkan bagaimana dokter tampan yang kebanyakan di novel-novel. Sungguh tak bisa dibayangkan jika terjadi.

"Tapi...." ucap Daifan yang membuyarkan Lamunan Havi,

"Huh, ada tapi nya pa?"

"Iya dong"

"Tapinya apa pa? Apa? Apa? Coba papa Daifan katakan,"

Mendengar bagaimana antusias putrinya ini membuat Shina dan Daifan yakin bahwa Havi dapat meneruskan Daifan dalam kedokteran.
Dan sekolah Havi baik-baik saja kan. Sudah masuk peringkat tiga besar lagi.

"Kamu harus kuliah di Australia, tapi nanti kamu tinggal sama opa-oma ya?"

Havi menangguk, "Nggak apa-apa pa, aku pingin banget jadi pahlawan dunia sewaktu kecil, selagi aku bisa mengobati orang dengan ilmu ku, aku siap belajar kemanapun papa inginkan dan aku akan belajar yang aku bisa, tapi aku akan berusaha semakin giat belajar biar nggak ada kata sia-sia." Tutur yakin Havi.

Nggak papa, pasti di Australia banyak banget cogannya kan, apalagi bule-bule tuh, huh sungguh pikiranku sudah jauh berkelana. -batin Havi tersenyum membayangkannya lagi.

"Baiklah, kita tunggu satu semester lagi," Balas Shina,

Havi menangguk lalu tersenyum hangat, sungguh, cita-cita yang dulu ia inginkan menjadi pahlawan dunia kini sebentar lagi akan terwujud.

Demi COGAN!...... Dan pasien ku!.

"Oh iya, mama sama papa kapan pulang? Kok bisa buka pintu? Kok Havi nggak tahu, terus abang kemana? Belum pulang dari camping?" Pertanyaan beruntun Havi membuat Shina mengela nafas sabar,

"Tadi subuh, kan mama punya kunci serep. Terus katanya abang pulang lagi lima hari lagi."

Havi ber-oh ria mendengarnya.

****



TBC///

Votement nya ya! Biar aku nulisnya makin mangat hehe..
MAAF SEBESAR-BESARNYA GUYS, AKU BINGUNG LANJUTIN PART NYA GIMANA JADI CERITANYA INI AGAK NGGAK NYAMBUNG YA?:(

ARETHA-VI // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang