•T h i r t y - f o u r• : Pelakor

673 40 6
                                    

Hari hari pertama Nais dkk di skors, namun kegiatan antar-mengantar Havi tak luput dari rutinitasnya, alhasil Nais tengah berada di rumah Havi saat ini.

"Eh Nais, kapan kesini nak?" Ujar Daifan-papa Havi.

Benar saja, Daifan telah mengetahui status anaknya dengan pemuda ini.

Nais tersenyum kikuk, "Baru aja om hehe,"

"Kenapa nggak masuk aja?" Ajak Daifan ramah.

"Nggak usah om, Barang Havi tadi ketinggalan, jadi balik lagi buat ngambilnya.." perjelas Nais jujur.

"Baiklah, om masuk dulu."

Saat hendak membuka pintu lebar, Wajah seorang gadis muncul tepat di depan wajah Daifan.

"Astagfirullah papa. Jangan buru-buru dong." Kaget Havi dan Daifan pun tersenyum gemas.

"Lah kamu yang buru-buru Tha, bukan papa.."

"Oh ya?.. hehe.."

Daifan masuk kedalam rumah sedangkan Havi berjalan mendekati Nais yang berada didekat pagar.

"Udah semuanya? Ntar malah balek lagi lo."

"Udah semuanya kok."

Wajah ceria Havi tiba-tiba berubah murung, lesu dan tak bersemangat tentunya.

"Lo yakin nggak sekolah?."

"Lah emang nya gue bisa sekolah? Kan masih dalam masa skorshing.."

Havi memanyunkan bibir. Nais mengusap puncak kepala Havi, "Tunggu seminggu lagi pasti gue masuk."

"Lama." Keluh Havi, memang ia benar-benar sedih.

Nais tersenyum simpul mendengar jawaban Havi, "Ya sabar aja.."

"Iya deh iya."

***********

Tak butuh waktu lama Nais mengantarnya, mereka telah sampai di depan pintu gerbang ya tentu saja dengan kecepatan diluar dugaan.

"Lo mau bikin jantung gue copot?!."

"Kalau jantung lo copot berarti lo mati dong." Ujar Nais berlagak dibuat sepolos mungkin.

Havi mendengus sebal, "muke lo gausah di gituin, bukannya enak malah terkesan enek gue."

A-EN-JE-A-YE.

Nais cemberut kesal sudah dikatai.

"Nanti kalau ada pelajaran baru gue kasi tau elo. Dan lo harus kerumah gue buat belajar bareng!." Nais mengangguk patuh.

"Eh tunggu.." Havi tertegun.

"Apa?"

"Kalau si Ayda tu macem-macem sama lo gue bakal kasih perhitungan sama tu bocah."

Havi mengembungkan pipi chubby nya, "tenang, si kadal bisa gue atasi sendiri. Lo dirumah jangan kelayapan kayak kucing kelaparan! Jangan tawuran lagi kayak kucing sama tikus! Meskipun lo udah pinter belajar lagi biar lebih pinter dari kucing yang nyuri ikan tanpa sepengetahuan emak gue. Kalau bolos kan lo di skors jadi nggak ada bolos-bolosan."

Terus aja nyamin gue sama kucing.

"Iya Nyai.."

Plakk

Havi memukul lengan Nais cukup keras dan membuat Nais mengaduh sakit.

ARETHA-VI // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang