•F o u r t e e n• : date?

956 78 0
                                    

Hari ini hari minggu, hari dimana orang-orang yang tertidur pulas panjang tanpa disuruh bangun pagi untuk melakukan aktifitas seperti belajar contohnya.

Lain dengan Nais dan Havi. Mereka terpaksa bangun pagi seperti biasa untuk membeli perlengkapan untuk meriahkan Hari ulang tahun sekolah mereka dengan mengadakan perlombaan kelas ter-indah, ter-bersih, dan ter-rapi.

Sebagai ketua dan wakil ketua kelas yang...
baik (tolong digaris bawahi), Tentu saja mereka menurut apa yang diperintahkan bu Siska—-wali kelas—- Tanpa ada PENOLAKAN.

Sudah beberapa kali mereka berputar-putar di salah satu supermarket terlengkap, sejak jam delapan tadi sampai sekarang pukul sepuluh. Bisa kalian bayangkan kan, bagaimana lelahnya mereka? Waktu disaat kaum rebahan yang sedang mager-mageran.

Nais memberitahukan kepada Havi jika ia tidak bisa pergi jika siang dan sore hari, karena terlalu sibuk. Iya, paling sibuk saat siang hari yaitu bermain PS dirumah Rayn bersama kawan-kawan lainnya, sedangkan sore hari ia harus latihan taekwondo sama seperti Havi. Dan terpaksa lah mereka pergi saat pagi hari.

"Udah gue bilang sih, jam dua-an aja biar enak. Ini mah terlalu pagi." Desisi Havi menyalahkan terus menerus.

Nais mendengus sebal, "Gue nggak bisa."

"Iya. Iya, elo sibuk ngurusin game!" tukas Havi merasa kesal.

"Itu lo tau, jadi gausah nyalahin gue mulu, cape gue denger itu-itu aja yang keluar dari mulut cabe lo." Ucap pedas nya. Bukan kah itu kebalik manteman?

Havi melebarkan matanya lalu melirik Nais tajam, "Lagi sekali lo bilang gitu, gue bonyokin bibir lo disini"

"Kalau dibonyokin pake cium abang mah mau aja dek." Balas Nais dengan senyum di buat malu-malu seperti janda yang masih perawan saja.

Kesal mendengar kata itu, Havi menendang lutut Nais yang membuat sang empu meringis kesakitan dengan segera Nais menyatukan kedua telapak tangannya, "Ampun bos."

"Rese banget lo." Gumam Havi seraya menyodorkan belanjaan yang ia pegang kearah Nais.

Nais menganggkat sebelah alisnya merasa bingung.

"Nih, elo gantian yang megang belanjaannya..tangan gue pegel."

"Lah lo kira gue megang apaan? Kapas?" Tolak Nais mentah.

Yang benar saja, kedua tangannya sudah diisi dengan belanjaan perlengkapan. Mau ditambah? Emang mau taruh dimana lagi? Dikaki?

"Gue gak pernah bilang gitu ya! Ayolah, ini cuma empat doang."

"Empat doang lo bilang? Lo kira tangan gue banyak?! Liat nih lima keresek belanja." Sinis Nais tak kenyangka dengan memperlihatkan betapa kesusahannya dia membawa itu.

Drama on guys. Btw kenapa mereka pakai keresek bukannya keranjang? Karena keranjang di toko ini sudah habis dipakai jadi ya mereka minta kresek aja buay bawanya. Tapi itu dikhususin ya kreseknya.

"Yaudah si, nambah empat aja apa susahnya?!" Cibir Havi tak kalah sewot.

"Susah banget, neng"

Havi berdecih "Lemah!" Tukas Havi keceplosan

"Apa lo bilang? Dasar cerewet. Sini, gue bawain."

Mendengar itu, senyum Havi mengembang, dengan cepat ia menyorkan kembali belanjaan yang ia pegang, "Nih, makasih!"

Nais hanya mengangguk pasrah dan mereka kembali berjalan.

"Yang belum kita beli apa ya? Hmm," Tanya Havi mengecek satu persatu list belanjaan yang diberi oleh bu Siska.

ARETHA-VI // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang