Skip•
Sudah hampir 3 hari Nais tak mendapati kabar Havi, di sekolah pun sama. Havi tak masuk mungkin karena freeclass? Entahlah. Setiap Nais datang, rumahnya sepi. Sedangkan Zilla enggan memberitahu dimana keberadaan Havi.
"Anjeng! Baru tiga hari aja lo kayak mayat hidup. Gaada semangatnya. Bolos jarang bahkan nggak pernah! Ngerokok nggak. Ngumpul nggak."
"Dirumah juga bang Arta nggak banyak bicara kayak biasanya."
"Gue bunuh lo lama-lama is!" Geram Rayn melihat Nais yang sedari tadi diam.
Nais melirik tajam kearah mereka yang tak bisa diam.
Is apa?! Nama gue udah bagus-bagus Nais.
Namun sayang, kalimat itu hanya ia ucapkan dalam hati, enggan ingin berdebat ataupun berbicara."Udahlah. Cari yang lain aja.."
"Nggak! Ini semua salah paham. Gue harus nyari dia!" Telak Nais mengepalkan tangan.
Akhirnya membuka suara kan?
"Emang lo tau harus cari dimana?"
*********
Zilla tengah berdiri menunggu seseorang. Lumayan lama..
"Akhirnya lo balik lagi!" Pekiknya melihat temannya yang sudah 3 hari menghilang.
"Lo?! Gue kangen..." ujarnya membalas pelukan
"—lo nggak ngasi tau siapapun tentang gue pergi kan?."
"Ho'oh. Dia nanya ke gue yaudah gue jawab 'ngapain cari temen gue? Lo mau nebar romantis sama selingkuhan lo?, sorry gue nggak bakal ngasih tau."
"Sahabatku tercyntahh akhirnya bisa berguna, huhu.. terharu guee.." ucapnya kembali semakin mempererat pelukan.
"Ortu sama abang lo mana?."
"Masih ada kerja disana, abang masih belum mau pulang. Yaudah gue sendiri aja pulang."
"Oke-oke. Mending lo kerumah gue aja yuk."
"Eh, koper gue dulu." Ujarnya dengan memperlihatkan koper yang ditentengnya.
"Yaudah, mampir kerumah lo aja."
Mereka berjalan beriringan menuju mobil Zilla, "tumbenan lo bawa mobil."
"Gue nggak bawa, gue cuma ngendarain aja. Kalo bawa ya berat dong.." Kekehnya dan Havi pun menertawakan karena lawakan tidak lucu Zilla.
"Haha, receh banget lo."
"Ngapain lo ketawa coba.."
"Kasian kalo gak ada yang ketawain"
Zilla menyonyor kepala Havi pelan greget, "Lo pulang-pulang tambah ngeselin ya."
*****
"Lo nggak sekolah?."
"Nggak, males. Freeclass juga. Palingan nanti mantan lo itu nanya-nanya ke gue kalah-kalah dekolektor."
"—Hmm.. Lo ngeblokir akses semua informasi tentang dia ya?."
"Hm, males berurusan lagi."
"Tapi Vi, gue liatnya Nais nggak pernah bareng sama cewek lagi. Apalagi Ayda tu, gue nggak pernah liat. Dia juga sekarang irit bicara, dingin. Nggak kayak dulu."
"Mungkin diputusin Ayda terus kena karma?."
Zilla mengangguk-angguk membenarkan, "masuk akal juga.."
Mereka tengah berbincang santai di kediaman Zilla yang sepi. Pasalnya, ia anak tunggal. Ibunya pergi belanja dan ayahnya kerja di perusahaan milik kakeknya.
Sudah 4 hari semenjak ia mengakhiri hubungannya dengan Nais. Rasanya sesak mengingat ia sering beradu mulut dengan laki-laki itu, tanpa ada celotehan gombalan receh, dan senyumannya.
Havi sangat rindu itu semua.Havi melamun, tak diduga ia menitikan satu air mata.
"Lo kenapa?."
Hening.
"—hey?."
"Hah? Gu-gue?"
"Lo kenapa? Nangis?" Heran Zilla melihat mata Havi yang basah
Havi menyentuh kelopak matanya, benar. Ia menangis.
Tapi mengapa ia tak menyadarinya?
"Oh, hehe.. Kelilipan.."
"Lo kira rumah gue udah usang berdebu sampe bisa kelilipan mata lo?"
"Heh?"
********
"Run, gue minta tolong sama lo. Bujuk Zilla buat ketemu sama gue."
"Gue tumben liat si 'playboy galau kayak pengen bunuh diri!" Celetuk Rayn.
"Diem lo jomblo."
"Lah Fic. Lo juga jomblo bengek."
"Stt! Kalian gausah ngomongin jomblo. Kita sama-sama jomblo. stay happ lah broh!"
"Setuju."
"Gue selapan."
"Selapan paan?."
"Lo tuju? Ya gue lapan aja."
"Gue minta Arun ngomong. Bukan anak bebek anggrek."
"Sadis lo Is."
"Is mami lo!"
Hanya Rayn yang memanggil Nais dengan sebutan 'Is' . Laknat emang.
"Oke gue bakal bujuk. Lo tenang aja.."
*******
Drttt drttt
Karena keasikan ngobrol, Havi dan Zilla tengah menikmati tidur siang bersama.
Drttt drttt...
Zilla mengrejap-rejapkan mata.
"Arun?"
Klik.
"Halo?."
"....."
"Aku nggak bisa."
"......."
"Males ketemu sama dia."
"....."
"Nggak Run."
"....."
"Aku nggak tau."
"....."
"Oke sekali aja. Aku males ngobrol sama dia."
"....."
"Nggak usah kesini, nanti aku aja yang kesana."
"......"
"Nggak, aku yang kesana atau nggak samsek?."
"....."
"Hmm, Shareloct."
Zilla mendengus sebal.
"Apa lagi sih?!"
Zilla merapikan rambut lalu memakai parfum sedikit setelah itu mencari kunci motor dan pergi tanpa berniat membangunkan Havi. Zilla mengendap-endap agar Havi tak terganggu.
••••
/TBC/
Next? Vote komen;)
Bye.#Triple.N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA-VI // SELESAI✔️
Novela Juvenil[COMPLETED]✅ {FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN BIASAKAN BERI SUARA AGAR SAYA NYAMAN UNTUK MENULIS] Aretha Vivian Gheitsa, siapa yang tak kenal dengan gadis angkuh, keras kepala dengan deretan mantan yang berjejer di berbagai sekolah serta diberkati k...