ARETHA-VI // SELESAI✔️

•T h i r t y• : Mantan Lagi?

"Tumben pagi banget bangunnya," Sapa Shina melihat Havi turun dari tangga.

"Bukan tumben, Ma. Udah kebiasaan." Kekeh Havi seraya geleng-geleng kepala.

Shina menyengir, "Biasalah, mama cuma basa-basi."

"Dasar mama.."

Havi berjalan mendekati meja makan disertai sang mama tengah menyiapkan masakan yang baru saja ia masak.

"Gimana sekolah kamu?" Shina merapikan garpu sendok dan piring sesuai urutan kursi.

"Baik ma..."

Shina mengangguk.

"ASSALAMUALAIKUM... HAVIIIII, HAVIIII..."

"Siapa tuh Tha?."

Havi mengidikan bahu tak tahu.

"Kok dia nggak mencet bel?" Shina nampak kebingungan begitu juga Havi.

"ASSALAMUALAIKUM..." Pekiknya lagi entah siapa.

"Sana bukain." Suruh Shina

Havi mengangguk berjalan menuju pintu.

"Ck, BENTAR!. Ribut banget.." gerutu Havi dengan jalan gontai .

Cklek.

"Ap—"

"Kalau orang salam tuh dijawab, bukan marah-marah." Sinis laki-laki ini.

"Lah el—"

"Jawab dulu!"

"Iya Rilex, Waalaikumsalam."

Nais mungut-mungut puas.

"Kok elo nggak mencet bel nya sih?! Ribut banget kayak anak tetangga mau nikahan aja."

"Mager."

Mager katanya?! Cuma beberapa Centi dari wajahnya juga.

"Kok elo nggak ngechat gue?"

"Mager."

Havi melotot ingin menginjak keras tubuh laki-laki ini lalu mencincang jadi beberapa bagian.

"Lo udah ngerjain PR?!.. Lagi sekali lo jawab mager gue lempar sampai kerumah lo sekarang!"

Untung selesai, -batin Nais bersyukur.

"Udah lah gue. Lo marah-marah aja, Cepet tua tau rasa lo."

"Gue awet muda." Skitis Havi

"Minum AQUA— eh nggak boleh nyebut merek." Balas Nais lalu mendekap mulutnya sendiri.

"Gila gaje ga nyambung."

"Tapi lo suka..."

Benar banget!

********

"Gue rasa kalian lebih dekat deh sekarang.." bisik Zilla pelan agar Nais tak mendengarnya.

Havi mengidikan bahu, "Perasaan lo aja deh."

Zilla mengangguk, "Mungkin."

"Lo mau ngarem disini? Sana balik ke bangku lo! Kasihan Pac—eh Havi kesempitan."

"Pac-eh apaan?" Tanya Zilla dengan wajah menyelidik.