•T h i r t y - t w o• : UKS Lagi?

664 39 3
                                    

"WHAT?!."

Nais berdecak sebal, "Ck, lo kaget mulu dah perasaan dari tadi. Ati-ati jantungan!."

"Diem lo!." Bentak Havi

Diam! Semuanya tentu saja diam tak berkutik.

"Lagi seminggu kita ujian dan kalian malah di skors?!."

"Alhamdulillah.." gumam Traffic pelan sangat pelan namun ketajaman telinga Havi membuatnya dalam ZONA MERAH.

"ALHAMDULILLAH KAKI LO PINCANG! Manusia mah belajar! Kalian apa huh? Orang?...... Orang utan?!."

Semua orang disana menelan salivnya susah. Gerah, sesak dan terasa oksigen hampa.

"Udahlah.." ujar Nais mengakhiri.

"Minta maaf sekarang!."

Semua alis tertaut satu sama lain, kebingungan? Jelas.

"Sama siapa?." Tanya Raffa mewakilkan pertanyaan mereka.

"Gue lah.." Havi melipat tangan didepan dada.

"Hah?" Kok kit——" Ucapan Arun terpotong karena kecepatan bicara Havi. 1km/jam.

"Cepet! Se.ka.rang."

Mereka (Nais, Arun, Traffic, Rayn dan Raffa)  be like:

Mereka (Nais, Arun, Traffic, Rayn dan Raffa)  be like:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"MAAF!!" Serempak lima orang itu. Untung UKS tak ada yang menjaga sekarang.

"Bagus. Kalian-kalian, obatin luka kalian sendiri. Gue mau masuk kelas!." Havi menunjuk semua nya kecuali Nais. Karena Nais sudah selesai diobati Havi, tentu saja dengan rasa cinta.

Syukurlah..-sumringah Nais dalam hati.

"Lah, Nais aja di obatin?."

Havi bangkit berjalan menuju pintu UKS lalu berbalik, "Kalian berempat obatin sendiri, punya tangan syukur-syukur masih berguna! Gausah manja kayak cewek."

Setelah Havi enyah dari pandangan mereka, barulah supah serapai mereka lontarkan. Memang berani berbicara di belakang orangnya saja.

"Ya nyai!" Rayn geram dengan Havi si mulut pedas.

"Dasar cewek."

"Pedes banget ya mulutnya, gue rasa dia tiap jam makan boncabe deh."

"Kalau bukan cewek udah gue pites tu mulut."

"Dia pacar gue, mau gue bogem mulut lo semua?!" Nais berbaring diatas kasur UKS yang sangat empuk nan nyaman. Kesempatan emas tak boleh di tolak, barulah Nais tidur dengan aman tanpa ocehan guru.

"Maafin kita raden.."

"Raden-raden muka bapakau!" Nais menutup mata menggunakan lengannya sebagai tumpuan.

********

"Permisi.." Havi mengetuk pintu secara pelan dan guru itupun mengentikan ajarannya.

"Dari mana aja kamu?."

"Maaf bu saya dari UKS." Jawab Havi kikuk.

"Siapa yang sakit?."

"Teman saya bu."

"Namanya siapa?."

Lah ni guru dikira gue teroris apa, cita-citanya polisi ya? Ngeintrogasi terus.

Beda dihati beda dimulut, "Nais, Traffic, Rayn, Raffa dan Arun, bu."

"Arun kenapa?!" Pekik keras dari bangku belakang, Zilla.

"Pita suara lo berapa sih? Keras banget!." Celetuk Reta yang berada didepan Zilla.

"Sepuluh!. Kenapa?! Mau minta?!."

"Og—-"

"Sudah-sudah jangan berdebat!." Ujar guru itu melerai.

"Havi silahkan duduk."

"Terimakasih bu." Havi berjalan sopan menuju mejanya dan mulai memperhatikan guru menerangkan dengan seksama.
Tapi ada saja gangguan saat kita mulai membenarkan diri.

"Havi.. Havi... sttt.." ujar seseorang tak bersuara namun didorong oleh nafasnya.

"Havi..." tak ada sautan.

"Woi Havi tolek!." Zilla berteriak geram.

Havi tersentak, "Ah iya, apa?!"

"Lah bangsat, semua orang malah noleh..." gumam Zilla melihat sekeliling.

Guru yang menerangkan itu berbalik badan lagi, "Ada apa Zilla?."

Zilla menatap Havi sengit lalu beralih menatap guru itu, "Anu bu... eum gaada. Cuma masalah pribadi aja kok hehe.."

***********

Setelah kepergian guru, Zilla gercep menuju meja Havi menginginkan semua penjelasan dan tentu saja mencari sebuah 'cerita.

"Vi.. ayo ceritain gue!"

"Sabar ih, gue masih rapiin buku ini."

"Alah, tangan lo yang bekerja bukan mulut lo!" Sarkas Zilla.

"Iya ini lagi bentar."

"Baiklah nyai.."

Havi menutup tasnya, "Elo ngikut panggil gue 'nyai huh?!."

"Maaf nyonya Trasen..."

"Bagus tante."

"Anggep aja gue nggak denger. Ayo cepet ceritain gue!"

Havi menggeser kursinya mendekati Zilla dan menceritakan segala hal yang terjadi, dan tentu saja ada imbalannya 'jaman sekarang nggak ada yang gratis!' Bodoamat kalau Havi di kira memanfaatkan keadaan memang itu benar adanya.

"Arun dimana sekarang?."

"Palingan udah pulang."

"Sama temen-temennya?."

Havi mengangguki.
Benar, Berapa menit yang lalu Nais mengechat Havi mengatakan bahwa ia bersama teman-temannya pulang setelah jam ke tujuh.

"Gue pulang bareng lo aja ya kan. Lo bawa motor?."

"Ho'oh." Jawab Zilla seadanya.

"Sekalian aja traktir gue sebagai your promise hehew.." cengar cengir Havi tak karuan.

"Memanfaatkan keadaan lo. Mentang-mentang gue kepoan."

"Harus! Lo untung gue juga untung. Simbiosis mutualisme." Zilla tersentak mendengarnya.

"Syukurlah otak lo ada isinya ternyata."



**********







































































TBC~



Vote komen!:)

Salam, #Triple.N

ARETHA-VI // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang