04 - Seyumannya

2.3K 111 3
                                    

*
*
*
*
*
*
*
*
*
***


Sinar pagi yang masuk dari celah-celah jendela membuat Jisoo terbangun. Jisoo segera membersihkan dirinya, setelah Jisoo merias dirinya Jisoo segera turun kebawah. Jisoo tidak akan melewatkan sarapan paginya.

Jisoo melihat kedua orang tuanya sudah di meja makan, segera Jisoo menyapa mereka seperti biasa.
" Pagi Eomma, Appa." Jisoo duduk dan mulai mengambil dua potong roti yang di olesi selai coklat.

" Jisoo, semalam Seokjin bilang bahwa kau kurang enak badan. Kenapa tidak bilang sayang Eomma dan Appa mengkhawatirkanmu? " Eomma menatap anaknya dengan tatapan cemas.

" Apakah sekarang sudah lebih baik Jisoo-ya, Appa menghawatirkanmu. Tetapi Seokjin telah memberimu obat apakah benar? " Jisoo mengangguk.

Jisoo menganggap bahwa Seokjin telah menyampaikan apa yang dia bicarakan malah lebih baik dari perkiraan Jisoo. Apakah Seokjin sebegitukah menerima ini semua? Jisoo jika menjadi Seokjin akan mundur. Mungkin saja Seokjin memang menerima ini semua? Tapi mengapa hanya Seokjinlah yang tahu?

Appa Jisoo telah berangkat ke kantor setelah menyelesaikan sarapan pagi dua menit yang lalu. Tinggallah Jisoo dan Eommanya.

" Jisoo-ya bisakah kau antarkan bekal ini untuk Seokjin? Nyonya Kim bilang Seokjin lupa membawa bekal dan Nyonya kim sudah berangkat ke Jeju bersama suaminya. Bisakan Jisoo-ya?" Jisoo mau tidak mau mengangguk dan menerima bekal yang diberikan Eomma nya untuk Seokjin.

" Baiklah Eomma, kalau begitu aku akan bersiap-siap terlebih dahulu." Jisoo mencium pipi Eommanya dan pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Setelah dirasa semua sudah siap Jisoo mengambil kunci mobilnya dan segera melenggang menuju mobilnya.
Selama di perjalanan Jisoo berfikir akan mengucapkan apa nanti jika bertemu calon suaminya itu. Haiishh... entahlah rumit sekali hidupnya tidak terasa tempat tujuannya sampai. Jisoo memakirkan mobilnya.

Jisoo melangkahkan kakinya di rumah sakit yang mempertemukannya dengan Kim Seokjin. Setiap lorong ditelusuri oleh Jisoo betapa bodohnya bahkan dia tidak tahu dimana ruangannya tetapi dirinya malah mengitari rumah sakit ini, payah.. itulah yang tercetus dipikirannya. Hingga Jisoo memberanikan diri bertanya kepada seorang dokter yang kebetulan lewat disampingnya. Jisoo segera berbalik dan memanggilnya mungkin saja dia tahu?

" Ah permisi, dokter maaf. " Dokter itu berbalik dan ternyata dia bernama Dokter Park Jimin ya? Jisoo bisa tahu dari nametag di jasnya.

" Ah ya...? Ada apa. " Jisoo kikuk sebenarnya ingin bertanya.

" Ah maaf jika saya mengganggu. Apakah anda tahu dimanakah ruangan dokter Seokjin?" Jimin ingin tahu sebenarnya siapakah wanita yang bertanya kepadanya apa hubungannya dengan Seokjin? Biasanya jika dia pasien Seokjin maka mereka tidak perlu tanya bukan? Ah tapi pikiran itu ditepis oleh Jimin.

" Ah saya kebetulan juga ingin kesana, ikuti saja saya." Jisoo mau tidak mau mengikuti dokter Jimin dari belakang.

Selama menuju keruangan yang mereka tuju tidak ada perbincangan hening, hingga Jimin bersuara.

" ini ruangan Seokjin, silahkan masuk." Jimin memutar knop pintu dan Jisoo membuntuti dari belakang. Hingga yang mereka cari merasa kesal. Ya itu kebiasaan buruk Jimin selalu saja tidak mengetuk pintu sebelum masuk hingga Seokjin hapal sekali.

Fake Love ( Jinsoo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang