" Sudah kubilang aku menghormatimu karena kau adalah suamiku, dan aku juga tidak mencintaimu ini semuanya hanyalah perjodohan kedua orang tua kita Seokjin oppa."
- Kim Jisoo -
" Aku akan berusaha menerima pernikahan ini Jisoo, aku juga sama denganmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_____
Semua orang berjejer rapi. Berdiri dipinggiran dan menyisakan jalan tengah. Setalan jas hitam orang yang berbadan kekar serta besar. Irene berjalan dengan anggun, sapaan diucapkan satu persatu oleh staff. Irene sama sekali tidak tersenyum memang berbeda dengan Jisoo. Walaupun begitu ia tetap cantik.
Langkahannya terhenti karena halangan orang didepannya ini. Ingin sekali dirinya, sekarang melempari wajah orang didepan dengan sepatunya, tapi karena ini dikantor jadi ia mencoba menjadi Irene yang anggun dan elegan.
Sekarang mereka bedua sudah berada di dalam ruangan Irene. Senyum sinis Irene tampilkan sebelumnya, sambil meminum teh rasa kesukaannya. Orang didepannya ini masih saja sama seperti dulu tidak ada yang berubah. " Untuk apa kau kesini?"
" Bagaimana kabarmu?"
" Hheh kau tidak bisa lihat aku baik." Suho tersenyum. Senyum yang dulu pernah hilang kini kembali lagi.
" Bagaimana kabar istrimu baik?"
" Dia baik sangat baik, sang pencipta bahkan sampai menjemputnya."
Irene tercengang," Maafkan aku, aku tidak tahu bahwa istrimu–"
" Kami belum menikah. Dan jika kau mengira aku menikah satu tahun yang lalu itu tidak pernah terjadi, dia membatalkan pernikahannya." Suho menarik napasnya.
" Dia ingin sekali bertemu denganmu, tapi karena Tuhan telah menjemputnya lebih dulu jadi ia tidak bisa menemuimu."
" Aku kesini untuk mengabulkan permintaannya sebelum ia meninggal. Aku tidak tahu isi kotak ini apa? Aku juga tidak boleh membukanya. Aku harap kau mau memaafkannya." Suho memberikan kotaknya kepada Irene dan pamit karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
" Satu lagi Irene, aku masih menyayangimu walau kau membenciku."
Irene merasa bingung takdir apa lagi ini. Dulu Suho lalu Jimin dan lagi Suho. Sebenarnya takdir ingin Irene seperti apa? Suho masa lalu datang kembali. Tapi dia juga tidak bisa menyangkal bahwa hati kecilnya masih mempunyai rasa disana. Hanya Irene menimbunnya dalam-dalam.
Ditatapnya kotak itu lamat-lamat. Nanti dia akan membukanya. Sekarang lebih baik ia mengerjakan tumpukan kertas yang harus di tanda tangani.
