08

1.7K 134 2
                                    

Sebelum membaca
Vote dulu ya
👌
——

Sudah memasuki satu bulan pernikahan Jisoo pun sudah kembali ke posisinya sebagai direktur. Jadi sebagai direktur Jisoo sebenarnya tidak terlalu sibuk tapi karena ia malas bertemu Seokjin ia memilih menyibukkan diri.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya.  Ia menyuruhnya masuk terdengar orang yang sedang menutup pintu dan berjalan kearahnya.

Jisoo tidak menghiraukan ia sekarang hanya fokus dengan laptopnya walaupun yang dianggap penting itu isi via chat dengan para sahabatnya.

" Ehmm" taruh saja disitu. Jisoo hanya berkata untuk menaruhnya tapi mengapa tidak ada suara. Kedua kalinya ia berdehem.

" Ya' dongsaeng ku ini memilih melihat laptopnya daripada aku. Aku tidak dihiraukan disini lebih baik aku pergi." Jisoo mendongak dan langsung berhambur memeluk sang kakak yang selama ini ia rindukan.

" oh eonni mianheo aku tidak tahu kalau itu kau, lagipula kau sedari tadi berdehem saja. Kukira itu karyawanku. Jangan pergi aku rindu eonni. Hiks hiks."

Irene melepaskan pelukan Jisoo dan menepuk pundak sang adik.
" Haish adik eonni ini cengeng sekali ternyata. Aku kesini karena aku rindu keluargaku dan juga kau. Maaf waktu itu eonni tidak bisa datang ke acara pernikahanmu."

Jisoo memukul lengan Irene" Ya' eonni aku lebih merindukanmu. Tidak apa-apa lagi pula kau sibuk."

Mereka berdua menghabiskan waktunya dengan bercerita,bercanda banyaklah sepeti halnya sudah lama tidak bertemu.

***

Irene sekarang berada di apartemen milik Jisoo dan Seokjin. Irene sendiri yang ingin berkunjung walau Jisoo tak mau tetap saja di paksa.

Jisoo membawa dua cangkir teh. " wah,rapi sekali. Siapa yang membersihkannya? sampai sebersih ini hmm.." Jisoo memutar malas matanya.

Irene tahu bahwa adiknya itu tersindir. "Aku tahu itu kau kan hehehe. Lucu sekali adik eonni."

Irene menyeruput tehnya dan beralih menatap Jisoo yang sedari tadi hanya diam.
" Kau kenapa hanya diam hemm. Apa ada masalah?" Jisoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Irene mendengus." Haah kapan eonni diberikan keponakan agar aku tak kesepian."

Jisoo tersedak. " Uhuk...uhukk. Eonni kau." Irene tertawa melihat tingkah lucu dang adik.

" Eonnie sedari tadi kau bertanya. Sekarang aku. Kapan kau akan M-E-N-I-K-A-H hemm." kini Irene yang tersedak adiknya ini ingin balas dendam rupanya.

" Eoh kau ingin membalas dendam, dengan membuat aku tersedak haa! Kenapa kau mena-nanyai it-ttu haa."

Jisoo kini menang membuat eonni-nya gugup bahkan sampai terbata-bata. Jisoo kini terkikik sambil memegangi perutnya sedangkan sang kakak menutupi pipi merahnya sambil memandang tajam sang adik. Seakan-akan ingin menerkam.

" kau ini , eonni malah ditertawakan." Irene beranjak dari sofa dan memilih pergi tapi saat ingin membuka pintu, pintu sudah terbuka.

Menampakkan seorang laki-laki tampan tinggi dan berbahu lebar.
" Eoh ada tamu. Ah maaf bisakah anda menyingkir sedikit saya ingin masuk."

Mendengar hal itu Irene menyingkir bahkan masih terdengar suara tawa Jisoo yang bertambah keras.

" Eonni  jangan pergi tunggu. Kau ingin bertemu dengannya bukan. Ini lah suamiku hihihi. Oppa dia eonni-ku."

Seokjin membungkukkan badan sambil memberikan senyumannya.
" Oh kakak ipar kenapa anda terburu-buru sedangkan saya baru datang. Mari duduk dulu."

" eh baik, ini karena kau yang meminta. Jika anak tengil yang memintanya aku tidak mau.

Jisoo yang dikatakan seperti itu. " Apaa!! Kau bilang apa  eonni! Ya' kemarilah!" Jisoo mendengus kesal.

Sekarang mereka bertiga duduk berhadapan. Karena Jisoo tidak betah dengan keheningan ia memilih pergi tetapi dicegah oleh suara Irene.

" Ingin kemana kau duduklah. Eonni ingin bicara!" Kini Irene memandangi dua pasutri yang saling melirik.

" Aku ingin menanyai kau." sambil menunjuk Seokjin. " Apakah kau sungguh mencintai adikku?berikan alasanmu hingga kau mau menikahi adikku yang masih terbilang belum cukup dewasa!" ya walau dibilang Jisoo sudah dewasa tapi dimata seorang Kim Irene Jisoo belum lah dewasa.

Seokjin menghembuskan nafas untuk merilekskan diri dari pertanyaan sang kakak ipar.

" Aku sungguh mencintainya. Aku juga akan menjaga Jisoo bahkan menuntun Jisoo untuk menjadi istri sekaligus wanita yang lebih baik."

" Di mataku Jisoo adalah wanita yang baik,tulus,bahkan dia selalu peduli dengan orang sekitarnya itu yang membuatku jatuh hati kepadanya."

Mendengar hal itu Jisoo terharu mendengar perkataan Seokjin bahkan ada rasa senang di hati kecilnya.

Irene mengangguk tapi bukan Irene jika dia belum puas sebelum apa yang dia dapat itu bisa tercapai.

" Satu lagi, Jika suatu saat Jisoo melakukan kesalahan fatal apa yang akan kau lakukan!" Irene menampilkan smirknya.

Jisoo memandang sang kakak sedangkan Seokjin dia masih menenangkan dirinya.

" Jika suatu saat istriku membuat kesalahan yang sangat fatal maka...."

Belum sampai menyelesaikan perkataannya. " Eonni pulanglah! Pasti eomma dan appa menunggumu." Jisoo langsung menarik tangan sang kakak.

Irene ingin sekali memarahi adiknya ini tapi karena ia harus menjaga image seorang Kim Irene.

" Kau mengusirku! Eoh. Tega sekali kau."

" Eonni terimakasih telah mengunjungi kami bye eonni. Sayang eonni muach."

Jisoo mendorong Irene keluar dari apartemennya. Irene memang selalu seperti itu. Untung bisa dicegah kalau tidak bisa tambah buruk nanti. Seokjin menghampiri Jisoo yang masih di depan pintu.

" Jisoo mengapa kau disitu terus hemm.. Kau pulang lebih awal ya." Jisoo hanya membalas perkataan Seokjin hanya dengan tatapan malas lalu memilih pergi.

***

Pukul sepuluh malam dirinya masih berkutat dengan pikirannya. Hubungannya terasa semakin jauh seakan- akan ada jurang yang sangat dalam sehingga tidak ada jalan keluar. Sebenarnya ada jalan keluarnya yaitu melalui jalan pintas tapi itu dimana?itulah yang membuat hubungan mereka renggang.

Seokjin menghampiri Jisoo yang masih berkutat dengan laptopnya. Sambil menyenderkan kepalanya di kepala ranjang Jisoo terlihat sangat kelelahan.

Seokjin membuatkan teh mint yang selalu Jisoo buatkan untuk dirinya.

" Minumlah selagi hangat. Jangan terlalu dipaksakan pikirkan kesehatanmu. Aku tidak ingin Jisoo ku ini sakit."

Jisoo menatap manik Seokjin, ia merasakan kekhawatiran untuknya. Jisoo lagi-lagi hanya mengngangguk. Seokjin kemudian memilih untuk tidur walau hanya pura-pura. Dia akan menemani Jisoo nya sampai tertidur.

Di sela-sela dia memejamkan matanya ia melihat Jisoo yang meneguk teh buatannya sampai habis bahkan ia bisa melihat Jisoo tersenyum. Sungguh manis. Jisoo akhirnya memilih tidur dan dirinya memilih memandangi Jisoo sampai rasa kantuknya datang.

(Aku sangat mencintaimu walau kau belum mencintaiku. Aku tahu suatu saat cintaku ini akan terbalaskan olehmu Jisoo-ku. Semoga mimpi indah.) gumamnya.

***

Beep beep hey hey
Apa kabar kalian semua? Semoga sehat selalu ya 😆
Gimana menurut kalian nih ceritanya!
Jang lupa yah selalu vote👉🌟
Dah ah kalo gitu author undur diri
See you soon kalian👋👋
Bye bye
💜💜❤❤💜💜

Fake Love ( Jinsoo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang