18. Love You

1.6K 114 4
                                    

Happy reading 😊
Vote jan lupa.
Tolong jangan siders.

-------

Matahari diatasa kepala sinarnya yang menusuk-nusuk kulit tidak ada kata ampun untuk hari ini. Matanya yang seperti kucing wajahnya yang elok. Taman kota menjadi pilihan untuk Jennie akhir-akhir ini pekerjaannya juga yang semakin berat harus membuatnya sehat terus. Duduk ditengah taman kota sambil menikmati segelar kopi americano mungkin itu pilihan tepat untuknya. Memejamkan mata menikmati semilir angin serta suara langkahan kaki orang-orang. Dirasakan seseorang duduk disebelahnya tapi Jennie tak mau ambil pusing ia hanya butuh ketenangan saat ini.
" Hai sudah lama kita tak bertemu Jennie." Suara itu seperti ia kenal dan orang itu juga mengenal dirinya itu yang dipikirkan Jennie saat ini.

Jennie masih dengan posisi yang sama,masih memejamkan mata dan menyeruput minumannya," Kau tidak ingin menyapaku." Ah sepertinya orang disebelahnya masih tidak mau menyerah sama sekali. Oke karena dia berani mengganggu ketenangan Jennie.
" Kau-"

" Bisakah anda berhenti berbicara. Aku tahu kau siapa, maaf tapi saat ini saya tak ingin berbicara dengan anda, lebih baik pergi saja sebelum kau berurusan denganku." Jennie mengeluarkan kacamata hitam miliknya ia langsung mengenakannya.

" Tak bisakah kau melihatku dan menyapaku."

" Hahaha untuk apa maaf ya kurasa mataku ini nanti akan tercemar oleh wajahmu yang licik itu dasar wanita picik tak tahu diri, rupanya kau ingin mencari masalah denganku Gitsa!" Ucapan ketus keluar dari mulut Jennie.

" Jennie-"

" Shut... Jangan pernah memanggil namaku nona picik setelah apa yang kau lakukan dengan sahabatku kau ingin apa dariku haa. Oug aku tahu kau ingin aku mencakar mukamu iya maaf tapi tanganku akan ternodai oleh wajahmu itu, tanganku lebih berharga."

" Wah ternyata dia mengadu padamu hebat."

" Tidak dia tidak mengadu padaku tapi aku mengetahuinya sendiri, jangan lupa bahwa aku bisa melihat apa yang tidak bisa kau lihat dan satu lagi Gitsa aku tahu semua tentangmu. Kau lupa yah sahabatmu ini eits maksudku mantan sahabat atau tidak sama sekali, Jennie adalah orang yang bisa mengetahui sesuatu bahkan kau sendiri tak menceritakannya kau lupa yah ah.. Aku lupa kan kau tidak pernah menjadi s-a-h-a-b-a-t ku benarkan. Sepertinya ada lalar penggangu jadi aku akan pergi saja. Menganggu saja !" Gitsa diam terpaku mendengar ucapan Jennie. Tangannya mengepal ia lupa bahwa yang ia ajak bicara adalah Jennie.

°°°

Jisoo memasukkan enam digit kode setelah itu pintu terbuka. Jisoo sangat bersyukur Seokjin mungkin sudah berangkat kerja. Jisoo memutuskan untuk pulang pagi-pagi sekali tapi Jennie harus yang mengantarkannya, Jisoo sudah menolaknya tapi Jennie tetap bersikukuh, Jisoo mau tidak mau menerima permintaan sahabatnya itu.

Jisoo sekarang melewati ruang tamu tapi disini sangat gelap apa lampunya mati pikir Jisoo. Ia buru-buru mencari saklar lampu untuk dihidupkan dan ' Clek ' lampu nya sudah hidup.
" Mengapa kau tidak pulang?" Jisoo terkejut setengah mati rupanya didalam sini masih ada penghuninya pantas saja lampunya diruang tamu mati.

Sekarang bagaimana? Ia harus lari atau menjawab atau pura-pura tidak mendengar saja.
" Kau tidak mendengar aku Soo." Suaranya mengapa teedengar begitu parau.

Jisoo berbalik melihat wujud Seokjin yang berantakan dan ada lingkaran hitam dibawah matanya, apa yang dilakukannya sampai seperti ini. Jika sudah seperti ini dirinya tidak bisa pura-pura lari atau tidak dengar. Ingin rasanya Jisoo memeluknya.
" Op...oppa maafkan aku." Hanya itu yang dapat diucapkan Jisoo.

Fake Love ( Jinsoo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang